18

1K 154 22
                                    

"Biar Jinan bantu ka"
Jinan berdiri di sebelah Gracia yang tengah mencuci piring.

Pagi ini mereka memang baru saja menyelesaikan sarapan bersama dengan begitu khidmat.
Dan sekarang mereka tengah membagi tugas untuk menyelesaikan pekerjaan rumah.
Jinan yang sudah selesai membersihkan dapur dan meja makan, lekas membantu Gracia yang nampak kerepotan saat mencuci piring. Luka di sikunya masih menyusahkan nya dalam menggerskan tangan.

"Makasih udah bantuin kaka"
Ujar Gracia.

"Sama sama. Oh iya, luka kaka bagaimana ? Masih ada yang sakit ngak ?"
Tanya Jinan.

"Udah lumayan kok. Ngak sesakit kemarin"
Jawab Gracia.

"Baguslah. Jinan seneng dengernya"

Saat ini tepat dua minggu pasca insiden dimana Gracia dan Shani mengalami kecelakaan. Kondisi mereka memang sudah jauh lebih baik dan memang masih membutuhkan perawatan luka akibat oprasi yang mereka jalani. Namun, bersyukurnya luka luka itu tidak menghambat aktifitas kedua gadis kembar itu.

Sudah dua pekan juga Shani dan Gracia tidak masuk kerja. Selama itu hal yang mereka lakukan hanya terapi untuk memulihkan tangan dan juga kaki mereka yang sempat memar akibat oprasi.

"Kamu ngak cape bantuin kaka dari pagi ?"

"Ngak. Kaka aja ngak cape urusin aku dari kecil"

"Kaka cape. Tapi kaka ngak ngeluh. Lihat kamu dan Vivi bahagia, rasa cape itu lenyap. Kalian sumber kekuatan kaka. Jadi, teruslah jadi adik yang selalu buat kaka bahagia dan hapuskan rasa lelah kaka dengan kehadiran kalian di hidup kaka, ya ?"

"Siap ka. Kaka juga sumber kebahagiaan aku dan Vivi"

"Ngomong-ngomong Vivi, dia masih marah sama kamu ya ?"

"Heem. Sepertinya"

"Nanti kaka bujuk dia lagi deh. Dia memang keras kepala banget. Kayak Cici"

Jinan terkekeh.

"Kaka ngak usah bujuk dia lagi, Jinan sadar kok Jinan salah. Jadi, biar dia benci sama Jinan supaya Jinan selalu merasa harus berubah"

"Nan, tapi kaka ngak suka kalau di rumah ini ada yang musuhan, terlebih mereka itu saudara. Ngak baik. Nanti kaka akan bicarain lagi sama Cici buat bujuk Vivi"

Gracia meletakan piring bersih yang terakhir di rak lalu mengeringkan tangannya ke handuk di sebelah rak.

"Padahal semua bukan salah kamu juga. Kaka dan Cici juga paham dengan apa yang terjadi sama kamu"

Jinan menerima handuk pemberian Gracia dan mulai mengeringkan kedua tangannya juga.

"Maaf ya ka ? Kalau selama ini Jinan belum bisa jadi adik kaka yang baik. Maaf kalau Jinan selama ini selalu merepotkan kaka dan Cici. Jinan janji kalau Cici dan kaka sudah benar benar sehat, Jinan akan keluar dari rumah ini. Jinan mau hidup mandiri biar ngak merepotkan kaka dan Cici lagi. Jadi, untuk saat ini biarkan Jinan jagain kaka dan Cici sampai kalian benar benar sehat total. Ya ?"

"Jinan ?. Kamu ngomong apa sih ?. Pindah gimana ?. Pergi gimana ?. Kaka dan Cici ngak kasih izin kamu pergi kemanapun, kamu harus disini sama kami. Kamu jangan gini dong"

Gracia meraih kedua tangan Jinan.

"Nan, jangan peduli in ucapan Vivi, kamu itu salah satu anggota keluarga kita, bukan orang asing. Disini rumah kamu, kita keluarga kamu juga. Jadi, jangan berfikir buat hidup mandiri di luar sana. Kaka dan Cici ngak akan kasih izin itu buat kamu. Ngak akan pernah. Kamu paham ?"

"Jinan paham. Tapi Vivi..."

"Itu akan jadi urusan kaka. Ya ?"

"Oke"

Diantara kekuatan dan kelemahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang