08: terungkap

224 38 21
                                    

Jangan lupa vote dan comment ya :)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa vote dan comment ya :)

Enjoy!

+÷+

Menghentikan laju mobil, kini Jeno mendudukkan diri di depan minimarket sembari meneguk soda yang barusan dibeli. Dia tidak berniat mabuk karena banyak yang harus dipikirkan. Mulai dari masalah keluarga sampai rencana bejatnya itu. Kepala jadi sedikit pusing, karena pertengkaran tadi Jeno jadi penasaran akan suatu hal.

"Sebenernya mereka dapetin gue dari mana, ya?"

Menyeruput ramen lalu meneguk kuahnya hingga tak bersisa, pemuda Han meraih botol soda yang belum habis dan masuk lagi ke dalam sedan mewah. Dia mengendarai dengan kecepatan normal menuju rumah yang sekiranya tahu mengenai seluk-beluk keluarga Han.

Hanya berjarak sepuluh kilometer dirinya memutar setir, kini pendiriannya berada di depan pintu rumah dua lantai yang tidak seberapa dengan tempat tinggalnya.

Ah, tidak. Maksudnya rumah keluarga tirinya.

Menekan bel rumah tak lebih dari tiga kali, akhirnya pintu terbuka menampilkan lelaki seumuran yang sikapnya agak jutek, "Jeno? Ngapain malem-malem ke sini?"

"Cepet panggil Papa lo, gue mau ketemu dia."

Remaja bernama Lee Juyeon berdecak pelan sebelum menuruti perintah sepupunya yang umurnya tidak jauh berbeda. Tanpa disuruh pun Jeno ikut masuk dan duduk di sofa rumah, maniknya memandang ruang keluarga yang berantakan dengan alat playstation yang diyakini milik Juyeon.

Pantas saja Juyeon berdecak, ternyata ia mengganggu sepupunya yang tengah asyik bermain.

"Jeno? Ada apa malem-malem ke sini? Gimana kabar kamu?"

"Kabar Jeno baik, Om. Om Minho dan keluarga gimana kabarnya?"

Kebohongan sang keponakan diangguki oleh lelaki surai hitam legam, dia juga mengabarkan bahwa keluarganya dalam keadaan baik. Hening selama lima detik, tak lama kemudian Minho tersadar kalau anaknya tidak menemani sepupunya yang datang. Dia malah kembali menuju ruang televisi dan bermain sendirian.

"Juyeon! Sepupu kamu dateng masa kamu malah main kayak gitu? Nggak sopan!"

Terlihat anaknya yang terdiam kesal di depan televisi akhirnya menoleh dan membalas perkataan Ayahnya, "Kalau Jeno mau ikut main ya jalan aja ke sini! Orang nggak jarang juga Jeno main ke rumah. Kayak kedatangan orang asing aja."

"Nggak apa-apa, Om. Lagipula Jeno cuma mau tanya sedikit aja kok." Senyum tipis, kini pandangan dua pria yang duduk di sofa mengarah pada wanita yang memberikan dua gelas teh hangat. Jeno membungkukkan badannya pada Lia selaku pendamping hidup Lee Minho.

"Terima kasih, Tante."

"Iya sama-sama, Jeno. Tumben malem-malem kamu ke sini. Udah mau jam dua belas soalnya." Kata Lia sembari mendudukkan diri di sebelah sang suami.

[ii] Bad Son ✔️Where stories live. Discover now