Chapter 12

6 2 0
                                    

“Semua akan pergi pada waktunya, ntah itu dengan pamit atau tidak. Jika tidak, jangnalah kau merasa dirimu tak berharga” –Mitha Puspita Sari

Rasanya malam ini sangat menggambarkan dirinya. Hamparan langit gelap yang ditinggalkan oleh bintang yang biasa mewarnai hari-harinya. Jika kau menjadi langit, apa yang kau rasakan? Sakit? Nyesek? atau biasa saja? Mungkin kebanyakan orang merasakan opsi yang peryama. Apalagi ditinggalkan oleh sang moodboster yang pergi tanpa pamit. Disisi lain pun kau juga yakin tidak akan bertemu dengannya lagi.

Menghapus air mata dan menepuk-nepuk kedua pipinya, Mitha memaksa dirinya untuk tidak terlarut kembali ke masa itu. ‘Lo kuat, Mith. Gue yakin, buktinya lo bia sampai pada titik ini. Tapi memangtak dapat dipungkiri, setelah di pergi, rasanya seperti ada yang hilang.‘  Jika kalian merasa itu adalah rasa cinta ke seseorang, maka itu adalah hal yang slah. Karen rasa yang sedang dirasakannya adalah rasa kehilangan adik kepada kakaknya.

Mitha memutuskan masuk ke dalam kamarnya, karena berda di luar malam-malam seperti ini tidak baik bagi pikiran dan hatinya. Mitha berpikir ia akan langsung tidur, tidak akan memegang hp dahulu. Karena kenangan itu akan bisa muncul kembali ke permukaan. Namun, dering ponselnya membuat Mitha membatalkan niatnya. Disana tertera dengan jelas nama sahabtnya.

“Mithaaa!” ucap Rina saat sambungan telepon mereka telah tersambung.

“Assalamualaikum dulu woy, main teriak-teriak aja lo. Pecah bisa-bisa gendang telinga gue.”

Di sisi lain, Rina hanya terkekeh geli mendenger suara sahabatnya yang kesal. “Yaudah-yaudah assalamualaikum Mithaku yang cantik,” ucap ulang Rina dengan nada yang dibuat-buat.

“Waalaikumsalam, dih najisin ya lo, Rin.”

“Hehe, btw suara lo kok serak gitu, habis nangis ya  lo?”

‘Astaga apa segitu kelihatanya gue habis nangis?’ gumam Mitha. “Eh eng-enggak, gue tadi nyanyi-nyanyi mangkanya suara gue jadi serak.”

“Malam-malam gini? Pasti tetangga lo abis pulang dari rumah lo kan? Bawa gayung juga.”

“Gak, ngapain dah. Orang mama gue ga ngadain arisan.”

“Gue mana bilang mama lo ngadain arisan. Tetangga lo baru dari rumah lo pasti habis marah-marah. Soalnya denger suara lo yang ga ada merdu-merdunya.”

“Sembarangan ya lo! Dahlah gue tidur aja daripada ladenin elo yang mulai ga waras.”

“Enak aja, selamat tidur Mithakuuu. Mimpi indah,” ucap Rina sebagai tanda berakhirnya percakapan mereka.

“NAJISSS!” Setelah mengatakan hal itu, Mitha langsung saja memustuskan sambungan telepon mereka.

***
Hari ini Mitha datang terlalu pagi, sepertinya teman-temannya belum ada yang datang. Namun, ternyata ia salah ada seseorang yang duduk dibangkunya. Tapi ia yakin bukan teman sekelasnya Karen arata-rata temannya datang seperti kebanyakan siswa. Dia adalah Reynand! Harap catat Reynand! Seingatnya ia tidak ada urusan dengan makhluk  satu ini.

“Ngapain lo di bangku gue pagi-pagi?”

“Eh, udah dating lo,” ucap Reynand sambil menutup buku kumpulan soal yang dibawanya.

“Hm, gue kepagian. Minggir gue mau duduk.”

Setelah duduk dan melepaskan tasnya barulah Mitha bertanya, “Ngapain lo disni?”
“Gue mau bilang, nanti malem jalan yuk sama gue. Sekalian gue mau ngomongin sesuatu yang penting sama elo.”

“Sepenting itukah sampai elo gak bisa ngomong sekarang?” tanya Mitha dengan sedikit nada malas yang tersirat.

“Iya, sepenting itu. Karena kalau sekrang, keburu temen sekelas lo dating. Apalagi bentar lagi sahabat lo datang, kan?”

“Hm.”

“Yaudah gue balik dulu. Jangan lupa nanti malam,” pamit Reynand saat mendengar respon Mitha yang sudah tak bersahabat. Dan juga sebuah usapan halus yang mendarat pada pucuk kepala Mitha. Merasakan hal itu, Mitha hanya menatap Reynand datar.

“Mith, kantik kuyy laper gue habis mikir matematika,” ajak Rina saat bel baru saja berbunyi.

“Yaudah ayo.”

Mereka berjalan bersisihan. Saat sampai di depan pintu kantin, terlihatlah katin yang sudah padat. Setelah mendapatkan apa yang ingin mereka menikmati, Mitha dan Rina segera pergi ke meja yang berada di pojok ruangan. Duduk berhadapan, Rina menyadari ada yang aneh dengan Mitha.

“Mith, mata lo kenapa?”

“Eh? Gak papa kok.”

“Beneran? Mata lo bengkak soalnya.”

Pranggg

“Aw panas! BIsa jalan yang bener gak sih lo?”

Kumau DiaWhere stories live. Discover now