Hai! Long time no see
Selamat membaca♡
Semoga suka~
🔸
.
Seorang pemuda dengan seragam batik yang keluar dari celana itu sedang duduk di pinggir lapangan basket sambil melihat beberapa siswa yang tengah memantul-mantulkan bola di sana. Pikirannya sangat kacau. Bayangan-bayangan Davina enggan menghilang dari pikirannya. Terlebih lagi dia sempat melihat Devira yang begitu mirip dengan mantan kekasihnya itu. Sungguh miris dirimu Raffa.Raffa memejamkan kedua matanya yang berkantung itu. Sesaat dia menikmati sejuknya angin yang hilir mudik menerpa kulitnya. Sepertinya sang surya bersinar dengan penuh semangat, hingga membuat hari ini menjadi cukup panas. Cukup lama Raffa menutup kedua matanya. Entah kenapa pada saat dia menutup mata, otaknya seolah kembali memutar kenangannya bersama Davina, baik itu kenangan manis ataupun pahit. Seperti sekarang, bak film dokumenter kenangan itu kembali datang kembali dan merasuki pikiran Raffa.
“Kenapa melamun?” tanya Raffa saat Davina hanya diam menatap minuman kekinian yang ia genggam. Raffa mengernyit ketika melihat Davina yang biasanya selalu menunjukkan senyumnya, kini terlihat murung. Tidak ada jawaban atas kalimat tanya yang dilontarkan Raffa tadi.
Raffa menyentuh pundak Davina, “Vin ... kenapa? Ada yang salah?” tanya Raffa lagi dengan sangat lembut.
Davina yang disentuh pundaknya, cukup terkejut. Pikiran gadis itu sedang melayang kemana-mana. Beban yang ditanggung oleh gadis itu sangatlah besar. Namun, tidak ada satupun dari sahabat dan juga keluarganya yang mengetahui hal itu. Kecuali, Ferro dan juga ... Tuhan.
“H- hah!? Kenapa?” Davina hampir saja menjatuhkan minuman yang berada di tangannya.
“Lo kenapa, Davina?” Kini Raffa mengelus surai Davina.
“Kenapa lo baik banget sama gue?” ceplos Davina asal.
“Lo ngomong apa, sih, Vin?” Raffa bingung dibuatnya.
“Apa nanti lo juga bakalan pergi ninggalin gue, Fa?” tanya Davina tanpa mengalihkan pandangannya dari minuman yang sudah mengeluarkan embun.
“Gue gak bisa janji, Vin. Tapi, gue bakalan pastikan gue gak bakalan pergi ....” Raffa langsung menarik Davina dalam dekapannya.
Kejadian itu terjadi setelah Davina mengetahui dirinya mengidap leukemia. Davina akan hancur seketika jika tidak ada Raffa, Kanaya dan juga keluarga Ferro yang mendukungnya. Namun, Raffa dengan seenaknya melanggar ucapannya yang sangat manis itu. Dasar lelaki.
Raffa membuka matanya karena merasakan tangan menyentuh pundaknya. Walaupun begitu, cowok dengan segudang kesedihan itu sangat tenang, bahkan dia tidak terkejut sedikitpun. Raffa menatap objek yang sudah berhasil mengganggu dirinya yang sedang memikirkan mendiang Davina.
“Lo Raffa, kan?” Raffa memandangi seseorang yang ada di sampingnya itu dengan tatapan yang sangat dingin.
“Kenapa?” Raffa pikir Ketua OSIS Tri Sakti itu sangat pintar. Tapi, ternyata Axelio tidak menghiraukan name tag yang tertempel di dada kanan seragamnya sama sekali.
“Boleh bicara sebentar?” tanya Axelio dengan salah satu tangan yang tenggelam di saku celana sekolahnya
“Silahkan.”
“Jadi, begini ... ada salah satu pemain futsal yang mengalami kecelakaan dan hal itu membuat tim kami kekurangan anggota,” jelas Axelio.
Raffa mulai mengerti arah pembahasan cowok yang ada di sampingnya itu. Tanpa Axelio mengatakan tujuannya, Raffa sudah mengetahui hal apa yang menjadi tujuan sang Ketua OSIS Tri Sakti menemuinya. Tapi, apa salahnya ia sedikit berpura-pura tidak mengetahui hal itu, kan?
YOU ARE READING
Devira [Selesai]
Teen FictionSequel of Davina. -Sangat disarankan untuk membaca cerita Davina lebih dahulu .... Davina. Satu nama yang tidak akan kulupa. Orang baik yang pernah kumiliki. Tanpa sadar aku merindukannya. Kuingin berjumpa dengannya. Walaupun harus mempertaruhkan ma...