Tragedi di Restoran

2 1 0
                                    

Besok siangnya, tepatnya di Sekolah, dijam istirahat Via dan Faza saling berbincang-bincang berdiskusi tentang ekstrakulikuler yang akan mereka pilih. Mereka berdua berencana akan memilih ekstrakulikuler bersama.

"Eh coba kita ke esktrakulikuler yang ini masak-masak kan lumayan ntar bisa makan-makan." usul Via.

"Heleh, bilang aja biar tubuh lu itu ngak kayak batang lidi. Makan-makan segala, ogah ogah gua." sahut Faza.

"Paskibra aja yuk!" usul Via kembali.

"Ehh tulang-tulang lidi kek lu paskibra ntar pingsan, ganti-ganti." jawab Faza sembari menyindir.

"Kalau paduan suara gimana?" usul Via kembali.

"Heleh, itu tenggorokan lu ajah kayak burung gagak, nyanyi dikit cari air." sindir Faza.

"Fotografi mau?" usul Via kembali.

"Eh lu mau panas-panasan foto-foto sana sini? Kalau gua sih ogah." jawab Faza.

"Lah terus mau lu apa sih semua ngak mau heh." marah Via.

"Euhm taekwondo aja ya." jawab Faza.

"Ya ngak apa tubuh batang lidi kek lu ikut taekwondo juga itung-itung olahraga makin ngurusin badan." sindir Faza.

"By one dek." Marah Via

Sore harinya, setelah mereka berdua pulang sekolah, sesuai yang dikatakan Faza kemarin, mereka pergi ke restoran mahal. Dan ketika Via sedang menikmati makanannya bersama Faza, tak sengaja sebuah es krim jatuh ke tangan Via. Hampir mengenai baju seragamnya. Via pun bergegas menuju kamar mandi. Setelah selesai mencuci tangannya, Via bergegas menuju meja makannya sembari membetulkan seragamnya yang kancingnya terbuka sedikit. Karena tak fokus dengan jalan, Via pun menabrak seseorang yang tak lain adalah Kakak kelasnya yang kemarin dia ikuti.

"Ups, Hai." sapa Via setelah menabrak tubuh Kakak kelasnya itu dengan sangat keras.

Kakak kelasnya itu hanya menjawab sapaan Via dengan tatapan dingin penuh pertanyaan.

"Beuh serem juga mukanya, kayak habis ketampol wajan dingin banget mukanya. Atau habis kecemplung kloset kali ya sampai segitunya ekspresinya." ucap Via dalam hatinya.

Kakak kelasnya itu langsung meninggalkan Via dan Via pun kembali menuju meja makannya. Ternyata meja makannya tak jauh dari letak meja makan Kakak kelasnya itu. Via yang menyadari hal itu lantas mengaduk-aduk jus buah di gelasnya sembari melamun melihat Kakak kelasnya itu. Hingga dia mengeluarkan senyuman manisnya. Tepat saat dia tersenyum memandang Kakak kelasnya itu dari belakang. Kakak kelasnya itu menoleh kebelakang untuk mengambil ponselnya. Namun, secara tak sengaja dia melihat Via yang tersenyum manis ke arahnya. Via yang menyadari bahwa Kakak kelasnya itu mengetahui senyumannya langsung mengambil ponsel di dekat jus buahnya itu dan berpura-pura berselfi. Beberapa detik kemudian, Via menaruh ponselnya kembali dan mengeluarkan napas lega setelah menahan malu. Kemudian dia menoleh kearah Faza.

"KUNTILANAK!" kejut Faza.

"Astagfirulah ngadi-ngadi ya lu." marah Via.

"Nyehh lu liatin apa sih? Ngelamun mulu dari kemarin kesambet lu?" tanya Faza.

"Kagak." jawab Via gugup.

Via langsung mengambil jus buahnya dan kembali mengaduknya.

"Andai orang itu tidak sedingin kutub selatan." ucap Via sembari kembali melamun.

"Siapa?" tanya Faza.

"Ehh euhm maksudnya ini andai jusnya ngak sedingin ini." jawab Via gugup yang kemudian meminum jusnya.

"Dimana-mana namanya Jus di resto itu dingin bego." Marah Faza.

"Oh Kakak kelas itu?" sambung Faza yang langsung paham apa yang dimaksud Via.

Jawaban Faza itu langsung membuat Via tersedak jusnya dan batuk dengan sangat keras.

"Eh lu ngapa sih? Gua cuma bilang Kakak kelas itu kenapa lu sampai segitunya?." tanya Faza.

"Lu suka sama dia?" sambung Faza.

"Heh ya kali gua suka sama dia orang dingin kayak begitu, gua kalau suka sama orang liat-liat juga kalik." jawab Via gugup.

"Ya baguslah lu nyadar diri batang lidi kayak lu tuh ngak pantes bersanding sama dia." sindir Faza.

Ketika waktu pulang tiba, Via memilih untuk pergi pulang sendiri karena mengetahui keluarga Faza akan lanjut berjalan-jalan ke taman sebagai bentuk perayaan ulang tahun Adeknya Faza. Via sempat diajak, tetapi Via merasa malu dan takut merepotkan. Keluarga Faza memaksa untuk mengantarkan Via pulang. Via pun menolak dengan alasan sudah memesan ojek online. Setelah keluarga Faza pergi, Via yang masih di restoran mahal itu berdiri sejenak.

"Ngak apalah palingan rumah cuma 10 kilometer dari sini, hmm udah sore juga sih pasti lama sampai rumah, apalagi gua kekenyangan pasti makin lama gua jalan, mau pesen ojek online tapikan hmmm ya udah jalan ajalah ngak apa." ucap Via.

Ketika Via akan melangkahkan kakinya, Kakak kelasnya tadi mengulurkan tangannya dan menawarkan tumpangan untuk Via. Kakak kelasnya itu merasa kasihan jika Via berjalan dengan jarak yang panjang dan waktu yang lama karena Via seorang wanita.

"Mau bonceng?" tanya Kakak kelasnya itu.

Via hanya berdiri kaku sembari matanya terfokuskan dengan tangan Kakak kelasnya itu. Jantungnya berdetak dengan sangat kencang hingga tubuhnya bergemetar.

"Ya Tuhan, mimpi apa gua semalam? Apa karena kemarin gua ketiban bidadari ya? Aduh ya Tuhan jantung gua mau copot ya Tuhan jangan mati disini ya Tuhan." ucap Via dalam hatinya.

Kakak kelasnya yang melihat tangan Via bergemetar langsung menarik tangan Via. Mereka berdua pun pulang dengan sebuah motor yang dikendarai Kakak kelasnya itu. Via yang menggonceng dibelakang Kakak kelasnya itu, tubuhnya masih bergetar sampai Kakak kelasnya itu melewati sebuah polisi tidur yang sangat tinggi dan membuat Via hampir terpental. Karena terkejut, Via tak sengaja memeluk Kakak kelasnya itu. Setelah Via selesai terkejut, Via melepaskan pelukannya dan hampir terjungkal ke belakang. Hal itu membuat Via tertawa kecil sembari mengejek dirinya sendiri.

"Aduh Via bego jan gitu didepan gebetan ish." ucapnya dalam hati.

"Hmm Rumah kamu dimana?" tanya Kakak kelasnya dengan nada yang sangat dingin.

"Hmm hh euhmm." ucap Via gugup.

"Dimana?" tanya Kakak kelas kembali.

"Hah dihatimu." jawab Via gugup.

"Apa?" tanya Kakak kelasnya kembali.

"Heh euhm hah ehh maksudku euhm nanti dekat minimarket belok ke kanan. Terus nanti dekat kamu-."

"Hmmm?"

"Hahah ehh maksudnya deket masjid berhenti disana aja heheh iya hmm." jawab Via gugup.

"Duh Via mulut lo jangan ceplas ceplos ngapa, malu-maluin tau." ucap Via dalam hatinya.

Sesampainya di rumah. Via kembali ke kamarnya dan menjatuhkan dirinya di kasur. Dia berguling tertawa tanpa sebab sampai ibunya yang mendengar tawanya ikut tertawa sendiri. Kemudian dia berkhayal dan tersenyum sendiri sampai tertidur.

DEAR F~ On GoingWhere stories live. Discover now