43. Ketahuan, 'kan?

187 10 5
                                    

Selamat membaca!

***

Rasa bosan terus saja datang. Dua hari berada di rumah sakit membuatnya merasa sesak ingin menghirup halaman rumah saja. Beruntung kata dokter, Thalia sudah bisa pulang nanti sore.

"Mama sama Ayah keluar dulu, ya? Kamu berani? Kalau nggak, biar Mama telepon Ath-"

Thalia menggelengkan kepala dan memotong ucapan mama Gina, "Nggak perlu, Ma. Aku berani kok."

Untuk apa mama Gina sampai menelepon Atha? Lagian cowok itu baru setengah jam lalu pergi untuk mengantarkan Tasya pulang. Ia tidak ingin merepotkan cowok itu.

Mama Gina tersenyum dan mengangguk.

Sementara tangan ayahnya mengelus kepala Thalia dengan sayang. "Kita cuma sebentar kok. Nggak sampai satu jam."

"Iya Ayaaaah..."

Kedua orang tuanya mengangguk. Lalu mereka berjalan menuju luar ruangan.

Thalia hanya memandang punggung keduanya dengan lekat.

Berbagai macam permasalahan dalam hidupnya kian menghampiri pikiran di saat sepi seperti ini.

"Apapun yang lo ingat tentang malam itu, gue nggak mau tau, lo harus lupain semuanya dan jangan pernah ngadu sama siapa pun," bisik Tasya ketika gadis itu memeluk Thalia.

"Kenapa Tasya bisa berubah, sih?" Thalia tidak habis pikir. Sahabatnya berubah dalam kurun waktu yang begitu singkat. Dia bersikap seolah Thalia adalah musuh besarnya. "Sya, kalo pun Atha memang jadi milik lo seutuhnya, gue nggak masalah."

Tidak ada yang bisa Thalia harapkan lagi sekarang. Kalau Tasya tau bahwa ia sudah bercerita pada Dino sebelumnya, entah apa yang akan dilakukan oleh gadis itu terhadapnya.

Bisa saja Thalia mati saat itu juga.

Thalia : Din, apapun yang udah gue ceritain sama lo, jangan sampe bocor ke siapapun. Termasuk Alif!

Tulisnya dan mulai mengirimkan pesan itu pada Dino.

***

Atha berjalan dengan gemuruh amarah yang begitu menyala. Ia tidak habis pikir atas apa yang dilakukan oleh tunangan terpaksanya itu.

"Sekarang lo jawab pertanyaan gue! Gimana bisa Thalia kecelakaan, sementara dia pergi sama lo?!" bentaknya pada Tasya.

Di rumah Atha, di hadapan semua orang, termasuk kedua belah pihak keluarga-Atha dan Tasya-yang sedang mengobrol hangat, cowok itu bertanya dengan penuh tanda tanya.

"Jawab gue, Tasya!"

"Apasih, Kak?" elak Tasya.

"Atha, kamu jangan begitu. Tasya itu tunangan kamu sendiri. Nggak baik menuduh orang tanpa bukti," ujar mama Atha. "Pa, sadarin anak kamu dong!" pintanya pada papa Atha.

"Atha sudah besar, Ma. Biarkan dia menyelesaikan masalahnya sendiri."

"Tapi-"

"Betul, Mbak. Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya. Kita hanya perlu memberikan saran jika memang perlu," jawab papa Tasya. Sedangkan mamanya gadis itu hanya terdiam.

Para orang tua di sana tidak ingin ikut campur dengan masalah anak-anaknya.

"Ma, kecelakaan Thalia itu nggak masuk akal menurut Atha," ujarnya, "Thalia bilang dia turun dari mobil Tasya. Tapi kenapa Tasya nggak nahan, padahal dia itu sahabatnya sendiri."

Comblang! Where stories live. Discover now