#4 the devil

472 72 78
                                    

"Akhirnya anak ini tidur juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akhirnya anak ini tidur juga..."

Minhee memijat dahinya sendiri, merasakan kerutan-kerutan penuaannya seakan bertambah banyak hanya setelah beberapa jam berhadapan dengan Jungmo.

Tadi setelah mengeluarkan ultimatumnya, Jungmo makin merepotkan Minhee. Terlebih didukung sang ibu yang menyuruh Minhee membawa Jungmo berkeliling rumah, dengan dalih 'hitung-hitung biar Jungmo familiar kalau nanti tinggal di sini'. Minhee harus sekuat tenaga menahan diri agak tidak membenturkan kepalanya ke dinding.

Dijodohkan sama sekali tidak ada dalam bucket list seorang Kang Minhee. Dia baru dua puluh satu tahun, tolong. Dia ingin menikmati masa mudanya yang tak sempat dia nikmati karena terlalu sibuk belajar demi ambisinya menjadi dokter muda yang sebentar lagi tercapai. Dia tidak mau ada hal-hal seperti jodoh atau cinta yang menghambat karirnya yang berharga.

Tapi Minhee bisa apa kalau ibunya sudah mengancamnya dengan membawa-bawa masalah koasnya?

Dan kenapa pula, dari sekian banyak manusia di dunia ini, harus anak kecil seperti Jungmo yang jadi calon tunangannya.

Minhee menatap langit-langit kamarnya dengan senyum pasrah.

Sejujurnya Jungmo tidak seburuk itu. Dia punya postur tubuh dan wajah yang bagus. Senyumnya lucu dan manis, meski Minhee belum pernah melihat senyum itu diarahkan padanya. Ekspresi Jungmo untuknya tak pernah jauh-jauh dari cemberut atau melotot.

Tapi sifat kekanakannya itu lho, aduh. Minhee ingin pensiun dini saja rasanya. Menghadapi anak kesayangan yang suka dimanja saja sudah susah, apalagi anak manja kesayangan keluarga kaya? Triple kuartet susahnya.

"Minhee, Jungmo udah tidur?"

Minhee agak tersentak ketika suara ibunya terdengar, dia berbalik dan menemukan sang wanita paruh baya yang berdiri di bawah bingkai pintu, menatap bolak-balik antara Jungmo dan dirinya dengan berbinar.

"Wah manisnya anak mama, tunangannya dikasih tidur di kasurnya. Kamu biasanya nggak ngasih kakakmu sendiri masuk kamar ini."

Minhee ingin berteriak, 'memangnya ide siapa untuk membawa Jungmo ke kamar?!' namun memutuskan dia belum ingin mati muda.

"I—iya, ma." Minhee menjawab (sok) kalem. Semoga itu cukup.

"Kamu nggak istirahat juga? Pasti capek kan tadi abis dari lab terus keliling nyari Jungmo?" Ibunya tersenyum pengertian, namun Minhee dengan instingnya yang tajam dapat merasakan hawa-hawa tidak enak. "Kamu tidur juga, gih. Kasurmu besar, kan? Bisa lah bagi sama Jungmo, ya?"

TUH KAN. BENAR HAWANYA TIDAK ENAK.

"Apa enggak gemes lihat Jungmo tidurnya selucu itu," Ibunya tersenyum jahil, dan Minhee merutuki dirinya sendiri yang tak bisa tahan untuk tidak menjatuhkan pandang pada Jungmo untuk mengecek kevalidan ucapan ibunya. Dia merutuk lagi saat menemukan Jungmo yang tertidur dengan posisi meringkuk seperti bayi, menghabiskan sangat sedikit tempat di ranjang besar itu yang membuatnya terlihat mungil.

Ikigai +MinimoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang