Bab 5

163K 21.2K 1.5K
                                    

Tekan bintang dulu sebelum mulai baca~

Jangan lupa tinggalkan jejak love sebanyak mungkin
🤍🖤🤎💜💙💚💛🧡❤️

🌼🌼🌼

Keluarga besar Basukiharja menyambut kedatangan Vina. Acara keluarga yang pertama kali Vina. Bagi Dewa, ini juga pertama kalinya dia datang membawa Vina. Acara keluarga yang diisi semua anggota keluarga Basukiharja, seluruh sepupu Dewa hadir di sana.

Dewa merangkul pinggang Vina, memperkenalkan Vina ke tiga orang sepupu Dewa. Semua sepupu Dewa merupakan laki-laki dan sudah menikah semua. Mereka juga memiliki pekerjaan yang mumpuni, dua di antaranya pengusaha dan satunya masih bekerja di perusahaan keluarga.

Rio, dia merupakan direktur pemasaran di perusahaan keluarga. Rio memiliki ambisi untuk menjadi CEO di Basukiharja Group. Bisa dibilang, Rio dan Dewa merupakan saingan dalam warisan. Meskipun Dewa tidak pernah ingin mewarisi kekayaan Basukiharja.

"Gimana kuliah lo Wa? Asik dong diajar sama istri sendiri," komentar Rio saat Dewa dan Vina bergabung di ruang keluarga.

Acara kumpul seperti ini akan terlihat beberapa kelompok kecil, ibu-ibu yang sibuk merumpikan baju-baju terbaru, bapak-bapak yang menggosipkan gurita bisnis Indonesia dan para anak dan menantu yang sibuk mengurusi kehidupan Dewa.

"Asik dong, gue kuliah bisa ngelihat wajah cantik istri gue," sahut Dewa santai. Sementara Vina, dia tidak biasa berada di tengah keluarga Dewa yang ternyata suka saling menyindir seperti ini.

Vina melirik Rio dan istrinya. Keduanya terlihat sangat-sangat formal dan sedikit kaku. Vina mengira dia dan Dewa yang akan terlihat aneh, ternyata ada yang lebih aneh dari mereka berdua.

Di sana juga ada Bima-Alesha dan pasangan Jhon-Rieke. Keduanya pasangan suami istri yang paling kalem dan dewasa, mungkin karena mereka sudah melewati kepala tiga. Alesha yang sedang hamil selalu mendapat perhatian Bima dan Rieka yang bulan lalu mengalami keguguran masih butuh perhatian Jhon.

"Gimana Dewa di kampus Vin? Kira-kira dia kapan bisa lulus?" kali ini yang bertanya Bima. Dia kakak sepupu Dewa yang paling perhatian.

Vina melihat Dewa yang memainkan ponsel di sebelahnya. Kemudian dia berdiri dari duduknya saat ponselnya berdering. Dewa menepuk kepala Vina sekilas dan berkata, "Aku angkat telepon Agung dulu." Terkadang Vina curiga, ada hubungan sesuatu antara Dewa dan Agung.

"Dewa belakangan ini sudah lebih rajin Mas, dua semester lagi Dewa bisa selesai kalau dia mau ngebut SKS," tutur Vina yang memang selalu tahu perkembangan Dewa.

Bukan hanya keluarga Dewa yang ingin pria itu cepat menyelesaikan kuliahnya. Tapi, Vina juga ingin Dewa cepat selesai dan tidak lagi dipandang remeh oleh banyak orang. Vina tahu, Dewa itu pintar, hanya saja rasa malahnya terlalu besar.

"Aku mau ambil program semester pendek, kemarin sudah diskusi dengan Bu Mayang. Jadi, semester akhir aku bisa fokus skripsi," tutur Dewa menyahuti pembicaraan mereka.

Vina melihat Dewa dengan pandangan kagum. Belakangan, Dewa selalu bilang bahwa dia akan membuat Vina bangga memiliki suami sepertinya. Walaupun, Vina agak sedikit ragu tentang pernikahan mereka.

Bukan tentang Dewa, tapi tentang perasaan mereka berdua. Memiliki pernikahan tanpa cinta, rasanya mustahil bisa bertahan lama. Untuk Vina, dia bisa dengan mudah jatuh cinta pada Dewa. Tapi, apa hal ini juga berlaku untuk Dewa?

"Vina, kamu terlalu cantik buat jadi dosen. Mau coba jadi model? Kebetulan majalah tempatku bekerja ...." penuturan Fiona—istri Rio terhenti karena ucapan dari Rieke.

