🍁 Heartbreak Anniversary

1.6K 266 85
                                    

Gak tau mau nulis apa, tapi happy reading!! Jangan lupa vote dan komentarnya ya, love you!

•••

Sepanjang perjalanan pulang, Kak Doyoung gak ada sama sekali ngajak gue ngobrol. Gue rasa dia juga marah sama gue karena sikap gue yang masih labil. Sudah punya pacar, tapi mau juga digandeng orang lain. Sudah begitu, gue marah pula dengan Kak Doyoung yang cuma post status dan berdiri berdua dengan Kak Sejeong. Kadang, gue merasa belum cukup usia untuk menjalin hubungan ini. Terlalu terburu-buru gue menerima ajakan Kak Doyoung waktu itu dan sekarang gue sadar kalau di dalam sebuah hubungan itu juga ada komitmen yang harus dijaga. Sepertinya gue gagal.

"Kak, mampir dulu?" tanya gue yang sudah turun dari motornya.

Kak Doyoung menggeleng. Gue menghela napas. Padahal gue senang Kak Doyoung yang tiba-tiba datangin gue langsung ke rumah, ketemu Ayah Bunda. Bahkan, gue rasa kami juga sudah mulai kembali berbaikan secara gak langsung. 

"Maaf." Gue mendongak, menatap Kak Doyoung yang kini berdiri di hadapan gue. Kak Doyoung menghela napas lalu menatap gue intens.

"Kakak cemburu. Kenapa kamu bisa lebih dekat sama Jaehyun yang notabenenya kalian cuma sebatas adek dan kakak kelas. Sedangkan kita, bersama tapi ada jarak yang masing-masing kita bisa rasakan."

Gue diam, memperhatikan semua yang diucapkan Kak Doyoung. Memang benar adanya, semua ini karena kami yang terlalu terburu-buru dalam menjalin hubungan. Belum saling kenal, hanya beberapa kali interaksi, tapi dengan percaya dirinya sudah beranggapan bisa saling melengkapi. Bodoh. Walaupun jarak usia kami cuma setahun, tetap saja pola pikir kami berbeda. Kak Doyoung yang santai dan gue yang terlalu baperan. 

"Maaf. Seharusnya juga ya aku sadar diri, bisa batasin diri. Aku pikir, dengan ngomong sama Kakak kalau mau jalan sama Jaehyun bakal—"

"Kalau gak didatangin juga gak ngomong kan?"

Gue terdiam. Gue gak bisa mengelak.

"Maaf."

Kak Doyoung cuma bisa menghela napas. Mungkin kalau gue jadi dia, gue sudah gak bisa ngomong apa-apa lagi karena lebih memilih untuk menangis. Bahkan sekarang, menatap matanya saja gue gak bisa. Gue takut.

"Maaf, seharusnya Kakak datang lebih awal. Jelasin semua dan kita sama-sama saling terbuka. Kakak pikir, dengan gak menceritakan ke kamu justru kamu gak bakal kepikiran tentang siapa Sejeong. Ternyata salah ya? Sejeong itu masa lalu Kakak, tapi dengan datangnya dia sekarang bukan berarti kami akan sama-sama lagi."

"Karena aku ya?"

Kak Doyoung menggeleng, tangannya mengelus kepala gue lembut. See, gak ada yang bisa menebak apa yang akan dia lakukan satu detik kemudian. Gue jadi takut. 

"Gak sama sekali. Kalau kamu pikir sebagai pelarian, kamu juga salah. Sejeong itu cuma mampir, tapi gak menetap. Kamu percaya love at first sight? Kalau Kakak percaya," ucapnya sambil menatap gue lama. 

Tangannya masih memainkan rambut gue, menyelipkan ke belakang telinga, lalu tersenyum, "Cantik," gumamnya sebelum akhirnya mengembalikan tangannya ke posisi semula. Jujur, gue takut banget sekarang. Dengan sikap Kak Doyoung yang gak seperti biasanya ini justru membuat pikiran gue terbang kemana-mana. Lebih baik Kak Doyoung yang terus terang dengan kata-kata pedasnya yang menusuk daripada bertele-tele seperti ini.

"Seminggu yang lalu, Sejeong ngajak makan bareng. Gak berdua, tapi bertiga sama adiknya. Oiya, adiknya itu anak didik Kakak. Ya...dunia sesempit itu, padahal Kakak kira kami gak bakal ketemu lagi. Nyatanya salah."

Gue menunduk. Bahkan, gue baru tau sekarang.

"Kalau mau balik ke Kak Sejeong gak masalah kak."

"Bukan begitu, Naya. Gak sama seperti apa yang kamu pikir. Untuk apa Kakak sama kamu kalau masih menunggu orang lain?"

Gue rasa emosi kami sudah mulai memuncak. Dari suara Kak Doyoung yang mulai terdengar frustasi dan gue yang mati-matian menahan tangis.

Gue menggeleng, "Gak masalah, Kak. Dari penjelasan Kakak tadi sudah cukup meyakinkan. Kisah kalian berdua itu lebih dulu daripada kisah kita, Kak."

"Naya..." Kak Doyoung mengusap wajahnya.

"Semua keputusan dan ketegasan ada di tangan Kakak. Kalau kakak merasa kita bersama ini hanya sebagai pemantapan hati gak masalah. Aku datang pas kakak sedang berusaha melupakan Kak Sejeong dan kalau di saat yang sama Kakak merasa gak bisa melupakan Kak Sejeong kalau sama aku, lebih baik Kakak kembali saja."

Gue masih berusaha untuk senyum. Bodoh, kenapa gue gak bisa jadi egois? Gue tau akhirnya seperti apa, gue takut, tapi kenapa malah gue yang seolah membuka jalan untuk merealisasikan ketakutan gue?

"Aku gak tau, Kak, aku gak bisa jadi orang egois. Karena aku tau, merelakan itu berat. Terkadang masih ada masa lalu yang perlu dilanjutkan ketimbang membuat kisah baru. Ya kan?"

Kak Doyoung natap gue. Lama kami bertatapan. Gak ada yang kembali bersuara, mengeluarkan emosinya. Dari tatapan Kak Doyoung, gue merasa kalau dia pasrah dengan gue. Kami berakhir.

Kak Doyoung menghela napas, mengusap wajahnya dan berbalik membelakangi gue.

"Ayo putus."

Gue terdiam.

"Ayo kita berhenti. Ayo kita kembali jadi sebatas adik dan kakak kelas."

Gue mengangguk disertai air mata gue yang gak bisa lagi ditahan.

"O-oke. Makasih sudah ngantar pulang, hati-hati." Gue berbalik menuju halaman rumah setelah gak mendapat respon apa-apa dari Kak Doyoung.

Jadi begini akhirnya? Gue kalah dengan masa lalunya? Dari banyaknya pilihan yang ada, kenapa gue harus bertahan dengan orang yang belum bisa berdamai dengan masa lalunya?

"Mau bagaimanapun, aku sayang dia."

"Naya!" Belum sempat gue berbalik, Kak Doyoung sudah lebih dulu meluk gue dari belakang. Pelukan yang terlalu erat untuk perpisahan.

"Ayo balikan."

Gue melepaskan pelukannya, berbalik dan menatap Kak Doyoung bingung.

"Kakak bukan orang yang rela melepaskan apa yang sudah diperjuangkan demi kembali ke masa lalu. Ayo balikan."

Gue gak bisa menahan senyum dan langsung berhambur memeluk Kak Doyoung dan juga dibalas pelukan darinya.

"Kenapa harus putus sih kalau cuma semenit?"

"Semenit aja menyiksa apalagi lama, Nay."

Gue mengangguk. Benar juga.

"Happy Anniversary, selamat kena prank," bisiknya.

Gue melotot dan langsung mencubit lengan Kak Doyoung kuat, "Putus beneran aja!"

"Nanti nangis."

Gue capek pacaran sama Kak Doyoung, tapi gue sayang.

•••

Drama banget orang pacaran

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Drama banget orang pacaran

SENIOR || DoyoungWhere stories live. Discover now