Skandal

19 1 0
                                    


Ketentuan wiken

Tema: skandal

Keyword: ah-uh-ih, wik-wik, ea-ea-ea, tirai tiga, survei membuktikan

Majas: ironi

Namaku Sulastri. Sahabatku memanggilku dengan nama 'Sul' tanpa embel-embel 'Bi' di depannya. Aku akan bercerita tentang pengalamanku saat memasuki jenjang SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama). 

Tempat menuntut ilmu yang kumasuki adalah sebuah sekolah negeri di mana banyak orang tua ingin memasukkan anaknya ke sini. Namun apa daya, seleksi ketat membuat banyak orang tua harus rela mengeluarkan uang lebih. Kelas A sampai E hanya perlu membayar uang bangku sekali selama tiga tahun. Kelas F sampai I membayar bangku pertahun sekaligus uang bangunan. 

Aku tak mengerti dengan sistem sekolah yang seperti itu. Entah uang itu untuk apa, aku juga tak tahu. Mungkin untuk membangun fasilitas lainnya. 

Saat-saat pertama memasuki sekolah dengan predikat terbaik membuatku sangat senang. Apalagi guru-gurunya terlihat ramah dan baik. Semua berjalan sangat baik hingga memasuki kelas 2, beberapa skandal mulai terlihat dari para pengajar kami. 

"Sul, udah ngerjain PR matematika?" 

Menoleh ke samping, kudapati sahabatku sedang bercermin merapikan wajahnya. Mulai dari membuang kotoran di mata, hidung, dan berakhir di bibir. Entah bagaimana awalnya aku bisa bersahabat dengan mantan gadis tercantik satu sekolah itu. Ku pikir dulu dia gadis cerdas, cantik, rambut hitam lurus legam, nyatanya dia adalah gadis terbodoh di dalam kelas. Penampilannya berubah drastis, menjadi gendut, banyak jerawat, hanya rambutnya saja tak berubah.

"Udah, kenapa?" jawabku tanpa mengalihkan pandangan darinya. Meski aku bertanya alasan Indri menanyakan pekerjaan rumah, aku segera meraih tasku dan mengeluarkan buku khusus 'PR Matematika'.

"Buruan, bentar lagi masuk!" 

Indri tersenyum lebar kemudian mengambil bukuku dan menyalin isinya. "Tahu ga, Bu Ekonomi katanya mau nikah sama Pak Geografi?" Indri berbicara sambil menulis di atas bukunya. Kebiasaan yang tak pernah lepas dari gadis itu adalah bergosip. Namun gosip yang dibicarakan bukan hanya sekedar gosip, akan tetapi fakta yang beredar di kalangan sekolah.

"Memangnya Bu Ekonomi sudah bercerai?" 

"Udah. Seminggu lagi mereka menikah."

Menghela napas ku letakkan kepalaku di atas meja. Pandanganku tak lepas dari Indri yang masih sibuk menulis. Pikiranku melayang mengingat saat baru beberapa bulan masuk sekolah, rumor skandal Bu Ekonomi dan Pak Geografi menyebar. Beberapa siswa yang tak sengaja melewati ruang BP pernah mendengar suara, ah-uh-ih di dalamnya. 

Mereka tak mengintip ke dalam, tapi menunggu siapa yang ada di dalam ruangan keluar. Mereka menunggu di ruang komputer yang bersebelahan dengan ruang BP. Karena ruang BP berada di ujung koridor, mau tak mau orang yang berada di dalamnya harus melewati ruang komputer.

Alangkah terkejutnya mereka ketika dua orang guru berbeda jenis kelamin keluar dari ruang BP yang sebelumnya terdengar suara aneh di dalamnya. Masalahnya guru wanita itu memiliki suami. Mereka yang memergoki adalah anak kelas dua yang kebetulan memiliki jadwal ekstrakurikuler Komputer. Mereka datang lebih awal dari jadwal.

Meski sudah melanggar aturan, entah mengapa kedua guru tersebut tak mendapatkan sanksi dan tetap mengajar seperti biasanya. Kami para murid hanya bisa bertanya-tanya tanpa tahu apa rahasia kelam di balik sekolah yang terkenal akan siswa-siswi berprestasinya. Ini adalah tirai pertama yang terbuka dan memperlihatkan tentang skandal pengajar kami.

*

"Pak Guru, aku belum bisa berenang! Ajarin pak!"

Berdecak sebal, aku memutuskan keluar dari kolam renang dengan kedalaman satu meter menuju kolam renang berkedalaman dua meter. Sudah menjadi kewajiban kami kelas dua mengikuti les renang. Entah apa tujuannya. Padahal di sekolah kami tak pernah mengikuti kejuaraan renang. 

Even and WorksWhere stories live. Discover now