☘️EPILOG☘️

3.5K 484 110
                                    

Lama tidak up.

Kalian masih inget book ini kah??

Jangan dihapus dulu dari library. Belum tamat total .ysj



.










Yang Jungwon POV













Hari itu entah sudah menit ke berapa aku berdiri di sini di hari Minggu pagi ini. Menatap dengan senyum tipis pada bangunan kecil yang kian kusam tak terawat.

Kami sengaja tidak merubuhkannya, mempersilakan sang waktu yang bekerja. Karena bagiku, tempat ini selalu bersejarah. Terkesan lebay memang, tapi itulah faktanya. Siapa sangka kalau minimarket ini menjadi awal mula hidup bahagiaku sekarang.

Delapan tahun lalu tepatnya. Kala aku bertemu dia di sini. Ingin kuputar waktu, kembali menikmati kisah jenaka romansa remaja yang kurindukan.



"Sayang?"

Seseorang menepuk lembut bahuku lalu membawaku ke dalam rangkulan hangat lengannya yang kokoh.

"Ehh Kak Jay!" senyumku padanya. "Kakak kok tau aku ada di sini?"

"Biasanya juga tiap Minggu pagi kamu ke sini habis jogging. Kangen aku gombalin lagi apa gimana hm?"

"Apaan sihh... Nggak lah!" aku mengeratkan pelukanku pada pinggangnya, abai pada entah berapa pasang mata yang mungkin mencuri pandang pada adegan cheesy sepasang suami di pinggir jalan yang kami lakukan di depan bangunan bekas Indiemart ini. "Jungwon cuma kangen aja sama dulu, waktu aku ketemu Kak Jay di sini..."

Pria berusia empat tahun di atasku ini mengusak surai gelapku dengan lembut, sekaligus mencubit pelan hidung mungilku. "Nostalgia nya di rumah aja. Sekarang ayo pulang dulu. Aku cariin kemana-mana taunya di sini."

Aku mengikuti langkahnya yang membawaku naik ke motor kami. Kak Jay sengaja membeli vespa dengan model dan warna yang sama dengan miliknya dulu, katanya agar selalu ingat dengan masa saat kami pacaran dulu.

"Kak Jay sendiri ngapain jemput aku? Kan aku cuma jogging bentar," balasku dengan nada sewot. Padahal kan aku tidak minta dijemput.

"Kangen istriku."

Aku terkekeh pelan mendengar ujaran santainya. Kak Jay yang dewasa tak lagi sering menggodaku dengan gombalan receh. Tapi tuturan jujurnya malah membuat pipiku lebih sering memerah.

Vespa putih kami melaju membelah sejuknya udara pagi di sepanjang jalan menuju rumah kami.

Kami membeli rumah minimalis yang tak jauh dari rumah orangtuaku dan kosan Kak Jay. Sengaja agar kami bisa berkunjung kapan saja menemui Papi dan Mami, juga teman-teman Kak Jay yang tinggal di daerah sini.



.






"Ayo sana mandi. Bau keringet."

"Ihh turuninn!!"

"Nggak mau. Nanti kamu lari."

"Aku bukan kucing! Turunin Kak!! Nggak aku kasih jatah minggu ini!"

Aku menggeliat ribut dalam gendongannya. Kak Jay sering membuatku kesal. Berani sekali menggendongku ala bridal style dari garasi sampai kamar mandi begini. Perlakuannya seringkali membuat tetangga kami gencar menggodaku.

"Hehe iya maaf, sayangkuu... Ampun deh ampun," urusan jatah aja baru nurut. "Mandi gih. Aku mau nyiapin surat untuk adopsi dulu biar nanti tinggal berangkat."

gimme yours; jaywon✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang