02. Selamat datang dunia

2.6K 275 5
                                    

[Axeryda]

Aku membuka mataku perlahan, pusing, berisik sekali.

Dan, apa ini?.

Sebuah pasar?.

Aku memasuki 'entah apa itu sesuatu yang aneh' hanya untuk ke pasar? Benar-benar arwah sialan itu.

Tapi, tunggu sebentar, ini di pasar mana?.

"Minggir gadis! Untuk apa kau menghalangi jalan seperti itu?!" gertak seseorang membuatku dengan sigap berdiri, tapi tentu saja itu membuat kepalaku ini semakin pusing.

"Maaf Paman" aku meringis tidak enak, sangat aneh duduk di tengah-tengah pasar sedangkan orang lain berlalu-lalang.

Aku menepuk rok seragam SMA Bhagawanta dengan keras, berupaya menghilangkan debu yang membuat tampilanku semakin buluk.

"Nona Axeryda!" panggilan seseorang dengan gugup.

"Astaga Nona, Anda tidak boleh kabur dari rumah lagi, menyamar menjadi rakyat jelata? Baju siapa yang Nona pakai? Sangat tidak layak" orang tadi langsung memayungiku, astaga, hei, siapa orang ini?.

"Mari Nona mobilnya di seberang jalan" orang aneh itu menuntunku ke sebuah mobil berwarna neon yang menyakiti mata di siang bolong.

"Benar-benar hampir membuatku buta" aku menggeleng, tak tahan untuk tidak berkomentar.

"Apanya Nona?"

"Warna mobil ini..., siapa pemiliknya?" tanyaku penasaran.

"Hah? Ini mobil Anda tentu saja" oke, orang ini sepertinya pelayan pribadi.

Aku tidak punya mobil sendiri tentu saja, Papa tidak akan membiarkanku menyetir sendiri.

"Nona ayo segera masuk, di luar panas" desak pelayan itu membuatku otomatis masuk ke dalam mobil.

Setelah pelayan tadi masuk juga, mobil mulai dijalankan oleh sopir, tapi aku harus bertanya.

"Di mana ini?" tanyaku, itu harus, tempat ini begitu asing, pasar tradisional, aku tidak pernah menemukan yang serapi dan sebersih itu, serius, biasanya kalau aku pergi ke pasar, pasti sampah di mana-mana, entah sampah plastik sampai sayur-sayuran yang sudah membusuk.

"Anda pergi terlalu jauh sampai tidak mengetahui Anda pergi ke mana Nona, ini di pasar Kala" pelayanan tadi menjawab.

Ah karena otakku pintar, aku beralih menggerayangi tas mencari ponsel, hendak mencari di google maps, apa lagi.

"Mencari apa Nona?"

Aku baru ingat, ponselku dibanting sampai mati oleh papa kemarin. Ah, itu semua gara-gara adikku yang ular itu. Mulai detik itu dia bukan adikku lagi.

Aku diusir dari rumah, itu intinya.

Karena sudah terlanjur marah dan kecewa, ya, aku pergi dari rumah sesuai dengan yang Papa minta. Aku tidak membawa baju, serius, karena semua bajuku dibeli dengan uang Papa, aku sangat enggan.

Tetapi untungnya, laptop, photo card, album-album, semua pernak-pernik yang berkaitan dengan idolaku, dan dua lightstick yang kepalanya berbentuk persegi enam itu aku masukkan ke dalam dua tas ransel yang ku bawa dengan kerepotan ini. Oh iya, sepuluh bungkus Indomie dengan berbagai rasa dan enam botol minuman yogurt juga masuk ke tote bag yang aku tenteng. Yah setidaknya aku membawa hartaku yang paling berharga ini.

Tunggu, kenapa aku menurut sama orang yang tidak aku kenal ini?.

"Siapa kamu?" tanyaku akhirnya merasakan ketegangan, dasar bodoh.

"Nona, jangan bermain-main, bukan begini caranya untuk menolak tanggung jawab setelah hampir mencelakai orang lain" wajah pelayan ini sedikit lelah.

????.

AxerydaWhere stories live. Discover now