4. Vier

4.4K 456 12
                                    

'Double kill!'

'Tripel kill!!'

"Aishhh ... Miya .... Miya! Lu nyampah seenaknya aja syalan!"

Suara itu sejak tadi terdengar dari game yang tengah sibuk dimainkan Ikbal diponselnya, sampai tak lama kemudian akhirnya terdengar suara, "Victory!"

Dengan hebohnya Ikbal berteriak, jingkrak-jingkrak bak kesetanan, ingin selebrasi dadakan.

Tentu saja membuat Alen yang sedari tadi menatapnya aneh, semakin melempar tatapan lebih aneh lagi. Geleng-geleng kepala. Tangannya siap melayangkan bantal sofa agar remaja itu tersadar.

Pletak!

Begitu akurat, hingga kepala Ikbal menjadi sasaran. Ikbal meringis menatap sang pelaku yang duduk bersila dengan buku dilantai. "Shhhh ... apa sih bego?"

Mulutnya benar-benar tidak ramah.

"Berisik!!"

"Ya, tapi santai aja elah, ga usah ngengas!" Ikbal tak kalah ngotot.

"Ngomong sama lo gak bisa kalau cuma ngerem!" Alen ikutan sewot.

Ikbal akhirnya mengalah, ikut duduk disamping Alen yang sudah sibuk dengan buku-buku yang berserakan dilantai.

Menyiapkan bahan pelajaran, karena minggu depan sekolah mereka akan mengadakan ujian tengah semester lanjutan, jadi niat Ikbal kesini adalah untuk belajar, tapi malah alamat bermain game hingga lupa waktu.

Alen menggeser soal matematika kearahnya. "Coba lo kerjain soal nomor lima."

Remaja itu seketika menelan ludahnya susah, sakit perut melihat angka-angka yang seperti momok menakutkan baginya. "Rumusnya?"

"Masa lo lupa phytagoras!"

Ikbal berohria, "Gua kira rumusnya aku ketemu dia. Masok!!" Seperti biasa kembali ngelantur, serta cengengesan tak jelas.

Pletak!!

Kepala Ikbal kembali ditoyor oleh pelaku yang tak lain adalah Alen.

Ini nih contoh bukti valid dari opini Alen selama ini, mengenai salah satu dari sekian banyak penyebab negara susah buat maju. Kalau anak mudanya saja, modelnya seperti Ikbal yang mengedepankan cinta ketimbang cita-cita.

"Ya, bucin aja terusss!"

Sedangkan yang ditoyor kepalanya hanya ketawa ganteng. "Gimana tadi, habis ketemuan sama si doi?" Ikbal mengubah topik pembicaraan, dengan seringainya yang terlihat menyebalkan.

"Doi?" Dahi Alen mengernyit, kembali tak paham.

"Iya, Lina yang ngajak lo ketemu tadi." Jelas Ikbal

Alen hanya memutar jengah, si doi apa pula maksudnnya? Sedangkan Ikbal mulai menggoda dengan cengar cengir minta digampar. "Dia kasih saran sama gue buat ikut seleksi klub matematika." Papar Alen.

"Itu aja? Masa?" Ikbal jadi kepo, akibat belum puas.

"Dia juga ngajak gue belajar bareng berdua?"

"Terus, lo jawab apaan?"

"Gue tolak, soalnya gue ga terlalu suka kalau belajar bareng, apalagi cuma dua-duaan sama perempuan."

"Terus?"

"Udah, itu aja sih," jawab Alen acuh, setelah memaikan bola mata kearah atas tanda mengingat-ingat.

"Ahhh ... ga asik!" Ikbal menepuk kedua pahanya, seraya menghela nafas kecewa.

Sangat kesal sekaligus tak puas dengan apa yang diceritakan Alen barusan. Ia pikir akan terjadi scene seperti di drama Korea, dimana ada seorang gadis centil menyukai seorang laki-laki kaku, kemudian berlanjut bertemu secara berdua disekolah, dan hingga akhirnya terjadilah adegan-adegan romansa.

Alleen ✓Where stories live. Discover now