thursday

1.1K 180 22
                                    

Soobin sudah sembuh hari ini. Tidak ada alasan lagi baginya untuk ambil cuti--jatah cutinya dalam setahun hanya sepuluh hari dan dia sudah mengambil satu hari kemarin.

"Kemarin sakit, Bin?" tanya Choi Yeonjun, rekan kerjanya dari Divisi A yang sedikit lebih senior, di dalam ruang fotokopi lantai tujuh. Soobin, yang tengah mengklip beberapa kertas, langsung menoleh dan mengangguk.

"Iya, Bang," jawab Soobin. "Keujanan. Demam biasa doang, sih."

Yeonjun mengangguk-angguk. Pria itu kemudian menyeringai. "Enak, ya, sekarang kalau sakit udah ada istri yang rawat," kekeh Yeonjun.

Soobin ikut terkekeh. "Suami, Bang. Yang gue nikahin sama-sama punya batang," koreksinya sambil melihat ke kertas-kertas di tangannya. Apa lagi yang harus ia lakukan, ya, selagi ia ada di ruang fotokopi? "Iya, enak banget emang dirawat suami sendiri. Langsung cepet sembuhnya." Soobin mengulas senyum.

"Eh, iya, ya. Duh, maaf." Yeonjun nyengir minta maaf. "Keren juga ya, keputusan lo untuk nikah muda dan cepet."

"Nggak muda dan nggak cepet, Bang. Umur gue udah 26 tahun sekarang, udah waktu ideal buat nikah." Soobin berjalan ke mesin fotokopi di samping mesin yang tengah Yeonjun gunakan. "Gue mau nanya lo kapan nyusul, tapi kayaknya menyinggung banget buat jomblo macam lo, Bang."

"Sialan." Yeonjun tertawa sambil melayangkan tinjunya dengan main-main ke arah Soobin. "Gue masih 27 tahun. Nanti, deh, kita liat aja. Susah buat cari pasangan yang mau diajak settle sekarang, Bin."

Soobin mengangguk. Dia mengerti apa yang Yeonjun bicarakan. "Iya, sih. Sekarang lebih banyak yang mau komitmen tanpa engagement," tanggap Soobin. Ia memencet beberapa tombol pada mesin lalu menunggu kertas yang ia perbanyak keluar dari sisi mesin. "Jujur, gue bersyukur banget ketemu Taehyun yang nggak neko-neko."

(Neko-neko : aneh-aneh.)

Alis Yeonjun terangkat. "Gak neko-neko gimana?"

Mengingatnya membuat Soobin kembali tersenyum. "Dia orang yang pikirannya simpel. Lima tahun pacaran, baru di tahun keempat kita berani angkat topik soal pernikahan. Prinsipnya dia: jalani aja. Kalau berakhir nikah bagus, nggak ya udah. Semuanya ada jalan ceritanya masing-masing."

Ucapan Soobin dihadiahi oleh tepukan ringan di bahu oleh Yeonjun.

Yeonjun mengulas senyum kasual. "He seems like a good person for you, Bin." Pria itu kemudian berjalan ke arah pintu sambil melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan. "Gue balik dulu ke kubikel gue ya. Anyway, you look happier after getting married."

Soobin mengangguk sambil terkekeh kecil.

"Thank you, Bang!"

Indeed. Taehyun is a very good person for Soobin.

 
.

 
"Mas bawa sushi, nih, Dek."

Taehyun melirik ke arah kantong plastik yang dibawa oleh Soobin. "Oh, oke."

Respon pria kecil kesayangan Soobin yang sangat datar itu membuat Soobin mengerucutkan bibirnya. "Ih, kok, gitu responnya, Dek?" tanya Soobin. Dia berjalan mendekat ke Taehyun yang tengah menyiapkan gelas air minum. "Mas bawain makanan pulang dari kantor, maunya kamu senyum cerah terus hadiahin aku ciuman--"

Taehyun meletakan gelasnya dengan keras di atas meja makan, berhasil membuat Soobin mendadak bungkam.

"Mas." Taehyun menatap Soobin dengan tajam. Soobin menelan ludah. "Mas Soobin kesayangan Taehyun."

Panggilan dari Taehyun membuat Soobin meleleh. Jarang-jarang suaminya mau mengakui kalau dirinya-lah kesayangan Taehyun, sekali pun Soobin sudah tahu--Taehyun tidak semudah itu beralih hati. "Iya, Sayang?"

Monday to Sunday • bintaeWhere stories live. Discover now