XXXVII.

3.4K 821 295
                                    

SPILL THE TEA TIME!!!!
*ga semuanya sih tp memang ada yg mengejutkan di sini xixi







Sesekali pikiran itu datang. Entah dapat disebut sesekali atau tidak sebab datangnya hampir setiap malam. Tepatnya pada malam-malam di mana ia merasakan adanya ketakutan yang menyapa dirinya. Ketakutan tentang kepergian seseorang yang begitu ia cintai ini. Siapa lagi jika bukan Jeon Jungkook yang tengah memeluk perutnya dengan tangis yang terdengar. Namun, wanita itu masih terdiam di tempatnya dengan air mata yang terus berjatuhan. Ia sadar bahwa dirinya sekarang sudah lebih dari sekadar cangkang kosong yang ditinggalkan sebab tak lagi memiliki makna. Ia menyadari hal itu dengan sangat baik. Sekarang ia memang menangis, tetapi ia tak yakin rasa sakit seperti apa yang membuat tangisnya menolak tuk berhenti. Yang ia tahu rasanya sesak bahkan ketika ia terus berusaha bernapas dengan baik. Rasanya begitu sesak dan Haera ingin sekali keluar dari tempat ini, dari rumahnya sendiri.

"Jungkook, pergilah. Pergi sejauh mungkin. Aku ingin hidup sebagaimana hidup yang sesungguhnya," ujar Haera yang nyatanya dibalas gelengan oleh Jungkook yang masih memeluk perutnya di mana buah hati mereka berada.

Harusnya pagi ini setelah menyapa seluruh isi rumah Haera berniat untuk mengecek kandungannya ke dokter kandungan dan melihat seperti apa calon bayinya di dalam sana. Namun, niat itu harus luluh lantak manakala sang ayah dari bayinya justru bertingkah seperti kali sebelumnya. Ini sudah dua kali Jungkook membuatnya remuk tak karuan hingga untuk mencari serpihan dirinya sendiri Haera tak akan mampu. Lalu, titik paling membunuhnya ada pada kenyataan bahwa wanita yang membuat keduanya berantakan adalah satu wanita yang sama. Entah itu berarti baik atau tidak, Haera sama sekali tak peduli. Baginya, satu yang paling bersalah di sini adalah prianya, pria berengsek yang begitu ia cintai ini.

"Haera, aku ingin kita tetap bersama. Kumohon, aku ingin anak kita..,"

Belum selesai pria itu berujar, dengan segera Haera memotong, "Kau ingin anakmu? Ambil gunting sekarang dan lepaskan dia dari perutku."

"Haera," panggil Jungkook yang sudah bangkit dari dekapannya pada perut Haera.

Pria itu menangis dan Haera tahu banyak rasa sesal di sana. Akan tetapi, ia juga tak bodoh. Ia tahu rasa sesal itu tak berguna sekarang. Jangankan kehilangan kekasihnya, seseorang bisa menyesal hanya karena melewatkan keretanya, atau makan malamnya. Ia yakin ia sudah tak bermakna untuk Jeon Jungkook. Oleh karenanya, dengan jemari yang menyeka air matanya sendiri Haera kemudian menjatuhkan jemarinya di pipi pria itu. Mengusap air mata yang berceceran itu dengan lembut, Haera kemudian berujar, "Jangan menangis seperti ini. Kau menikmati hubunganmu dengan Ellena. Pergi dan cium dia lagi atau jika ingin buat dia hamil anakmu. Itu bukanlah hal yang sulit untukmu."

"Jeon Jungkook, aku memberi semuanya untukmu. Sekarang kuyakin bukan aku yang tak cukup, tetapi karena kau yang terlalu serakah," ujar Haera yang wanita itu lanjutkan, "Kau bisa serakah dengan uang atau kekuasaan, tetapi tidak dengan wanita. Aku bukan bonekamu dan aku akan lepas darimu."

"Aku tidak memiliki hubungan apapun dengannya, Haera!" seru Jungkook manakala Haera sudah berdiri dari duduknya.

Dengan langkah yang mengikuti wanitanya, Jungkook kemudian mendengar Haera kembali bersuara. "Kau menciumnya dan hampir tidur dengannya. Bukankah itu cukup untuk membuatmu menghancurkanku?"

"Kau juga berciuman dengan bajingan itu," balas Jungkook yang berhasil membuat Haera memutar tumitnya hingga keduanya berhadapan.

Masing-masing dari mereka sama-sama berantakan sekarang. Dengan ego yang menguasai diri masing-masing, perlahan keduanya sadar bahwa mereka mulai jatuh dalam jurang amarah yang tak seharusnya mereka tapaki. Namun, tak ada satu pun yang berniat menyelesaikan perdebatan ini. Lee Haera yang memuja ego untuk perpisahan mereka dan Jeon Jungkook bersama ego untuk mempertahankan keduanya.

BEDROOM [✓]Where stories live. Discover now