PBS - 6

3K 450 12
                                    

Maafkan aku...
Real life lag sibuk banget. Jd belum bisa update rutin.. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Terima kasih, untuk kalin yang selalu seta menunggu cerita ini.. 😘😘😘

🥂

"Kamu udah tau kan, keluarga saya mau datang?"

Meski tahu tak akan mendapat respon, Sheila terus mengulang pertanyaannya pada lelaki minim ekspresi yang sibuk menyetir itu.

"Oy, Bang Sat! Ku ngomong kek ka nya!"

Sungutan Sheila menggunakan bahasa daerah berhasil membuat Radi menatapnya tajam.

"Gitu dong, kalau orang ngomong tuh ditanggapin. Nggak capek apa, pasang muka datar terus?"

Sheila berdecak sebelum mendengkus kasar saat lagi-lagi lelaki itu melengos. Dengan kesabaran yang mulai menipis, Sheila mengubah posisi duduknya menghadap Radi. Sengaja bersila kaki dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Oke. Mungkin kita harus mulai semuanya dari awal lagi." Sheila mengulurkan sebelah tangannya. "Sheila Ningtyas, 24 tahun."

Mata Sheila mengerling melihat Radi hanya melirik tangannya sekilas. Digigit bibirnya kuat-kuat, menahan rentetan makian yang sudah di ujung lidah. Segera ditarik kembali tangannya yang terulur.

"Mau kamu apa sih?!"

Bahkan sampai mobil Radi terhenti di depan rumah, Sheila tak mendapatkan jawaban dari lelaki itu. Sengaja diempaskan pintu mobil kuat-kuat, sebelum menghampiri Claudia yang menyambutnya.

"Kok uncle Radi-nya ditinggal? Lagi berantem ya, Onti?"

"Siapa aja di dalam?" tanyanya, mengabaikan pertanyaan gadis berambut ikal itu.

"Semuanya. Opa sama Moyang juga ada."

Sheila menggigit bibir. Melirik sekilas pada Radi yang baru turun dari mobil. Sepertinya ia harus menghalangi pertemuan Radi dengan keluarganya. Karena bisa saja mereka akan menceritakan asal-usulnya yang selama ini dirahasiakan Sheila dari banyak orang.

"Kamu duluan gih, Clau. Onti mau ngomong dulu sama dia."

"Jangan lama-lama ya. Nanti bunda lho yang dateng."

Sheila mengangguk kecil dengan senyum di bibir. Membiarkan gadis remaja itu lebih dulu masuk sebelum membalikkan tubuh dan mendekati Radi.

"Makasih tumpangannya. Kamu bisa pulang...."

Ucapan Sheila tergantung saat Radi melewatinya begitu saja. Cepat-cepat ia berdiri di depan lelaki itu untuk menahan langkahnya.

"Kamu tenang aja, saya akan batalkan pernikahan ini."

Sekali lagi Radi melengos. Namun kali ini Sheila sudah lebih dulu menahan tangannya sebelum berhasil melangkah. Membuat tatapan tajam lelaki itu terhunus langsung padanya.

"Dengar, kamu akan menyesal setelah masuk ke sana. Jadi, lebih baik kmu pergi sekarang," tegas Sheila.

"Kamu takut?"

Hanya dua kata, tapi sanggup membuat Sheila menelan saliva. Dialihkan pandangannya ke sembarang arah sebelum kembali membalas tatapan Radi. "Saya nggak akan melepas kamu setelah keluar dari sana."

"Kamu ngancam saya?"

"Iya! Makanya, mending sekarang...."

"La, kok malah ngobrol di luar sih? Ditungguin dari tadi, lho."

Pengantin Bang SatWo Geschichten leben. Entdecke jetzt