"Bagus jadi dosen saja. Nggak perlu jadi model dengan baju kekurangan bahan. Cukup satu orang saja yang suka pamer sana sini," tutur Rieke yang dengan sengaja melihat Fiona.

Di antara mereka bertiga—kini berempat dengan Vina, hanya Fiona yang tidak bisa akrab dengan Rieke dan Alesha. Hungan Rieke dan Alesha jangan ditanya, mereka sahabat yang sangat akrab dan sering pergi hangout bareng.

"Saya nggak bisa bergaya ini itu Fi. Lagi pula, saya lebih suka baca buku dan mengajar. Bisa bertemu Dewa lebih sering juga," balas Vina santai dan tenang.

Diam-diam Dewa tersenyum tipis, dia tahu Vina pasti bisa menghadapi pasangan sepupu dakjal yang selalu merusak mood tersebut. Dewa jelas tidak setuju jika Vina menjadi model, Dewa lebih suka Vina sebagai dosen, menurutnya lebih menawan.

🌼🌼🌼

Vina berdiri di teras belakang rumah, dia melihat tumbuhan yang memiliki nama latin monstera adansonii atau lebih dikenal dengan nama janda bolong. Vina sedang menunggu Dewa mengambil beberapa barangnya di kamar, dia memang tidak ikut membantu karena tadi ikut bergabung bersama ibu mertua dan tante lainnya.

"Bagaimana rasanya punya suami yang tidak bisa apa-apa?" tanya Fiona yang berdiri di sebelah Vina.

"Kata siapa Dewa tidak bisa apa-apa? Dia bisa makan sendiri, bisa berjalan dengan baik, bisa berbicara dengan lancar. Dewa bukan bayi yang tidak bisa apa-apa," sahut Vina santai.

Fiona cukup terkejut dengan jawaban sarkas Vina. "Bukankah lo yang selalu memberikan uang dan menjadi tulang punggung keluarga? Itu sama saja dengan Dewa tidak bisa apa-apa," balas Fiona yang tetap mencoba memprovokasi Vina.

"Dewa masih dalam tanggungan orangtua. Lagi pula, aku tidak keberatan untuk memberikan uangku pada Dewa. Karena, dia suamiku," balas Vina menatap Fiona dengan senyum manis.

Jika saja para mahasiswa Vina melihat itu, mereka akan memikirkan bagaimana caranya lepas dari kemarahan Vina. Menjadi dosen galak yang bahkan jarang memberikan senyum, membuat cara senyum Vina ditakuti oleh mahasiswanya.

"Lo itu nggak tahu Dewa gimana. Jangan beranggapan bahwa lo sudah mengenal Dewa," kata Fiona dengan tatapannya yang tajam.

Vina tidak gentar, dia maju selangkah ke arah Fiona. "Dan lo ... belum tentu juga lo mengenal Dewa. Jadi, jangan provokasi gue dengan kalimat-kalimat tidak penting lo itu," ucap Vina. Saat Vina berbalik akan masuk ke dalam rumah, dia berhenti melangkah dan kemudian berkata, "Hubungan gue dan Dewa nggak perlu campur tangan amatiran kayak lo."

Dewa ternyata sejak tadi mendengar perbincangan Vina dan Fiona. Saat dia bertemu Vina di dekat pintu dia tersenyum tipis pada Vina. Mungkin seperti ungkapan terima kasih karena telah membelanya.

"Apa senyum-senyum?" tegur Vina yang sebenarnya menyembunyikan rasa malunya. Dia tidak yakin bagaimana Dewa akan berpikir tentangnya. Walaupun begitu, Vina merasa apa yang dilakukannya tadi benar.

Dewa merangkul Vina sambil melebarkan senyumnya. "Memang nggak salah lo dijuluki Dosen Galak," kata Dewa.

"Masa? Bukannya gue dapat julukan Dosen Cantik?" Vina menarik kaos bagian kiri Dewa yang sempat terlipat di celananya.

"Hanya gue yang boleh manggil lo Dosen Cantik," jawab Dewa. Mendengar jawaban Dewa tersebut Vina tertawa pelan.

Jodi memperhatikan Dewa dan Vina yang terlihat santai dan akrab. Dia merasa tenang melihat Dewa yang mampu memperlakukan Vina dengan baik. Awalnya dia khawatir Dewa akan memperlakukan Vina dengan buruk. Ternyata itu hanya kekhawatiran yang tidak beralasan saja.

🌼🌼🌼

Ramaikan guys! Jangan kasih kendor
Kalau bisa 500 komentar nanti malam aku update lagi💃

Ramaikan guys! Jangan kasih kendorKalau bisa 500 komentar nanti malam aku update lagi💃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dosen Cantik (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang