page 4

71 5 0
                                    

"Erlan? Kok tau ini nomorku?" Ujarku masih terkejut karna makhluk astral itu menelponku.

"Hehe dari Joffan."

Joffan? Aku mengeryitkan kening. Mengingat siapa itu Joffan. Oh iya, dia tetanggaku. Kebetulan aku dan Joffan satu tower apartement tetapi berbeda lantai. Aku di lantai 5 dan joffan 1 lantai di bawahku. Dia juga satu fakultas denganku. Kami cukup akrab, sesekali saling menyapa dan hangout di waktu senggang.

"Ada apa? Aku sibuk." Ucapku seraya menoton kembali video komedi di laptop. Lama tidak ada jawaban, aku mengecek kembali layar ponsel, memastikan bahwa sambungan masih terhubung.

"Hallo orang gak jelas?"

"Oh.. Hallo, iya maaf ganggu kamu, cuma mau test sinyal doang. Di apartement Joffan gak ada sinyal yang bagus."

Aku merengut kesal. Apa dia barusan secara tidak langsung mengatai bahwa tower apartement ini jelek? Aku menghela nafas lelah.

"Sudah?Aku tutup telponnya."

"Eh jangan dulu!" Suaranya terdengar panik. Aku tidak mengerti apa yang orang ini inginkan.

"Apa lagi sih."

"Selamat malam Kalisa.."

Tut.

Aku terdiam. Apa itu? Orang tidak jelas ini memberikanku ucapan selamat malam? Aku terkekeh, benar-benar definisi orang tidak jelas yang sesungguhnya. Tapi? Kenapa aku tersenyum dan merasa senang? Terserah, aku mau tidur saja.




   Keesokan hari tepat pukul 2 siang aku berada disalah satu caffe terfavorit di daerah sini. Aku dan Ara berada ditengah pertemuan komunitas yang kemarin kita bicarakan. Kurang lebih sudah 1 jam berlalu dari sesi perkenalan sebagai anggota baru, kini aku dan Ara sedang menikmati sepiring kue coklat  dan segelas besar coklat panas.

Komunitas ini cukup seru, semua orang begitu ramah terutama sang ketua dan para bawahannya. Mereka memberikanku beberapa solusi yang begitu bagus. Mungkin mulai saat ini aku akan mengikuti arahan mereka untuk serius menulis.

"Kalisa, makan apa?" Ucap seorang yang baru saja duduk disebelahku, dia si pak ketua. Jika kalian membayangkan dia adalah seorang bapak-bapak maka kalian salah. Dia adalah pemuda yang begitu manis, pembawaannya yang sangat tegas, ramah, tubuhnya yang tidak kalah tinggi dengan Erlan dan berwawasan luas membuat kami sebagai anggotanya cukup nyaman berbincang dengan dirinya.

Tunggu. Kenapa Erlan yang ku bawa-bawa?

Sudah lupakan. Kembali kepada situasi.

"Kue coklat, mau kak?" Tawarku. Dia terkekeh lalu menggeleng pelan.

"Gak begitu suka kue Kal, habisin aja sama kamu ya." Jawabnya seraya mengajak rambutku gemas.

Iyalah kak aku yang habiskan, kan aku yang beli -batinku. Tapi kalimat itu tidak mungkin  terucap. Bisa-bisa aku di depak dari komunitas. Baru masuk sudah berulah.

"Kak Alfi besok kerja?" Itu pertanyaan Ara yang duduk di sebrang kami. Ah ya, kak Alfi ini sudah lulus dari studinya. Dia sekarang bekerja di sebuah perusahaan penerbitan sudah 2 tahun lamanya.

Kak Alfi tersenyum kemudian mengangguk.

"Iya Ara, kan besok hari senin.. Jadwalnya saya jadi kuli rupiah." Dia terkekeh, memperlihatkan dimplenya yang manis. Tangannya yang jahil mengambil dua potong kentang goreng milik Ara yang belum disentuh oleh siempunya, lalu memakannya tanpa berdosa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 22, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I am STUPID ?Where stories live. Discover now