Semenjak kamu bersamanya, aku hanya bisa diam-diam menyimpan segala rindu. Terlalu takut mengatakannya karena berpotensi kamu akan makin membenciku. Setelah kamu memintaku pergi, aku makin taktahu harus melakukan apa. Aku tak lagi bisa mengetahui kabarmu. Aku bahkan tidak berani melihat akun media sosialmu hanya untuk sekadar tahu bahwa kamu baik-baik saja.
Tak banyak yang bisa kulakukan sejak kamu tidak ada lagi di hidupku. Aku kehilangan teman yang bisa kuajak bicara hal-hal sederhana sampai tengah malam. Aku kehilangan sosok yang selalu bersedia menyemangatiku ketika rasa percaya diri takada dalam hati. Aku kehilangan sosok dewasa yang selalu menasihatiku banyak hal, termasuk untuk terus belajar dan memperbaiki diri.
Hadirmu yang hanya singgah masih belum mampu kutelaah. Seberapa keras aku mencoba, tetap saja aku taktahu di mana yang salah. Mungkinkah karena aku takbisa mencipta rasa cinta sehingga kamu bebas pergi sesukanya? Atau, memang kamu yang sejak awal tak berniat untuk serius akan rasa.
Tuan, tak apa jika perasaan tulusku kamu permainkan. Tak apa jika cintaku kamu duakan. Namun, tolong ajarkan aku cara agar terbiasa menjalani hari tanpamu lagi. Agar aku tak harus menangis setiap kali bayangan kenangan kembali menghampiri. Mengusik malamku yang sepi.
Stabat, 21 Februari 2021
~Salam cinta tanpa syarat, Leci Seira 💞
YOU ARE READING
Menyembuhkan Luka Tak Pernah Mudah
PoetryLukaku masih terasa perih. Namun, cinta tak pernah hilang dari hati. Izinkan aku menulis kisah tentang luka-luka yang selama ini kupendam sendirian. Bukan semata-mata untuk membuatmu menyesal akan kesalahan, melainkan hanya untuk mengingatkanku bah...
