JON & MEN

3 1 0
                                    

Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, namun sejatinya mati itu pasti. Setiap yang bernyawa pasti akan merasakannya. Tidak peduli dari mana rasnya, mau dia Raja, ataupun keturunannya. Mau dia Presiden, atau penguasa dunia, apa lagi rakyat kecil miskin bermodalkan hidup seadanya.

"Jika ia masih berwujud makhluk dan bernyawa, pasti akan mati pada akhirnya."

Jono dan Emen, mungkin bagi mereka hidup tidak ada gunanya lagi didunia ini. Setiap hari mencari mati, namun ajal engan untuk menghampiri. Bagi mereka hidup di dunia ini memiliki 2 pilihan, kalau tidak membunuh (Kalau gak ke pepet), iya, dibunuh.

***

Di sore hari yang remang, di gang sempit perkotaan. Jono dan Emen sedang mencari mangsa untuk di ambil harta berharganya.

Jono dan Emen adalah sahabat akrab. Mereka seumuran, kini usia mereka menginjak 18 Tahun. Mereka berkenalan tiga hari yang lalu, di saat Emen mencopet salah satu dompet penumpang bus di Ibu Kota. Kala itu Emen ketahuan dan hampir di amuk masa, namun Jono datang menolongnya dengan menyembunyikan Emen di tong sampah dan mengalihkan masa dengan menunjuk kepergian Emen kejalan lain.

Kisah hidup mereka berdua memiliki kesamaan. Jono di tinggal mati oleh Ibunya pada saat umur 5 Tahun. Dan sang Ayah kawin lagi dengan wanita lain, Jono terabaikan terlantar.

Sedangkan Emen, kedua orang tuanya masih hidup. Semenjak Emen umur 6 Tahun 3 Bulan, Ayah dan Ibunya bercerai. Orang tuanya masing-masing sudah memiliki keluarga baru, namun Emen hidup sebatang kara.

"Men, kalau misalnya Tuhan memberimu satu kesempatan meminta apapun yang lo mau, lo mau minta apa?" tanya Jono.

"Aku mau minta pada Tuhan agar kiranya memberikan aku istri Sholehah," ucap Emen tersenyum kecil.

"HAHAHAHA, ngawur lo Men,"

"Apa salah aku minta yang baik-baik?"

"Ya salahlah, perusak bangsa kaya kita ini gak pantas meminta seperti itu pada Tuhan,"

"Gini Jon, aku beritahu sesuatu, sebejat-bejatnya seorang lelaki, ia ingin memiliki istri yang sholehah, Jon. Apa kau mau Istrimu seorang Pelacur, pemabuk, pejudi?". tanya Emen.

"Iya, janganlah,"

"Jon-Jon, Kalau Tuhan kasih satu kesempatan sama kamu bagaimana Jon?"

"Aku tidak ingin menyia-yiakan kesempatan itu, aku ingin jadi Presiden Men,"

"Wahh, gak bisa aku bayangkan bagaimana jadinya bangsa ini kedepan Jon, lo jadi Presidennya" ucap Emen.

"Tenang Men, sejahat-jahatnya manusia dapat berubah. Kalau aku jadi Presiden Negara ini nanti, aku akan jamin semua rakyatku tidak ada lagi yang miskin."

"Gaya lo Jon, Negara ini sekarang miliki utang ribuan Triliunan, Jon, macam mana mau memakmurkan rakyat, sedangkan Negara sendiri melarat." Ujar Emen.

"Men-men, percuma sudah bergelut dalam dunia perampokan. Kau tahu Negara Qatar ?" tanya Jono.

"Qatar?, Negara apa itu Jon?" Emen bingung.

"Aduh, men-men, otak lo bener-bener gak pernah cium bau sekolah ya," ujar Jono menatap Emen yang menggaruk-garuk rambutnya. "Qatar itu Negara terkaya di Dunia, memiliki kekayaan dari Minyak, Gas, Petrokimia yang sangat besar," jelas Jono.

"Jadi apa hubungannya dengan lo jadi presiden?"

"Ya, jelas ada hubngannya dong, Kalau Presiden ahli dalam bidang kedokteran, mungkin masyarakat akan lebih terjamin kesehatannya. Bila Presiden ahli dalam bidang Arsitektur, mungkin pembangunan di Negara ini akan sangat baik, begitu juga denganku, Presiden yang ahli dalam Perampokkan, Negara-Negara lain akan habis olehku" jelas Jono.

"Waw, keren" sahut Emen takjub.

Setengah jam lebih Jono dan Emen berhayal dan akhirnya, mangsa meraka menampakkan hidungnya.

"Jon, mangsa tuh," ujar Emen.

"Sikat Men,".

"Assalamu'alaikum Ibu, bisa kami ambil barang berharga Ibu?" tanya Emen dengan sopannya. Sedangkan Jono duduk sambil membelai pisaunya.

"Wa'alaikumussalam, silahkan Nak, ambil saja, ini Handphone Ibu, ini dompetnya, ini kalung emas Ibu, cuman itu yang Ibu punya," Ibu itu ketakutan melihat pisau Joni yang mengkilap.

"Terima kasih Bu, semoga rezeki Ibu semakin banyak" ucap Emen.

"Dah, kami pergi dulu ya bu, sekali lagi terima kasih banyak Bu," sambung Jono berlalu, meninggalkan perempuan paruh baya itu ketakutan setengah mati.

***

Di rumah tua kosong, tempat persembunyian Jono dan Emen sedang membagi harta rampasannya. Hari ini mereka sangat puas dengan pendapatannya.

"Alhamdulillah ya Jon, pendapatan kita hari ini cukup banyak" ucap Emen tersenyum.

"Iya, kita bisa makan enak hari ini. Kita juga bisa ambil cuti empat hari," ujar Jono.

"Oia Jon, kita liburan ke Mall yuk, sesekali makan direstoran, mana tahu nanti pas sudah mati malaikat tanya gini, apakah kamu pernah makan direstoran?, bisa kita jawab," jelas Emen.

"Ada-ada aja lo Men, mana ada malaikat tanya kayak gitu," jelas Jono.

"Yaa, mana tahukan," sahut Emen.

"Udah, manusia kaya kita ini gak usah mengharapkan surga, surga itu haram bagi kita, lo harus tahu itu," jelas Jono.

"Apa salahnya berharap Jon, sejahat-jahat manusia pasti punya peluang untuk masuk surga juga. Ustadz Mamad juga bilang kayak gitu,".

"Sejak kapan lo, dengar ceramah?" tanya Jono.

"Kemarin tuh, gak sengaja lewat, dengar di tv warkop sebelah," jelas Emen.

"Men, Men. Manusia kayak kita ini mengharapkan surga, Neraka juga enggan nerima Roh kita Men,"sahut Jono.

Emen terdiam mendengar perkataan Jono.

"Jika Neraka juga enggan menerima kita, setelah mati. Jadi kemana nanti ruh ini akan dibuang oleh Tuhan?" bisiknya dalam hati.


"Sejahat-jahatnya manusia,

masih mempunyai peluang untuk masuk Syurga,".

- Emen

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JON & MENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang