7

22.2K 2.6K 320
                                    

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.






Sesuai ucapannya siang tadi, Jeffrey tengah melangkah masuk ke kediaman Kiya dengan kantong kresek hitam di tangannya. Senyum lebar terus terpancar, membuat sang mertua tersenyum geli melihat itu

"Assalamualaikum, Pak, Bu," sapa Jeffrey dan langsung menyalami Ibu dan Bapak secara bergantian, "waalaikumsalam," jawab keduanya.

"Mau ngapelin Kiya ya?" Jeffrey mengangguk malu, "Langsung ke kamarnya aja gapapa," mendadak telinga Jeffrey memerah mendengar itu, "saya tunggu disini aja, Pak." ucap Jeffrey, padahal dalam hati ingin sekali untuk menyusul Kiya ke kamarnya.

"Yaudah, Ibu panggilin dulu ya,"  Jeffrey jelas mengangguk antusias, "Pak, saya ada bawain martabak untuk Bapak sama Ibu, Heheh."

"Waduh tau aja Bapak suka martabak. Makasih ya, menantu." Jeffrey terkekeh pelan, "kamu sama Kiya jatuhnya kayak orang pacaran jadinya, di apelin, bapaknya di sogok pake martabak, udah pas banget kayak orang yang lagi pacaran."

"Hahah, bedanya saya sama Kiya pacarannya halal, Pak."

"Betul. Mau ngapain aja juga bebas, Jeff. Malah jadi pahala," dua lelaki itu sama-sama terkekeh, "Kiya lagi Bapak sama Ibu bujuk terus kok, biar segera tinggal satu atap sama kamu," Jeffrey mengangguk paham.

"Gapapa, Pak. Kiya mungkin masih perlu waktu."

"Iya sih...dia lagi belajar banyak hal dari ibu. lucu banget lihat anak kecil kayak dia, minta ajarin Ibu sama Azra dandan biar cantik di depan kamu." mendengar ucapan Bapak, ingin sekali Jeffrey memeluk Kiya, istrinya itu benar-benar menggemaskan.

"Kak Jeffrey?" Jeffrey menoleh dengan cepat saat mendengar suara lembut dari sang istri memanggil namanya.

"Mau pergi keluar ya?" tanya Bapak saat melihat penampilan Kiya yang tampak rapi.

"Iya, Pak. Boleh gak, Pak?" tanya Jeffrey, Bapak dan Ibu sontak tertawa pelan mendengar itu.

"Ya boleh, dong."

"Sebelum jam sembilan, saya pastiin Kiya sudah pulang, Pak" Bapak dan Ibu kembali tergelak, "Jeff, Kiya nya udah jadi hak milik kamu. Gak di kembaliin kesini juga gapapa," Kiya menatap kesal kedua orang tuanya yang masih asik tergelak.

"Yaudah... saya sama Kiya pamit dulu ya, Pak,  Bu. Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, "

Lalu keduanya sama-sama melangkah keluar dan menuju ke mobil, tangan Kiya dingin ia masih belum terbiasa didekat Jeffrey. 

"Dek? mau kemana kira-kira?" tanya Jeffrey seraya menoleh sekilas ke arah Kiya yang duduk disampingnya,  "saya ikut Kak Jeffrey aja," jawab Kiya dengan pelan.

Jeffrey mengangguk,  kemudian melajukan mobilnya. Selama perjalanan keduanya sama-sama memilih untuk diam, tak tau harus membahas topik apa dan berusaha menetralisir detak jantung yang berpacu dengan cepat. Jeffrey sesekali melirik ke arah Kiya yang terus menatap lurus ke depan, melihat Kiya Jeffrey tak mampu menahan senyum, ia menyukai keberadaan gadis itu disisinya.

LecturerDonde viven las historias. Descúbrelo ahora