Part 4

627 52 4
                                    

Mohon tandai jika ada typo nama🙏
-


-
-
-
-

Entah pilihan ini tepat atau tidak untuk Wendy. Malam ini ia membiarkan Jeno sendiri berada di tempat Jaemin, entahlah ia hanya takut jika mereka menolak dan perlakukan Jeno akan buruk.

"Sayang, apa benar tak apa meninggalkan Wendy sendirian di sana?" Tanya Wendy, entahlah ini sudah berapa kian kalinya ia bertanya.

"Wendy percayalah. Jeno mampu menjaga dirinya. Jika kau tidak yakin, besok pagi kau dapat menjemputnya." Wendy pun terdiam dan mengangguk paham. Ia hanya mencemaskan Jeno, itu saja. Tidak lebih.

.
.

Jeno saat ini berada di kamar Jaemin. Ia menolak untuk makan bersama, bukan menolak melainkan tidak mampu untuk bersama sehingga Jaemin kini harus membawakan makanan dan minuman untuk suaminya itu.

"Makanlah." Ujar Jaemin menyerahkan sepiring nasi dan beragam lauk disana.

Jeno menerimanya. Setelah itu Jaemin meletakan segelas air pada meja nakas dekat tempat tidur.

"Te-terima kasih Nana." Ujar Jeno dan segera melahap makanan tersebut. Jaemin hanya diam dan menghela nafas beratnya. Namun, setelah itu ia duduk di samping Jeno.

"Mengapa tidak ikut makan bersama saja? Appa dan Eomma sempat menyalahkanku karena kau tak ada tadi." Ujarnya.

Jeno hanya tetap melanjutkan makannya, Jaemin melirik Jeno, ia pun melihat wajah polos suaminya yang tengah begitu tenang memakan makanan yang ia berikan.

Tanpa Jaemin sadari ia telah lama menatap Jeno, wajahnya begitu membuatnya tenang. Entahlah, ia pun sempat berpikir Jeno pun tak sepenuhnya salah akan pernikahan ini.

Jeno meletakan piringnya dengan nasi yang tersisa di meja nakas dan mengambil air pada gelas yang telah Jaemin siapkan.

"Sudah?" Tanya Jaemin. Jeno pun mengangguk. Jaemin beranjak dan mengambil piring serta gelas kotor tersebut.

"Nana mau kemana? Nana tidak akan pergi lagi kan?" Tanya Jeno dengan wajah penuh kecemasan.

Jaemin pun menoleh.

"Aku hanya meletakan ini ke dapur, kau tak usah cemas." Jeno menunduk dan tersenyum mengerti. Ia sangat takut Jaemin kembali pergi darinya.

Bagi Jeno, Jaemin adalah segalanya saat ini.

.
.

Seoul, februari 1996

Yoona menatap beberapa dokter yang tengah sibuk akan aktivitasnya. Bahkan ia sempat mendengar operasi telah dilangsungkan untuk Lee Donghae dan sang Istri. Tetapi na'as nyawa wanita muda itu menghilang sebelum menatap bayinya.

Tangisan keluarga terdengar begitu memilukan, bahkan Yoona tak kuat untuk melihatnya. Bayi yang baru saja di selamatkan para dokter sangat lemah, bahkan bayi tersebut harus menerima beberapa alat bantu medis untuk dirinya bertahan. Ia harus bagaimana?

Yoona kembali ke kamar rawat anaknya. Ia meraba suhu tubuh sang bayi yang berusia sekitar sebulan tersebut. Syukurlah suhu tubuh bayinya sudah kembali normal.

"Sembuhlah Nana. Eomma sudah tidak kuat untuk melihat ini semua." Yoona hanya menahan rasa takut pada dirinya. Ia takut apabila polisi tahu dan menangkap sang Suami, ia pun takut karena ia baru saja membuat sebuah keluarga celaka.

.
.

Siwon menghampiri sang istri yang masih saja terdiam. Ia tahu, saat ini ia pasti memikirkan Jaemin, Donghae dan kejadian 25 tahun silam.

Mianhae, Because I'm Idiot | NominWhere stories live. Discover now