ACT III : William.

669 146 16
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SUARA bolpoin yang beradu dengan meja kerjanya di Istana Kenshington menggema

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SUARA bolpoin yang beradu dengan meja kerjanya di Istana Kenshington menggema. Mengisi ruangan yang sepi.  William mengetukkan bolpoinnya, menatap jendela ruang kerja dalam diam. Pandangan mata William kembali teralih pada berkas kerajaan. William berdiri, membawa kedua tangannya ke belakang badan. Tangan kirinya menggenggam pergelangan tangan kanan.

Derap langkah santai sepatu milik William terdengar. Ia melangkah menuju jendela besar ruang kerja. Menatap pepohonan rimbun di sekitar istana. Tentara-tentara kerajaan tampak berjajar di luar pagar.

Suara ketukan pintu menginterupsi lamunan William.

"Yang Mulia, ada info penting mengenai Yang Mulia Ratu Elizabeth III."

"Masuk," ucap William sambil sedikit mengeraskan volume suara. Pintu ruang kerjanya terbuka, Davis---sekretaris pribadi William masuk. Ia menutup pintu dengan rapat kemudian mendekat pada Duke William yang masih menatap jendela.

"Kondisi Yang Mulia Ratu menurun. Penyakitnya semakin parah. Pagi tadi Yang Mulia Ratu sesak dan sampai sekarang masih tidak bisa lepas dari oksigen."

William melepas genggaman pada pergelangan tangannya sendiri kemudian menoleh menatap Davis.

"Yang Mulia Ratu memanggil anda ke kamarnya."

Davis menangkap perubahan aura pada wajah William. Kendati William jarang menampakkan ekspresi apabila berhadapan dengan anggota kerajaan, Davis masih bisa melihat perubahannya. Sudah lebih dari 6 tahun ia bekerja dengan William.

"Yang Mulia sudah harus mulai menerima kemungkinan terburuk dan bersiap memikirkan masa depan kerajaan Britania."

Dahi sang Adipati---Duke William tampak sedikit mengerut. Ia menghela napas, berjalan melewati Davis begitu saja sambil berucap. "Panggil Victoria ke ruangan Ratu."

Davis menundukkan kepala tanda hormat. "Baik, Yang Mulia."

Kaki Davis mundur beberapa langkah, membiarkan William menyingkir dari hadapannya. Davis kembali menegakkan kepala dan menatap punggung Duke William.

Nobleroid.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang