One

6.1K 416 79
                                    

New story.

Cerita ini non religius, tapi gak tahu nanti ....













Jalan setapak itu tampak sepi dan menyeramkan walaupun masih jam tiga sore. Seorang dokter wanita tengah berada dalam mobil bersama beberapa pria. Dia dibawa untuk mengobati seseorang. Butuh waktu dua jam dari rumah sakit menuju sebuah rumah elit yang terletak di tengah-tengah hutan.

Dokter dengan nama Tara Agnesia Panthera Tigris. Dua kata nama belakangnya diambil dari nama latin harimau benggala karena mendiang ayahnya sangat menyukai hal-hal yang berkaitan dengan harimau.

Setelah sampai di rumah tersebut, ia dipaksa masuk dan terkejut melihat seorang tengah terluka parah di bagian perutnya. Melihat dari lukanya, jelas kalau itu luka tembak.

"Dia terluka separah ini, kenapa kalian tidak membawanya ke rumah sakit?" tanya Tara, karena lelaki itu terlihat sangat pucat karena kehilangan banyak darah.

"Jangan banyak bicara, obati saja dia," ujar pria berambut gondrong yang diikat.

Takut, itu yang Tara rasakan sekarang karena hanya dia seorang perempuan di sana. Tetapi dirinya harus tetap profesional sebagai seorang dokter. Tara menghela napas panjang, lalu duduk di samping pria yang terluka itu.

"Tolong keluar, saya akan mengurusnya," ujar Tara.

"Kami tidak percaya padamu, jadi kami akan tetap di sini," ujar pria berambut gondrong tadi.

"Lukanya parah dan saya butuh konsentrasi. Kalau kalian ingin dia selamat, keluar dari sini," tegas Tara.

Beberapa pria itu pun akhirnya keluar. Tara membuka tas yang berisi peralatan dokter. Ia memberi obat bius terlebih dahulu sebelum akhirnya melakukan operasi kecil untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di perut pria itu.

Tidak butuh waktu lama, Tara akhirnya berhasil mengeluarkan peluru dari perut pria itu, lalu menjahit lukanya agar tertutup kembali. Untunglah dirinya berinisiatif membawa infus, jadi pria itu bisa diinfus di rumah tersebut.

Setelah semuanya selesai, Tara keluar meninggalkan pria tersebut. Hening, orang-orang yang tadi mengantarnya sudah tidak ada. Tara melanjutkan langkah, cukup penasaran mengapa rumah mewah seperti itu bisa dibangun di tengah-tengah hutan.

Samar-samar ia mendengar percakapan dari belakang rumah. Tara jadi semakin penasaran dan berjalan mengendap-endap. Ia tidak tahu, bahwa tindakannya itu akan menjadi malapetaka bagi dirinya sendiri. Rasa penasaran yang membuncah membuatnya semakin mendekat ke belakang rumah dan mengintip beberapa orang yang tengah berbicara.

Beberapa orang tengah berdiri di hadapan seorang pria yang duduk di kursi dalam kondisi babak belur dan tubuhnya terikat. Satu orang dengan tinggi sekitar 180 cm berdiri paling depan dan menatap tajam pada pria yang terikat tersebut.

"T-tolong ampuni saya ... saya hanya disuruh!" ujar pria yang terikat dengan nada memohon.

Pria di hadapannya menatap tajam. "Siapa yang menyuruhmu?"

"A-alan ... midogarth," jawab pria itu terbata-bata.

Selesai pria itu memberi jawaban, sebuah tembakan langsung menembus kepalanya. Itu semua tak luput dari penglihatan Tara yang masih mengintip. Dirinya yang syok refleks memekik dan membuat pria yang masih memegang pistol itu menoleh.

Falling For The DoctorWhere stories live. Discover now