06

358 57 2
                                    

Jae's pov.

Akhir-akhir ini, aku berjumpa kembali dengan seorang gadis pemilik toko bunga yang sempat aku kunjungi waktu itu.

Namanya Roseanne.

Aku tidak tahu pasti, kenapa gadis itu mau berbaik hati padaku. Mungkin dia mengasihaniku.

Hari ini aku ada janji dengannya. Ia memintaku untuk mendatangi toko bunganya yang ada di tepi jalan pinggiran kota, pukul lima sore.

Aku melirik bunga mawar di atas nakas yang merahnya menua karena layu.

Masih cantik.

Itu yang bisa kusimpan sebagai kenang-kenangan, oh ... beserta sebuah kotak cincin juga yang aku sembunyikan di bawah kolong tempat tidur.

Aku selalu merindukan mendiang pujaan hatiku setiap harinya. Merasa bersalah, karena hanya aku saja yang berhasil hidup dari kecelakaan itu.

Kemudian merasa dikhianati, karena ternyata dia lebih menyukai orang lain dan menjalin hubungan di belakangku.

Sedih, marah, bercampur menjadi satu.

Aku akan melanjutkan hidup bagaimanapun ceritanya.

***

Aku menghembuskan napas panjang seraya menatap pantulanku di dinding kaca saat sudah sampai di toko bunga.

Roseanne keluar dengan langkah sedikit tergesa, rambut pirang yang dibiarkan jatuh bergoyang kesana-kemari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Roseanne keluar dengan langkah sedikit tergesa, rambut pirang yang dibiarkan jatuh bergoyang kesana-kemari. Aku tersenyum tipis.

"Hai!" Ia menyapaku dengan senyum manis sesaat setelah mengunci pintu toko

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai!" Ia menyapaku dengan senyum manis sesaat setelah mengunci pintu toko.

"Kita mau kemana, Rose?" Aku bertanya tatkala melihat dia berjalan menuju sebuah sepeda yang diparkir, lalu membuka rantainya dengan pelan.

"Ke suatu tempat yang nggak akan kamu sesali," jawabnya.

Aku menukikkan alis. "Pakai ini?" Sepeda merah muda dengan boncengan di belakang itu aku tunjuk.

Rose mengangguk. "Kamu duduk di belakang, biar aku yang jadi pilot."

Kulihat dia sudah duduk di jok depan. Aku tertawa pelan, kemudian menurut.

Dia membawaku menyusuri jalan yang tidak begitu ramai.

"Jae, rentangin tangan kamu, kita terbang!"

Aku terkejut melihatnya yang melepas satu pegangan dari stang.

"Saya nggak mau jatoh, ya, Rose!" Aku menolak.

"Ei, tenang aja. Nggak akan! Ini seru tau!" Nada suaranya terdengar sangat ceria.

Meskipun enggan, aku tetap merentangkan tanganku. Merasakan hembusan angin yang menerpa di bawah langit yang menjingga dilengkapi gumpalan kapasnya.

Aku memejamkan mata, sangat menyenangkan. Dia tidak berbohong.

"Eh!"

Aku tarik kembali perkataanku. Dia berbohong. Buktinya, aku, dia, dan sepeda itu berujung mendarat di tanah setelah sebelumnya bergoyang hilang kendali.

"Aduh!" Rose mengaduh, aku pun.

"Kamu bohong Roseanne. Katanya nggak akan jatuh!" Sebenarnya aku menahan tawa, karena ini bukan masalah besar, aku tidak apa-apa.

Ia menepuk pakaiannya yang sedikit kotor. "Tapi, aku nggak bohong, kalau ini seru!"

Ia menekuk lutut, melihat luka kecilnya dan tertawa. "Ini seru banget!"

Akhirnya aku ikut tertawa melihatnya seperti itu. "Iya, ini seru."

"Tapi kita belum sampai tujuan." Ia menatapku.

Aku membalas tatapannya, kemudian berdiri dan mengulurkan tangan padanya. "Kali ini, saya yang jadi pilotnya."

A/n

Apakah ini cukup uwu? <\3
Hope you enjoy...
Makasih udah mampir <3

We Found LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang