2. Bagaimana Rasanya?

1.4K 184 10
                                    

Zweitson berpikir sejenak. Teman sebangku nya ini dingin sekali! Sulit didekati.

Kadang saat Zweitson mengerjakan tugas, lalu Fajri mendadak bertanya padanya. Dia menjadi sedikit canggung dan degdeg-an sampai membuat jam tangannya berbunyi lagi.

Dia dengar Fajri adalah anak klub basket...

Bagaimana ya cara mendekatinya?

Apa saat Fajri sedang latihan basket, Zweitson bawakan air mineral saja? Agar suasana bangku nanti lebih santai kalau mereka berteman kan?

Baiklah! Zweitson akan memberinya nanti!

"lu kenapa si?" Fajri menatap Zweitson dengan heran. Sedari tadi Zweitson tersenyum sendiri sambil mengepalkan tangannya.

____________________________________

Pelajaran olahraga. Jam ke 4

"Ajiii!!"

"semangat!!!"

Grup Cheerleader berteriak pada Fajri yang sedang latihan basket ditengah lapangan.

Ayolah...! Itu hanya latihan, apakah harus diteriaki begitu? Fajri bahkan sudah jengkel sejak detik pertama mereka berteriak teriak. Dia sudah protes. Tapi siswi siswi itu tidak mau mendengarnya.

Bola basket masuk ke dalam ringnya. Fajri tak gagal satu kali pun memasukkannya.

"oke! Cukup buat hari ini. Jam olahraga sudah habis. Untuk tim basket, Besok latihan lagi buat olimpiade bulan depan!" Guru olahraga menepuk nepuk tangannya. Meminta perhatian dari murid murid.

Fajri mengusap keningnya. Penuh keringat. Segera dia berjalan menuju tasnya, diujung lapangan.

"Hai Aji!"

Suara familiar itu. Fajri menoleh. Mendapati Zweitson yang menopang sebuah botol air mineral. Juga dua batang es krim.

"ngapain lu kesini? Lu kan gaboleh olahraga?" Fajri menatap Zweitson yang sedikit lebih pendek darinya.

"Nih!" Zweitson memberikan sebotol air mineral itu. Dan sebatang es krim rasa coklat.

Fajri menaikkan satu alisnya. Tapi dia tetap menerima 'hadiah' kecil dari Zweitson. "thanks" ucapnya. Lalu dia duduk di bangku kosong dekat tasnya.

"sama sama" Zweitson duduk disebelahnya.

"kok lu duduk?" Fajri menatap Zweitson.

"gaboleh?" Zweitson bertanya polos. Reflek.

"ah engga sih, nanya doang" Fajri membuka bungkus es krimnya.

"kelas olahraga... Udah selesai ya?" Zweitson bertanya.

"udah, sekarang jam istirahat."

"hmm gimana sih rasanya olahraga?"

"gitu gitu aja. Capek"

"Ohh..."

"lu punya penyakit jantung son?" Fajri akhirnya punya kesempatan menanyakan hal ini. Sedari tadi dia ingin bertanya soal ini. Tapi tidak sempat.

"iya." Zweitson menjawab, menunduk.

"sejak kapan?"

"dari lahir"

"gimana rasanya?"

"sakit... Pasti" Zweitson menatap jam tanganya. Kali ini angkadetak jantungnya normal.

"kambuhnya kapan aja?"

"kalau kecapean, atau bisa juga mendadak" Zweitson mengingat ingat moment dia terkena hal ini.

"pas lu ngenalin diri tadi, itu sakit?" Fajri teringat jam Zweitson berbungi kencang saat itu.

Zweitson menggeleng. "tadi cuma terlalu gugup, jadi nggak kerasa sakitnya"

Fajri mengangguk-angguk.

"udah selesai lho kelasnya. Mau ke kantin gak?" Fajri membawa tasnya.

"ayo!" Zweitson menjawab riang. Rupanya tidak terlalu sulit untuk bisa berteman dengan Fajri!

deg.

Bip bip bip bip!!!

Zweitson menutup matanya dengan erat. Dia jatuh terduduk di lantai. Oh ayolah!! Kenapa harus kambuh sekarang?!

Zweitson melihat sekilas angka di jam nya. 124. Bahaya. Lalu mendadak pandangannya gelap.

"Son?!" suara Fajri terdengar sekilas sebelum Zweitson benar benar kehilangan kesadarannya.

___________________________________

Aaa maafkan aku yang menghapus cerita ini waktu itu QwQ. Konsep ceritanya kuubah hampir semuanya! tunggu lanjutannya ya! (。'▽'。)♡

I just need U || JiSon UN1TYWhere stories live. Discover now