#3 : the visit

433 74 21
                                    

"Sepi banget

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sepi banget..."

Jungmo celingak-celinguk saat memasuki mansion besar tersebut, mencari keberadaan makhluk hidup lain selain dirinya dan manusia jelmaan robot yang menutup pintu di belakangnya.

Minhee berjalan mendahuluinya, hanya sekali melirik Jungmo. "Ayo ikut saya."

Yang lebih muda memandang sinis pada punggung calon tunangannya saat mengikutinya dari belakang. Kenapa sih dia harus jalan di depan terus? Sok superior ya?

Tak mampu lagi menahan rasa penasarannya, Jungmo akhirnya menukas cepat. "Kak Minhee kenapa sih terobsesi banget jalan di depan? Waktu di rumah aku juga gitu. Segitunya pengen nunjukin kepemimpinan?"

Minhee mendadak berhenti, membuat Jungmo menabrak punggungnya. Mengaduh, yang lebih muda menggosok-gosok hidungnya yang sempat berbenturan dengan punggung Minhee. "Kamu kan, ngecilin celana seragam."

Jungmo mengerjap, menunduk untuk memperhatikan celananya. Memang terlihat jelas, sih. Celana seragam hitam itu kini memeluk kaki jenjangnya, hampir seperti celana bermodel pensil. "Iya terus?"

"Kamu sadar nggak cara jalan kamu, terutama kalau naik tangga itu—" Minhee terdiam, seakan mendadak ragu melanjutkan ucapannya. Jungmo jadi bertanya-tanya apakah teori konspirasi absurdnya akan terbukti dan koding di kepala Minhee sedang eror.

"Caraku jalan kenapa?"

"Your hips, swaying." Minhee berdehem. "Dan tinggi badan kita hampir sama, jadi kalau kamu naik tangga di depan saya, i could see your—. Ah, saya pikir, kamu bakal ngerasa nggak nyaman kalau seperti itu."

"Oh." Jungmo terdiam pada akhirnya. Dia tak tahu Minhee berbaik hati memikirkan itu untuknya. Dalam pikiran Jungmo saja tak pernah terlintas sedikit pun tentang hal itu. Tapi benar juga, kalau dia tahu, pasti dia tak akan merasa nyaman. "Makasih, kak."

Minhee hanya mengendikkan bahu, melanjutkan jalannya lagi. Jungmo buru-buru mengikutinya.

"Eh, kok rumahnya kak Minhee sepi banget? Mama kak Minhee kemana? Kak Minhee nggak punya saudara?"

"Mama saya dokter, sama kayak papa. Mereka lagi shift. Saudara saya di luar negeri." Minhee berhenti di depan pintu kayu jati berukir rumit yang nampaknya adalah kamarnya. "Kamu tunggu di sini, jangan masuk. Saya ambilin handuk sama baju ganti sebentar, kamu mandi di kamar mandi ruang tamu aja."

Jungmo mengernyit, namun dengan patuh mengangguk-angguk seperti anak itik yang diajari induknya. Namun mulutnya yang tak pernah ada filter mengucapkan kalimat itu juga pada akhirnya. "Kenapa aku nggak boleh masuk kamarnya kak Minhee? Ada majalah dewasanya, ya," candanya.

Minhee menatapnya aneh. "Saya bukan kamu. Dan itu karena kamu orang asing di sini."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ikigai +MinimoWhere stories live. Discover now