10. Jangan Sedih

925 185 10
                                    

"Buka bareng-bareng ya?"

Saat ini gue dan Haechan lagi di rumah gue, tepatnya di kamar gue, duduk di karpet.

Tenang, pintu kamar gue buka kok.

Hasil tes ptn keluar dalam hitungan menit setelah membuat kepala gue panas dingin. Gue mengangguk menjawab pertanyaan Haechan dan fokus ke laptop. Demi apapun gue berharap bisa lolos.

Tujuan kampus gue dan Haechan sama, di kampusnya kak Hendery. Awalnya Haechan menolak entah alasannya apa, tapi gue yang bilang ke dia gak perlu ngikutin gue dan berakhir dia tetap mengikuti gue. Padahal temen-temennya, Renjun, Jeno, Jaemin dan juga sepupu gue, Yangyang ada di kampus lain. Maksud gue, apa nggak memaksakan banget nih Haechan?

"Lima belas detik lagi Mar!" Haechan menghitung mundur dan saat hitungan terakhir, kita membuka web yang menampilkan lulus nggaknya kita dan..

"Gue gak lulus nih? Lo gimana? Pasti lulusㅡ kan.." ucapannya terhenti begitu melihat layar laptop gue. Gue terdiam melihat bar berwarna merah yang menyatakan gue nggak lulus.

Haechan berdeham lalu mematikan laptopnya, dengan sesantai itu dia enteng ngomong, "gue gak lulus nih?" Mungkin dia ada cadangan bisa ke Kanada, sedangkan gue nggak bisa segampang itu, merasa nggak enak ninggalin mama sendirian.

"Gapapa, masuk pts ga jelek kok. Kan emang saingan lo tuh se-Indonesia, jelas susah. Gue malah dikirim ke Kanada kalo gak lulus di Indonesia."

"Apa gue gap year aja ya chan.." Gue juga ikut mematikan laptop gue. Bukannya kaget atau gimana, Haechan berdiri dari duduknya dan merebahkan diri di kasur.

"Yakin? Kalo beneran gap year, gue ikutan deh." Katanya, memeluk guling gue dan memejamkan matanya.

"Gila aja? Lo enak disuruh kuliah di Kanada, gue gak bisa."

Haechan memiringkan kepalanya ke arah gue sehingga pandangan kita bertatapan. "Makanya, mending pts deh, apa mau gue cariin yang bagus?"

"Idih gak usah, lebay lu."

"Yaudah sih, gue pulang dulu deh. Mumpung gak ada mama, biar gak ditanya hasil ujian ptn gue. Duluan ya."

Haechan menutup pintu kamar gue. Nggak lama kemudian, suara mesin motornya terdengar menjauhi rumah dan akhirnya menghilang

Sedangkan gue masih terdiam di kamar gue dengan pandangan kosong. Jujur, gue sedih. Tapi apa mending ikut sarannya haechan buat masuk ke pts?

Gue gak begitu yakin apa masih ada universitas swasta yang masih buka pendaftarannya? Ya, gue salah karena cuma fokus ke ptn dan nggak cari cadangan pts. Terlalu percaya diri emang nggak baik.

Terlintas, kak Jungwoo memenuhi pikiran gue. Setelah dipikir-pikir, dia kuliah di universitas swasta.

whatsapp
kak jungwoo

me
Kak, mau tanya|
Univnya kakak msh buka pendaftaran nggak?|

kak jungwoo
|Masih Mar, knp?

me
Ya mau daftar dong hehe|

kak jungwoo
|Loh ujian yg kemarin..

me
Iya gitu wkwk|

kak jungwoo
|Gapapa
|Univ sini nggak kalah bagus
|Kan gampang nanti brgkt bareng

me
Oh iya ya|
Makasih infonya kak|

kak jungwoo
|👍🏻
Read.

kak jungwoo
|Btw, mau makan nggak?

Dengan pilihan akhir, akhirnya gue dan kak  Jungwoo makan di cafe depan kampusnya. Katanya sih biar gue bisa adaptasi sekalian. Karena banyak mahasiswa-mahasiswi yang nongki di cafe ini. Padahal gue nggak tertarik buat bergaul bersama calon kating kecuali kalo memang perlu dan harus.

"Spaghetti bolognese satu, chocolate lava cake satu slice, lemon cake satu slice, lemonade dua."

Kak Jungwoo mengakhiri raut wajah yang terlihat berpikir setelah gue tanya apa yang dia pesan dan gue mengangguk.

Saking seringnya gue makan sama dia, dia tau selera gue, begitu juga sebaliknya. Kak Jungwoo itu suka makanan apa aja yang penting nggak pedes, nggak suka jeroan, suka jeruk dan keluarga-keluarganya.

Gue nggak suka pedes juga, nggak suka tomat, nggak suka manis kecuali es krim, bisa makan jeroan tapi usus doang, itupun usus ayam. Suka semua buah atau sayur kecuali tomat tadi, pare, dan pete.

Karena ketidaksukaan gue dan kak Jungwoo terhadap makanan pedes, kita gampang buat milih makanan dengan request-an yang sama. Kecuali buat satu ini, dia pesen kue, gue spaghetti.

Setelah itu gue dan kak Jungwoo ngomong-ngomong seputar universitas. Baik itu enak-nggak enaknya.

Sampai pembicaraan kita berhenti karena alat yang kak Jungwoo bawa dari kasir berbunyi pertanda pesenan kita udah siap. Kak Jungwoo yang mengambil, gue hanya menunggu di meja.

Samar-samar gue mendengar suara yang mungkin dari meja yang nggak terlalu jauh dari meja gue dan kak Jungwoo. Karena posisi gue membelakangi mereka, gue mencoba mengambil hp tanpa menyalakannya dan mengarahkan sedikit ke belakang gue. Karena kalo pake kamera mungkin bakal mencolok.

Dan tepat, ada dua laki-laki yang gue rasa mirip kak Hendery dan temannya Xiaojun. Xiaojun menunjuk gue diikuti pandangan kak Hendery.

"Tuh cewek yang pas itu di food court, ganti cowok lagi dia, balik ke cowok yang waktu itu di McD."

Gue langsung terdiam mendengar itu, maksudnya apa? Dia nganggep gue apa?

Gue nggak mengintip lewat layar hp lagi, tapi ada suara yang membuat gue tetap tidak bergeming.

"Heh tangan lo! Tau darimana dia orang yang gitu? Urus aja ini kegiatan kampus gak guna, udah lo catet belom rundownnya?"

"Idih galak."












ㅡㅡㅡㅡ

just in case kalo kalian bingung ini akun apa, masih akun doyoung-mi cuma ganti user hehe, so, let's be more interact!🥺❤️ 
yang mau mutualan di twt/ig boleh ke bio ya❣️

BETWEEN US [COMEBACK SOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang