Chapter 21 - I Don't Wanna Die

1.1K 163 46
                                    

Pagi-pagi sekali, bahkan matahari belum menampakkan wujudnya, Taeyeon sudah sibuk berkutat di dapur. Ia sedang menyiapkan sandwich sangat banyak yang akan ia bagikan kepada seluruh teman kerjanya. Ia melakukan ini sebenarnya memiliki tujuan utama, yaitu agar Tiffany juga mau menerimanya. Gadis itu tak akan menolak jika pegawai yang lain menerimanya.

Dengan sabar ia menata satu persatu sandwich yang ia masukkan ke dalam wadah mika transparan. Setelah hampir dua jam ia berkutat, akhirnya selesai juga dan bersiap untuk mandi lalu berangkat bekerja.

Saat akan berjalan menuju kamar mandi, Taeyeon terkejut dengan darah yang tiba-tiba keluar dari hidungnya. Ia pun dengan cepat mengambil beberapa tisu untuk menahan darah di hidungnya dan membersihkan darah yang menetes di lantai.

Ia berdiri di depan wastafel untuk menghentikan pendarahannya yang semakin banyak. Ia memang merasa pusing setelah bangun pagi, namun ia tak menyangka jika akan mimisan juga seperti ini.

"Apa ini? Apa efek samping operasi itu bisa muncul kembali setelah sekian lama?" Ucap Taeyeon lirih sambil menatap wajah pucatnya di cermin.

Taeyeon datang ke kantor saat sangat masih sepi, ia meletakkan satu per satu sandwich yang telah ia buat di meja teman-temannya. Namun masih ada satu sandwich yang ia simpan, ini adalah milik Tiffany. Ia akan memberinya langsung nanti.

Baru saja Taeyeon memikirkan gadis itu, Tiffany sudah datang. Ia sering mendengar dari teman-temannya bahwa Tiffany orang yang sangat disiplin. Hampir setiap hari ia datang awal dibanding yang lain, kepemimpinannya di tim ini juga sangat baik, konsep dan ide-ide yang ia miliki selalu membawa perusahaan ini ke arah kemajuan. Dan Taeyeon tahu itu, Tiffany sejak kecil memang anak yang cerdas.

"Team leader!" Panggil Taeyeon lalu mendekat ke Tiffany dan menyerahkan sandwich itu.

"Terimalah ini, aku memberikan ini pada mereka juga." Ucap Taeyeon lagi.

Awalnya Tiffany terlihat berpikir panjang, namun pada akhirnya ia menerima itu dan mengucapkan terimakasih pada Taeyeon.

______________________

Saat istirahat makan siang, Taeyeon tak keluar. Ia berencana ingin melakukan pendekatan pada Tiffany. Mengingat ini sudah beberapa bulan ia bekerja di tempat ini, namun Tiffany masih seperti biasa. Mereka benar-benar tak jauh dari sebatas teman kerja.

Saat Tiffany keluar dari ruangannya, Taeyeon mengikuti dari belakang, tentunya berjarak jauh darinya. Ia bahkan kini mengendap-endap seperti pencopet yang bersiap merebut dompet Tiffany.

Ia kira Tiffany akan pergi menuju kafetaria kantor, namun ternyata Tiffany lebih memilih ke kafe yang tak jauh dari sini, membeli minuman berwarna oranye dan kudapan. Taeyeon memesan ice cream vanilla dan duduk di meja yang sama dengan Tiffany. Ia asal duduk tanpa bertanya apakah Tiffany akan menyetujuinya duduk di sini.

"Tiffany, kau berniat di sini sendiri atau sedang ingin bertemu dengan orang lain?" Tanya Taeyeon. Sedangkan Tiffany hanya mengerutkan dahi memandang Taeyeon yang tiba-tiba muncul seperti hantu.

"Kita sedang di luar kantor, tidak apa bukan? aku tak memanggilmu dengan sebutan Team Leader?" Tanya Taeyeon lagi.

"Aku tidak akan bertemu siapapun, hanya sendiri di sini." Tiffany menjawab pertanyaan Taeyeon yang pertama.

"Baguslah, aku datang di saat yang tepat, hehe." Taeyeon menunjukkan cengirannya lalu melahap es krim vanilla miliknya.

Tiffany dengan santai menikmati makanan dan minumannya, sedangkan Taeyeon dengan senyum teduhnya menatap lekat mantan kekasih yang semakin hari semakin cantik itu.

ROOMMATE (COMPLETED)✅Where stories live. Discover now