19.IBLIS KECIL

209 65 11
                                    

"Warna hidup itu beragam, tidak hanya terpaku pada warna primer ataupun sekunder. Begitupun hidup, tidak hanya bisa berdiam pada satu atau dua tempat nyaman yang kamu senangi saja."

-Author manis-

•••

Aldev mengetuk pintu apartemet sahabatnya dengan wajah yang bertekuk-tekuk.

"Gavin, Aldev tampan datang!" ujarnya di depan pintu yang masih tertutup.

Dia terus mengetuk, ah tidak! Dia sekarang sudah menggedor-gedor pintu apartement Gavin dengan tidak sabarnya.

"Gavinnn! Woy ini gue, bukain pintunya, kampret!" umpat Aldev dengan tidak tahu malunya.

Tidak lama dari itu, pintu apartement pun terbuka.

"Om berisik!" sentak Elsya dengan wajah yang amat kesal.

"Ni bocah, makin lama makin ngeselin ya," dengus Aldev, lelaki itu menunduk pandangannya untuk menatap wajah si kecil nan lugu tapi menyebalkan itu.

"Bocah! Lu mau gue lempar dari gedung apartement ini!" sewot Aldev, menyentil pelan kening Elsya.

"HUAAA PAPAAAAA, OMM NYA JAHAT SENTILL, ELS!" pekik gadis itu yang mulai menangis dengan dramatisnya.

Gavin berjalan dengan tidak santainya menuju pintu apartement, menatap wajah sahabatnya itu dengan garang.

"Lo apain anak gue, Aldev!" bentak Gavin kesal, mengangkat sang anak ke dalam gendongannya berusaha menenangkan tangisan putrinya itu.

"Bapak sama anak, sama aja."

Aldev nyelonong masuk ke dalam apartement dengan santainya.

"Woy! Aldev, lo apain anak gue!" teriak Gavin yang di hiraukan oleh Aldev.

Gavin mendengus, ikut masuk ke dalam apartemen, tak ingin mengganggu tetangga karena suara tangisan sang anak yang cukup keras.

"Els sudah ya, nanti papa pukul om nya." Gavin mengelus pelan punggung anaknya itu.

Saat tangis anaknya sudah reda, dia menurunkan Elsya di sofa, menyetel film frozen kesukaan sang anak.

Keadaan cukup hening beberapa saat sampai sang anak kembali merengek karena lapar.

"Papa lapar," rengek gadis itu saat sudah merasa bosan menonton film frozen di ipad milik papanya itu.

"Els ingin makan apa hm?" tanya Gavin dengan selembut mungkin.

"Els ingin makan nasi goreng, tapi Els juga ingin bermain pa," jawabnya dengan cepat.

"Bermain?"

"Iya papa, bermain."

"Anak papa yang cantik ini ingin bermain apa hm?"

Gadis itu nampak sedang berfikir serius. "Bermain kuda-kudaan, pa," jawabnya sangat antusias.

"Kuda-kudaan?"

Gadis itu mengangguk mengiyakan.

"Om Aldev jadi kudanya, yay!" lanjutnya kegirangan.

Aldev melotot saat namanya terseret. Berani sekali iblis kecil ini. Apa katanya barusan, kuda? Dia jadi seekor kuda? Ah, yang benar saja! Bisa hancur image seorang Aldevano Felixo.

"Gak! Gak ada! Bisa ancur image seorang Aldevano Felixo," bantah Aldev tidak terima.

"Huaaa.. papa, om jahat," rengek Elsya dengan air mata buayanya yang kembali mengalir.

DEVANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang