32. Akad Kedua...

1.1K 78 40
                                    


Happy Reading

Jangan lupa tekan Bintang, tinggalkan jejak juga ya.

*****

Acara yang cukup sederhana digelar di rumah Haidar, tak banyak yang diundang dalam akad keduanya kali ini. Bukan berniat meremehkan Hazimah atau yang lainnya, tetapi akad kali ini dilakukan dalam keadaan banyak masalah yang terjadi.
Rasanya kurang pantas menyelenggarakan pesta pernikahan saat Yana, sang Mama mertua dan juga Aliyah, istri pertama Haidar sedang sakit. Putra Hazimah sudah diperkenankan pulang ke rumah dengan catatan tiap minggu mereka harus memeriksakan kesehatannya. Mereka merawatnya dengan sangat baik. Sebuah nama juga telah diberikan oleh Hazimah.

Edra Ilyas Pratama, nama itu tersemat pada bayi mungil Hazimah. Demi bisa terus merawat dan berdekatan dengan keluarga Haidar. Aliyah menyarankan pada suaminya untuk mencari kontrakan rumah yang berdekatan dengan rumah Sania dan alhamdulillah mereka bisa menemukannya. Letaknya, hanya selisih empat rumah dari yang mereka tinggali saat ini.

Jika kebanyakan laki-laki melakukan pernikahan keduanya secara sembunyi-sembunyi dan di bawah tangan, hal itu tidak terjadi pada Haidar. Pernikahannya dengan Hazimah dilakukan secara legal sesuai hukum perundangan yang berlaku di negara ini. Dia juga telah menandatangani surat pertanyaan yang disyaratkan oleh KUA untuk pernikahan keduanya. Surat-surat itu antara lain berisi ijin dari Aliyah selaku istri pertama. Adanya kepastian suami mampu menjamin kebutuhan istri-istrinya dan juga anak-anaknya. Kepastian bahwa Haidar mampu berbuat adil.

Beberapa tamu undangan telah hadir untuk menyaksikan akad yang akan diucap Haidar. Bisik-bisik para tamu itu berdengung bak lebah yang sedang berkerumun. Keluarga Haidar dan Aliyah, hanya tersenyum menanggapi semuanya.

"Sabar, ya, Mbak," nasihat Aliyah pada Hazimah, "kita yang tahu alasan dari semua ini."

Hazimah,  hanya tersenyum. Semua pilihan pasti memiliki resiko pun dengan keputusan yang mereka ambil saat ini. Poligami sering menjadi momok bagi sebagian besar masyarakat kita. Tak ada yang salah dengan syariat poligami, tetapi oknum pelakunyalah yang sering kali membuat pernikahan seperti itu menakutkan.

Suara lantang Haidar sudah terdengar melafalkan akad. Semua orang deg-degan mendengarnya. Aliyah masih duduk di sebelah Hazimah di ruangan terpisah. Dia teringat saat Haidar akan mengucapkan akad yang sama dengan pernikahannya setahun lalu yang awalnya dipenuhi perdebatan.

Ucapan kata sah dari mereka yang menyaksikan sebagai penanda bahwa kini Haidar resmi menyandang status sebagai suami Hazimah. Aliyah memeluk perempuan itu erat satu per satu air matanya jatuh. Dia sadar perjalanan rumah tangganya akan banyak sekali rintangan.

"Selamat, Mbak," ucap Aliyah tulus, "aku bahagia kalian bisa bersama. Semoga Mas Zafran di alamnya juga bahagia dengan pernikahan ini."

Doa itu tulus dia ucapkan. Aliyah telah menekan semua egonya demi melihat kebahagiaan Haidar dan Hazimah. Inilah pengorbanan yang bisa dia lakukan sebagai seorang istri yang tak lagi mampu memberikan kebahagiaan seutuhnya bagi sang suami.

"Makasih, Al. Maafkan aku jika telah menyakiti hatimu." Kalimat itupun adalah ungkapan tulus dari Hazimah. Masalah demi masalah telah memaksa mereka melakukan semua ini.

"Eh, kenapa mesti minta maaf. Aku bahagia, Mbak. Beneran ...." Suara salam dari Haidar menghentikan perkataan Aliyah selanjutnya.

Seindah Surga Yang Dirindukan (Tamat) Where stories live. Discover now