Insecure

10 3 0
                                    

Ipen Wiken, 20 Februari 2021

Tema: Insecure
Majas: Hiperbola
Keyword: Makhluk Bayangan, 180 Derajat, Pengambil Jiwa, Ada Aqua?, Lewat Tengah Malam

***

Terhitung dua tahun lamanya Rian meninggalkan kota untuk menetap di desa bersama keluarganya. Kedua orang tuanya memutuskan untuk tinggal di desa setelah usaha ayahnya bangkrut di kota. Meski sudah lama berada di desa, akan tetapi ia masih merasa kurang nyaman dengan kehidupannya. Berbanding terbalik dengan kakaknya, Kevin.

Kevin mampu beradaptasi dengan tempat tinggal barunya hanya dalam hitungan bulan.  

Rian selalu menjadi makhluk bayangan bagi kakaknya di hadapan orang tua maupun warga desa. Ia selalu tak terlihat setiap kali mereka bersama. Mereka para warga dan orang tuanya selalu terfokus pada kakaknya. Menganggap jika Kevin sangat luwes dalam berinteraksi atau mengerjakan sesuatu yang biasa warga desa lakukan. Mereka sungguh berbeda 180 derajat.

"Kak, aku takut naik perahu."

"Ada aqua?" Kevin menoleh ke samping dengan senyuman lebarnya. Meski tersenyum, tetapi dalam senyuman itu tersimpan raut mengejek yang ditunjukkan Kevin untuk adiknya. Ia mana mau mengajak adiknya yang penakut untuk menangkap ikan bersamanya. "Kamu di sini aja. Tunggu kakak sampai selesai. Tugasmu nanti membantu kakak membawa hasil tangkapan. Itu aja."

Rian mengangguk disusul helaan napas beratnya. Ia sudah tak tahu harus berbuat apalagi. Ia memang takut naik perahu. Takut benda berbahan kayu itu bocor karena sering terkena air lalu tenggelam. 

Rian memperhatikan pergerakan Kevin yang sudah berada di atas perahu kecil untuk menangkap ikan. Di saat menunggu, matanya menatap ke sekeliling tempatnya berada. Di seberang sana ia melihat persawahan yang sebagian menguning dan hijau di sebagian lainnya. Sekumpulan kerbau yang sedang menikmati makanan mereka. Ada anak-anak bermain, seseorang yang memanjat pohon, serta seorang ibu bersama anaknya yang berbicara pada seseorang di atas perahu yang juga sedang menangkap ikan seperti kakaknya.

Menghela napas, Rian duduk beralaskan rumput di pinggir sungai untuk menghilangkan rasa tak nyaman di kakinya karena terlalu lama berdiri. Teringat dirinya akan setiap perlakuan berbeda orang-orang disekitarnya pada kakaknya. Terkadang jika ia ingin buang air kecil lewat tengah malam, ia akan membangunkan siapa saja untuk menemaninya.

"Ya, ampun! Kamu udah gede, Yan! Masa iya ke kamar kecil musti di temenin! Kakakmu aja bisa sendiri. Lagian jarak toiletnya cuma empat meter dari pintu belakang, astagaaa!" ucapan seperti ini sering didengarnya jika ia membangunkan kedua orang tuanya. Wajar ia membangunkan orang lain untuk ke kamar kecil. Ia takut kegelapan yang mengepung area rumahnya. Bagaimana jika ada makhluk menyeramkan pemakan jiwa? Meski ada sedikit cahaya dari lampu penerangan di belakang rumahnya, tapi itu tak cukup menerangi bagian sekeliling yang ditumbuhi pohon-pohon tinggi.

"Oi! Jangan melamun! Ayam tetangga pada mati, nanti!"

Rian berjengit kaget saat Kevin sudah berada di pinggir sungai dengan perahu yang sudah tertambat di batang kayu besar. Ia segera beranjak begitu kakaknya sudah mengambil hasil tangkapan dan juga jaring penangkap ikan. 

"Kamu bawa ini aja, Yan." Kevin menyodorkan sebuah kepis berisi ikan tangkapan ke arah Rian. Kevin tahu betul jika Rian pasti tak mau membawa jaring ikan dengan sedikit bau tak sedap yang tertinggal.

Rian berjalan menunduk mengikuti jejak Kevin untuk kembali ke rumah. Pandangannya tak lepas dari kepis di tangannya. Ia selalu berpikir setiap kali kakaknya mampu melakukan tugas dengan benar, ia merasa sangat tak berguna. Ia sudah mencoba untuk beradaptasi dengan suasana baru. Namun entah mengapa usahanya selalu sia-sia. Kebiasaan hidup di kota sulit untuk ia tanggalkan dan akhirnya menjadikan dirinya terlihat tak ada apa-apanya dibanding Kevin.

End

PseuCom

Even and WorksWhere stories live. Discover now