PART 10 🕹

453 24 0
                                        

Aiden membuka pintu rumah dengan perasaan tidak menentu, dia tahu bahwa sang adek akan sangat kecewa terhadap sikapnya di SMA.

Langkah kaki Aiden begitu berat, seakan tidak sanggup melangkah ke dalam rumah. Namun, dia harus mengechek keadaan Sesilia.

Gadis itu pasti sangat kesakitan, hatinya hancur saat dipermalukan oleh seisi Kantin, raganya kesakitan setelah disiksa oleh segerombol siswi kurang ajar.

"Sesil?" Aiden berusaha memanggil sang adek meskipun hatinya sangat takut sekaligus malu.

Tidak ada suara sedikit pun, tetapi Aiden tampak cuek karena sudah biasa menerimanya. Sesil tidak menyaut semenjak beberapa bulan lalu, mungkin sejak dia menerima banyak masalah di SMA R.Y.M.A.

Krek!

Pintu kamar Sesilia dibuka dengan sangat sopan dan tidak ada seorang pun di dalamnya, Aiden menyatukan kedua halis karena merasa cukup heran.

Aiden melangkah maju dan mulai menatap ranjang tidur Sesilia, masih sangat rapi, kenapa gadis itu selalu rajin di setiap harinya?

Dia melebarkan senyuman dan merasa bersyukur bisa memiliki seorang adek yang rajin serta sangat cantik seperti Sesilia.

"Rajin banget sih? Bikin bangga ajah." Aiden melipat kedua tangan dan menyenderkan punggung menuju tembok, matanya masih melirik kesana-kemari.

Sesilia membersihkan kamar dengan begitu teliti, buku-buku juga sudah tertata rapi, Aiden mendekat dan meraih sebuah buku yang dianggap sangat menarik.

Buku berwarna merah maroon dan memiliki sampul simple yaitu 'Diary Sesil' itu dibuka dengan senyuman lebar terukir, Aiden tidak percaya bahwa ternyata Sesilia juga gemar dalam menulis.

"Aku ragu saat memasuki SMA elit itu dan benar-benar khawatir tidak akan mendapat tempat terbaik karena berasal dari kasta biasa."

Aiden menganggukan kepala dan ternyata feelling-nya benar bahwa buku tersebut berisi tentang curhatan Sesilia selama bersekolah di SMA RYMA.

Kalimat selanjutnya sungguh menarik bagi siapapun yang membaca diary itu apalagi jika dilakukan secara diam-diam, Aiden juga mengakui hal tersebut. Dia terduduk pada keramik karena takut akan merusak spray yang sudah sangat rapi.

"Disana aku senang bisa bertemu dengan pria yang sangat keren, dia tidak setampan kak Aiden, tapi matanya memiliki segudang pesona."

Dia merasa kurang percaya bahwa Sesilia tega membandingkannya dengan laki-laki lain padahal tahu sendiri bahwa Aiden memiliki ketampanan yang tidak duanya di sana.

"Wah gila, gue dibanding-bandingin padahal Mas Aiden nggak ada duanya haha...."

Aiden begitu percaya diri, dia bangkit dari posisi itu kemudian mendekati cermin besar di kamar Sesilia, wajah Aiden masih sangat tampan.

Di lingkungan rumah maupun SMA, Aiden memang terkenal memiliki wajah rupawan, membuat siapapun yang melihat menjadi tergoda.

Aiden menoleh ke kanan dan belakang, dia berusaha yakin bahwa rumah itu sudah sangat sepi, tidak ada seorang pun selain dirinya.

Dia mengacak pinggang kemudian berpose layaknya model bintang lima, Aiden tersenyum lebar sambil berkata, "Aduh, gila! Aiden ganteng banget."

Aiden malah meniru kalimat banyak gadis yang sering diucapkan untuk dirinya sendiri dan hal tersebut dilakukan untuk bercanda semata.

Tok! Tok!

Mata Aiden melebar, dia sangat terkejut mendengar ketukan pintu rumah menggema pada seluruh rumah apalagi pada saat itu dia masih berpose sebagai model cool.

RANCOR ( TERBIT )Where stories live. Discover now