7. Someone Who Knows Past

474 98 20
                                    

Warn: typos in everywhere

Et, tunggu dulu. Votenya mana nih, darling?!!






























"Undertaker, kau membawa Anyelir merah lagi rupanya."

"Ya. Cantik seperti dirimu."

"Sepertiku? Tapi 'kan tidak abadi. Umurku singkat seperti kupu-kupu."

"Ya, dan itu masalah terberatnya."






























C L E A N F R E A K C A T

— C L E A N  F R E A K  C A T —

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.



Gadis bersurai jelaga tengah memandang bosan cangkir gelasnya. Sudah dua jam penuh ia dan para cecunguk sialan ini terus berdiam tanpa adanya sepatah kata pun. Sasha yang sudah menghabiskan lima roti yang ia punya mulai memberontak. Jika saja Connie dapat menghentikan Sasha memakan habis rotinya, pasti gadis bersurai cokelat terkuncir itu tidak akan berubah menjadi titan jadi-jadian. Mikasa setia diam di samping Eren sesekali menghirup aroma dari syal merah yang baru saja ia cuci. Sebenarnya, gadis itu tidak ingin mencuci syal karena alibi aroma Eren akan hilang. Tapi, pemuda itu terus saja mengaduh jika syal yang dipakai Mikasa sudah kotor dan harus segera dibersihkan.

Levi bertindak selayaknya tuan rumah. Kaki yang diangkat satu sehingga sejajar dengan tinggi meja. Lalu tangan yang terlipat rapi di depan dada. Mata kelabunya memincing kala sang gadis berdiri. Kehadiran pria bersurai hitam itu membuat Eren mengernyit heran. Ia penasaran siapa pria ini sebenarnya. Awalnya ia kira, Levi adalah paman dari (Name) karena warna rambut mereka yang sama. Dan satu hal yang pasti, ia kira orang ini akan ramah tamah kepada tamu terlebih tamu tersebut adalah seorang pelajar.

Namun, ia salah. Levi menarik dirinya dan Jean secara kuat. Padahal Eren dan Jean lebih tinggi daripada Levi. Sial, pikirnya. Pria ini mempunyai sifat bossy.

"Kalian ini sebenarnya mau apa sih datang ke rumahku?" Tanya sang gadis.

Armin membuka mulutnya. "Sebenarnya hanya khawatir. Kau tidak masuk sehari. Padahal dirimu sangat ambis."

Timbul perempatan siku-siku di dahi sang gadis. Jika bukan karena ingin menyaingi sang kakak, ia pasti sudah berleha-leha dalam kamar dan terlalu ambis dalam pelajaran. Tapi mengingat ia bersantai tidak belajar, wajah orang tuanya yang bagai monster pasti akan terngiang jelas. Sudah begitu, pelayan hitam satu itu pasti akan mencemohnya. (Name) mengangguk. Benar juga. Semuanya akan terasa biasa saja kecuali kehadiran dan cemohan dari Sebastian. Tapi jika tidak ada iblis itu, hidupnya pasti akan binasa.

Clean Freak Cat; Levi AckermanTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon