#Lakon

60 40 7
                                    

Bayang-bayang benci coba tuk mengganggu sanubari, menghasut rasa nan toleransi, nafsu lantang berorasi benci dia, dia tak pantas bersua nan menyatu lutut denganmu. Di ujung tarikan nafas yang semakin susah mencari cela paru-paru, kewalahan jatung memompa darah yang setiap perdetiknya begitu pekat menghitam, sisa-sisa akal sehat berjuang tuk menyadar akan sesatnya sanubari, ujaran kebencian sedikit bertahta, gelak tawa kemenangan membising akal sehat

Tergopoh-gopoh sang suci mengucap tak payah memikir kecerian tak selamanya ditutup akan indahnya senja. Hidup selalu ada titik rendahnya, mari menyepakati bahwa sesuatu yang kasat mata hanya fantasi nan ilusi

Lukisan mahal di ruang tamu itu pasti terselip frustasi jemari dan imajinasi sang pelukis, mentari tak selamanya menyambut nyanyian burung-burung kecil dengan senyuman manis. Satir halus selalu tersembunyi dalam diksi yang indah

Peranmu kali bukan sebagai aktor utama, namun sabatas figura, usah cemas akan honor sedikit pun enggan sang produser menguranginya, sudah tak perlu mengerutkan dahi akan honor yang besar dan figuran itu, kau memang figuran dalam lakon mereka namun bolehkah kau ku suruh tuk memajamkan mata beningmu 1 menit saja tuk menelaah lakonmu?

Tak perlu berterima kasih kau memang pantas akan hal itu, biarkan saja dulu ilusi dunia menipu dan memberdayakannya bukankah peran figuranmu kunci dari pementasan ini? tenang saja, tugasmu tak kan sia-sia

Tidak! Mari lantang menolak! hidup tak selamanya tentang canda tawa, tangis dan benci selalu melebur di dalamnya, biarkan mereka sedikit congkak akan lakon ilusi, tetap total maikan peranmu, usah peduli akan figuran atau aktor utama

#Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora