Cuaca Keempatbelas : Cahaya Matahari

313 37 0
                                    

Dini hari sekali terdengar suara gaung dari kamar mandi ruang 254. Pasien di dalam rupanya sedang beradaptasi kembali dengan pengobatannya. Tubuhnya pegal. Perutnya mual. Ternyata efek radioterapi yang meningkat tak dapat diterima tubuhnya begitu saja.

"Kau lemah sekali, Sasuke!" makinya pada pantulan dirinya di cermin. Ia berdehem sembari memukul-mukul dada. Rasa mual yang mengganggu mulai disertai batuk.

Sumanakatta Sakura, gumamnya memuntahkan semua makanan pemberian gadis bernama Sakura. Padahal kudapan itu susah-susah dipesan Sakura yang berusaha mencocokan seleranya.

Sasuke mengingat malam yang baru terlewat. Ia mengadakan pertemuan biasa untuk menemani Sakura karena Ino sedang pulang ke rumah. Dengan gembira, Sakura sampai memesan dua kotak kue manis melalui layanan delivery. Gadis itu teramat senang melihat Sasuke menyantap habis kudapan yang disediakan. Padahal biasanya Sasuke tak terlalu suka makanan manis.

Rasa mual Sasuke tak bisa terus ditahan. Lidahnya benar-benar pahit. Lambungnya terasa penuh karena diaduk-aduk.

Apakah hidupku akan segera berakhir?

Sasuke meraih tombol di samping tempat tidurnya untuk memanggil perawat. Namun akhirnya urung. Pandangannya berkunang-kunang. Untuk bergerak sedikit pun susah. Tenaganya habis terkuras untuk mondar-mandir dari ranjang ke kamar mandi.

Aku tak boleh mati! Sakura! Ya, aku harus tetap hidup untuk menebus semua kesalahanku.

Sejenak ia melihat sosok yang tak asing di seberang tempatnya berbaring, "nii-san?"

Perlahan, bayangan itu menjauh. Meski Sasuke berusaha menggapai, nyatanya tak sempat. Kakak yang dirindukannya pergi begitu saja sebelum tubuhnya benar-benar terkulai.

Sementara di sebuah mansion tua nan luas, seorang pria sedang kebingungan mencari ponselnya. Padahal semua dokumen yang akan ia kerjakan tersimpan di sana. Sekejap ia teringat kalau dirinya sempat mampir mengunjungi saudaranya.

Sepertinya tertinggal di kamar Sasuke.

Shisui segera menelpon ponsel Sasuke, begitupun ke ponselnya. Namun meski berulang-ulang, panggilannya tak ada jawaban. Firasatnya jadi tak enak.

Tanpa pikir panjang, Shisui memacu cepat mobilnya menuju rumah sakit. Tak peduli beberapa pihak keamanan yang melarang, Shisui nekad menerobos. Alangkah terkejutnya ia mendapati Sasuke terkapar di ranjang. Wajah saudaranya nampak memucat.

"Daijoubu, Sasuke? Kau dengar aku?" tanya Shisui panik, "oi, jawab aku!"

Sasuke terus menutupi mulutnya dengan tangan untuk menahan rasa mualnya, "taskete"

"Matte, Sasuke! Aku akan memanggil dokter"

"H-harus s-sebelum matahari t-terbit" pinta Sasuke terbata-bata. Ia melihat jam dinding samar-samar menunjukkan pukul dua dini hari.

Tak lama kemudian dokter masuk dan melakukan penanganan terkait dehidrasi Sasuke. Dokter juga menginstruksikan perawat mengambil sampel untuk pemeriksaan lebih lanjut demi memperkuat dugaan. Ikterus, demam tinggi, serta nyeri perut hebat merujuk pada diagnosis tertentu.

"Kami khawatir ini adalah tanda dari GvHD akut. Biasanya gejala yang mengganggu muncul selang 3 bulan pasca transplantasi"

Shisui tak mampu mengangkat kepalanya. Saat senyum Sasuke telah kembali, kondisinya malah memburuk. Mungkinkah masih ada harapan?

***

Juu yoku gou wo seishimashite
Gou yoku juu mo tatsu
Muchuu de kakkou tsuketara
Hijou beruganaru

Under the Raining Sky ✔️Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora