14

17.8K 1.8K 141
                                    

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.





Hampir pertengahan malam, gelak tawa Jeffrey terus menghiasi penjuru ruangan. Wajah panik dengan mata sembab dan hidung yang memerah dari sang istri membuat Jeffrey terus tertawa. Gadis penghujung belasan tahun itu begitu menggemaskan.

Setelah mendapat kecupan singkat di keningnya, Kiya segera kabur dari kukungan Jeffrey dan berjalan terbirit menuju ke kamar mandi, sedangkan Jeffrey tak henti tertawa hingga memegangi perutnya karena berhasil menjahili sang istri.

Ia beranjak, dan berdiri di depan pintu kamar mandi kala Kiya tak kunjung keluar juga hingga ia mulai lelah tertawa.

"Dek, kenapa? Udah ganti bajunya?" teriak Jeffrey sembari mengetuk pintu kamar mandi sesekali.

"Baju yang tadi basah, Mas keluar dulu dari kamar. Kiya mau ambil baju."ucap Kiya dari dalam, Jeffrey masih tertawa kecil saat mendengar suara parau Kiya yang tampak akan memulai tangis untuk sekian kali malam ini.

Ia tak mengindahkan permintaan Kiya, ia membuka lemari pakainya, mengambil salah satu kaos dan celana training dan menyerahkan setelan itu pada Kiya yang masih berada di dalam kamar mandi.

Setelah mengganti pakaiannya, Kiya langsung keluar, dengan kaos putih yamg panjangnya hampir sampai ke lutut serta celana training kedodoran berhasil membuat sang empunya tertawa gemas.

"Mas ih!" tegur Kiya saat Jeffrey tertawa menatap dirinya. Kiya menutupi muka merahnya kemudian ikut duduk disamping Jeffrey yang tengah duduk disampingnya.

"Kamu udah ngantuk?" tanya Jeffrey, Kiya yang mulai berubah pikiran kini mengubah jawabannya dengan jujur, "belum." jawab Kiya.

"Kita ngobrol dulu mau gak?" tawar Jeffrey, tanpa pikir panjang Kiya langsung mengangguk.

Jeffrey membawa Kiya untuk duduk di teras depan dengan membawa secangkir kopi yang sebelumnya ia buat. Lingkungan sekitar sudah agak sepi, hanya ada beberapa motor yang berlalu didepan rumah mereka.

Kiya dan Jeffrey duduk melantai, meletakan kaki pada bebatuan yang berada di dasar halaman, menikmati angin malam yang tenang cukup membuat keduanya merasa terbuai.

"Takut kamu masuk angin deh, Dek." ucap Jeffrey, memecah keheningan yang sedari tadi tercipta. Kiya terkekeh, "Kiya nggak lemah loh." ucapnya membuat senyum remeh Jeffrey menukik.

"Nggak lemah apanya? Mas becandain aja nangis, hahah..." Kiya mencubit lengan Jeffrey, "Mas aneh, itukan beda konteks!" Jeffrey mengaduh, "cubitan mu gak main-main, Dek! Bisa patah lengan Mas ini!"

Kiya hanya menatap Jeffrey sekilas, lalu pandangannya kembali menatap pagar rumah yang berada di depannya, mengabaikan tingkah berlebihan dosen menyebalkan yang kini telah menjabat sebagai suaminya.

Perlahan Kiya mulai merasa tak begitu canggung ketika berada di dekat Jeffrey, ia juga mulai terbiasa dengan kehadiran lelaki itu. "Kok diem?" tanya Jeffrey membuat Kiya langsung menoleh, "ngga, lagi pengen diem aja." jawab Kiya.

LecturerOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz