43. Now My Family Knows

3.3K 377 39
                                    

Author's Pov

Toni nampak terkejut saat nama Lia disebut.

"Pa, mau di ke kontrakin aja?" Tanya Tara.

Toni yg hampir berkaca-kaca, langsung menoleh pada Tara. "Sebaiknya, langsung di kuburkan saja. Kontrakan Papa kan kecil."

"Kalo gitu, di rumah kami saja." Saran Ari.

"Oh, tidak usah Pa. Tidak apa-apa. Kan lebih baik, jenazah itu segera dikuburkan. Apalagi, ini kan udah berhari-hari juga."

Yg lain hanya bisa manggut-manggut.

"Yasudah kalo begitu, kita langsung bawa ke TPU ya." Ucap Polisi.

Dan semua pun setuju.

*

Jenazah Lia siap dikubur. Setelah tadi, mereka semua berdoa terlebih dahulu untuk Lia dan mengikuti tahap-tahap pemakaman yg mereka yakini, kini saatnya peti yg berisi jenazah Lia yg sebagian tubuhnya sudah hancur akibat terbakar ini, dikuburkan.

Toni dan Tara adalah orang yg paling sedih di sini. Tapi, mereka juga orang yg paling kuat, sebab ketika mereka sedih seperti ini, mereka tidak menangis seperti yg lainnya. Mereka terus berusaha menguatkan diri agar tidak terlalu larut dalam kesedihannya. Walaupun sulit, tapi mereka tetap berusaha.

Bela dan Dina adalah orang yg paling kencang menangis. Mereka sampai berurai air mata dan sesenggukan. Sedangkan Ari, hanya menatap sedih dan sendu peti yg mulai ditimbun tanah itu.

Bila dan Bolu tidak ikut ke area kuburan. Mereka disuruh menunggu di dalam mobil yg berada di depan TPU.

'Ma... Aku juga sayang sama Mama. Maaf aku gak bisa jadi anak yg baik buat Mama. Maaf aku gak bisa nolongin Mama waktu itu. Kalau aja aku berusaha buat ngelepasin diri dari mereka dan gak lemah kaya waktu itu, aku pasti bisa lepasin Mama. Semua ini salah aku. Harusnya aku bisa bebasin Mama... Harusnya Mama gak berakhir kaya gini... Harusnya kita bisa kumpul bareng-bareng lagi. Papa udah dateng dan kita pasti bisa hidup bahagia. Maafin aku Ma... Ini salah aku...' Tara terus saja merutuki dirinya.

Ia masih belum bisa terima dengan kepergian Ibunya yg terjadi secara sadis ini. Jika saja, waktu itu Tara tak melihat langsung detik-detik Lia meninggal, mungkin Tara tak akan merasa sebersalah ini.

*

Pemakaman sudah selesai di lakukan sedari tadi.  Keluarga Bela dan para polisi juga sudah pulang. Sekarang hanya menyisakan Tara, Toni dan Bela. Bela tidak ikut pulang karena masih ingin menemani Tara.

"Tara, udah yu... Kita pulang..." Ucap Bela lembut sembari mengusap punggung Tara.

"Aku masih mau di sini."

Bela melirik Toni yg sudah berdiri, lalu kembali menatap Tara yg kini berada di sampingnya.

"Papa kamu juga udah mau pulang tuh. Kita di sini udah dari tadi loh... Ini udah malem..." Bela berucap dengan hati-hati. Ia tak mau membuat Tara tersinggung.

"Kenapa tadi kamu gak ikut pulang sama Mama Papa kamu?" Ucap Tara yg masih memandangi nisan Ibunya.

"Ya aku gak mungkin ninggalin kamu dalam keadaan kaya gini, Tara..."

Kini Tara menoleh pada Bela. Di sorot mata Tara, nampak jelas bahwa dirinya sedang bersedih. Walaupun tak ada air mata di sana, tapi tatapan itu terlihat sangat pilu.

"Udah yuk, pulang." Bela tersenyum.

"Mama meninggal gara-gara aku..." Tara menunduk.

"Hey, nak. Jangan ngomong kaya gitu. Ini buka salah kamu." Toni berjongkok kembali di samping Tara.

YOU'RE CRAZYWhere stories live. Discover now