Prolog

59 6 0
                                    

"ELIIIIII!" suara memekik itu memenuhi seisi ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"ELIIIIII!" suara memekik itu memenuhi seisi ruangan. wanita setengah paruh baya dengan handuk melilit dikepalanya itu mendatangi sosok putri tunggalnya yang masih terlelap ditempat tidur.

Waktu sudah menunjukkan pukul 14.50, tandanya sudah hampir sore putrinya itu belum bangun juga.

Amara–sang Ibunda Eli dengan tega nya menyiram anaknya dengan segayung air yang sedari tadi ia siapkan.

"ALLHAUAKBAR TSUNAMI!!" Teriaknya spontan. Sontak gadis bernama Eli itu langsung bangun dan terkejut badan serta kasurnya basah.

"Anak perawan kebo banget! Suruh kawin kgk mau, suruh kerja kagak mau. Mau jadi apa lo?" Bentak Mara seraya berkacak pinggang.

"Mau jadi orang kaya!" sahut Eli.

"Mimpi lo!" ketus Mara.

"Bodo, sirik aja lo!" Eli mengejek ibunya, dan berlari ke kamar mandi, membiarkan Mara berkoar koar sendiri.

Eli keluar dari kamar setelah mandi dan berpakaian santai, ia berjalan ke dapur untuk mencari makan.

"Buu! Sarapan!" teriak Eli sambil membuka buka rak yang kosong tanpa sepiring makanan pun.

"Sarapan ndas mu! Makan cari sendiri!"

"Dih ngegas aja lo" sinis Eli.

Ibu dan anak ini memang terbiasa dengan obrolan mereka yang menggunakan bahasa gaul. Kalau kalian menganggap Eli tak sopan, maka jawabannya benar! Tetapi ibunya itu tidak protes, karna sikap Eli memang begitu, diomong pun Eli tidak akan senang.

Setiap ibunya menyuruh untuk berubah, Eli selalu menjawab 'Seseorang gak akan bisa berubah sepenuhnya kalau orang lain yang menyuruh. Berubah itu kehendak diri sendiri bukan orang lain'.

Maka itulah Mara merasa cape menasehati putrinya.

Eli duduk disamping ibu nya dengan membawa senampan piring berisi nasi dan kecap tak lupa dengan kerupuk. Ia duduk dengan kaki diangkat satu keatas, seperti makan diwarteg.

"Eli. Cari kerja gih, gue pengen ngeliat lo sukses, kalau gak nikah aja sana!" Mara berkata, Eli memutar bola matanya jengah.

"Males bu. Asal ibu tau ya, Eli udah ngelamar kemana mana tetap hasilnya nihil!" ucap Eli sambil terus menyuapkan nasinya dengan tangan ke dalam mulut.

"Setiap permulaan emang susah. Dengan mulai setengah pekerjaan sudah selesai, kata pepatah" Mara mencoba sok puitis didepan anaknya.

Eli tertawa terbahak bahak sampai nasi yang ada didalam mulutnya itu berhampur keluar, "Kata kata nya ketinggian ah"

"Eli! Gue mau tanya serius" Mara menatap putrinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AZHORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang