[9]

13.2K 308 16
                                    

komen dan vote untuk menunggu kelanjutan ceritanya!

***

Kecanggungan menggerogoti ruangan ini. Gue berdehem pelan menetralkan suara. Duduk di bawah karpet berbulu. Ragel duduk di atas sofa. Memberikan jarak lumayan di antara kita.

"G-gue udah siapin gagasannya. Nanti kerjaan lo tinggal search di browser."

Ragel membuka laptop yang dibawanya. Karena hanya keheningan yang tertampang nyata, gue menyalakan TV kabel depan meja. Biar gak canggung sumpah.

Jantung gue masih terpompa sampai saat ini. Gue gak ngerti lagi kegiatan yang kita lakuin barusan. Bikin suasana belajar jadi menyeramkan tau gak? Bego banget dah Ragel.

Gue mengambil kertas folio dalam tas, memberikannya pada Ragel yang keliatan nunggu. Menelan ludah, gue menyibukkan diri mencari gagasan di soal berikutnya. Walau sebenarnya semua itu udah tertera di folio yang dipegang Ragel.

"Nat, di browser gak ada tujuan signifikannya, terus gimana ya?"

"Coba sini gue liat."

Sambil mengecek-ngecek di rangkuman yang ditulis, gue mencari juga di browser.

"Ya udah nanti biar gue yang urus. Lo cari aja yang lain. Inget, dibeda-bedain dikit biar gak keliatan nyonteknya."

Ragel mengangguk dengan semangat. Lalu mengambil alih kembali laptopnya.

Karena bosan, gue mengecek keberadaan hape. Kedengarannya tadi ada notifikasi yang masuk.

Tera yodya

Nat, lo lagi kerkom ya?

iya, mang ngapa?

selesenya nonton sparing basket kuy di Griya, ka reno main noh. kali aja masih inget sama lo haha

waw. boleh banget cintahh, aku ga sabar ketemu jodohku

najis dah. oke langsung dateng aja ya jam 5 kita ketemuan di depan gerbangnya

loh ... gue kira lo mau nyamperin gue?!!

ogah amat, sama aja gue muter balik

ck, yaudah gue jalan dewek.

Setelah menaruh hape di atas meja, gue melirik Ragel yang lagi serius menatap layar. Mata tajamnya terlalu fokus ke arah laptop. Alis tebalnya sesekali mengkerut bingung. Jari jemarinya dengan lihai bermain di keyboard.

"Apaansi liat-liat!" ujar Ragel tanpa menoleh.

Gue mengalihkan perhatian, gelagapan sendiri ke-gep merhatiin. Sial, malu.

"Udah sampe mana lo? Masih banyak gak?" tanya gue berusaha kalem.

"Dikit lagi, selow. Soalnya gue juga lagi buru-buru."

Gue gak menanyakannya lebih lanjut setelah perkataan terakhirnya.

Setelah lima belas menitan gue melamun sambil nonton TV, Ragel menutup layar laptopnya. Badannya menggeliat kecil. Berdehem pelan lalu menatap gue.

LoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang