24.KEMBALI SADAR

165 35 11
                                    

"Terima kasih sudah bertahan dan mau kembali berjuang, adek."

-Daren Askara-

•••

Sudah terhitung 2 minggu sejak Nara menutup matanya, sepertinya mimpinya kali ini cukup indah sehingga membuat gadis itu betah untuk lama-lama di sana.

Pintu ruang inap itu terbuka. Seorang lelaki masuk ke dalam lengkap dengan jasnya juga laptop di tanggannya.

"Bun," ujarnya menyapa dan mencium punggung tangan yang lebih tua.

Si bunda tersenyum. "Abang, bunda tinggal ke kantin bawah ya, bunda lapar."

Yang di panggil pun menggangguk. "Iya bun. Makannya pelan-pelan aja bun, jangan buru-buru," sahut yang lebih muda.

Si bunda terkekeh pelan, sebelum akhirnya benar-benar pergi di balik pintu yang kini tertutup.

Daren meletakkan laptop yang ada di tangannya di atas meja. Lelaki itu kini berjalan pelan ke tempat yang di duduki oleh si bunda.

Daren menghela napasnya sejenak. "Sampe kapan lo mau tidur kayak gini, dek?" tuturnya pelan.

"Indah banget ya mimpi lo? Sampe lo gak mau bangun gini," lanjutnya terkekeh.

Daren memandangi wajah lelap indah si cantik yang masih setia menutup matanya itu.

Setelah puas memandang wajah Nara, Daren bangkit dari duduknya dan mengerjakan pekerjaannya yang belum sempat ia kerjakan.

Sudah 2 jam Daren berkutat dengan laptopnya. Daren meregangkan tubuhnya yang sedikit lelah.

"Abang, capek ya?" ujar seseorang.

"Iya capek banget, pegel juga," jawabnya tanpa menoleh, kembali fokus ke laptop.

"Abang aku haus, mau minum." Suara itu kembali terdengar.

Seolah sihir yang menyapa, tanpa sadar Daren bangun dari duduknya, berjalan ke arah nakas dan mengambil segelas air minum.

"Nih," sodornya pada yang meminta air.

Nara tersenyum. "Makasih, Abang," ujarnya.

Daren hanya membalas dengan gumaman. Kini lelaki ini kembali fokus dengan laptopnya tanpa menyadari kejadian yang baru saja terjadi.

Nara menghela napasnya.

"Abang kayaknya kalo udah sama laptop fokus banget," dengus gadis itu kesal.

Perhatian Nara teralihkan kala melihat pintu di buka. Senyum gadis itu terbit di pipi chubby-nya.

"BUNDAA!" pekiknya bahagia.

Yang di panggil bunda menoleh dengan kaget. "Astaga sayang! Kamu udah sadar."

Tanpa sadar bunda ikut memekik. Membuat fokus Daren kini terbagi dan memilih untuk mematikan laptotpnya.

"Bunda kenapa teriak sih?" tanyanya.

"Daren, itu Nara udah bangun kenapa kamu gak kabarin bunda sih!" Si bunda menjewer telinga Daren.

Daren tertegun sesaat, seolah jeweran si bunda sama sekali tidak membuatnya kesakitan. Matanya mengedip-ngedip seperti anak kecil yang kebingungan.

"Bunda ..."

"Hmm, kenapa?" Jeweran itu terlepas.

"Itu siapa di atas kasur?" tanyanya bodoh.

Yang di panggil bunda kembali mendengus. "Kamu ini kayaknya kebanyakan liat skripsi, jadinya lemot begini," omelnya.

"BUNDAAA!! NARA UDAH SADAR!" pekiknya spontan.

DEVANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang