⠀⠀ *✧. 𝟐

728 122 14
                                    

Awalnya Masamune Makabe tidak sengaja melihat perbuatan kurang ajar yang dilakukan Takahiro. Masamune takut untuk mencegah Takahiro saat itu, sehingga ia memutuskan untuk merekam tindakan Takahiro jikalau Takahiro menggunakan foto (name) sembarangan dan menyebarkannya. Ketika Masamue hendak memasuki kelas, ia melihat Megumi yang memukul Takahiro. Pemuda itu juga mendengar perkataan Megumi perihal foto (name) dan kelakuan bajingan Takahiro.

Setelah salah satu murid melaporkan perkelahian tersebut. Megumi, Takahiro serta tiga murid lainnya diseret ke ruang kesiswaan. Masamune mengikuti dari belakang. Dari depan pintu Masamune dapat mendengar kegaduhan. Setelah mengumpulkan keberanian, Masamune mengetuk pintu tiga kali sebelum memutar kenop dan menyela pembicaraan mereka.

Berkat bantuan Masamune Makabe yang memberikan bukti berupa video Takahiro dan teman-temannya yang sedang memotret bagian tubuh (name) diam-diam, pihak sekolah dan para wali akhirnya mengambil keputusan berupa syarat tertulis, yaitu: Takahiro dan tiga temannya akan dikeluarkan dari sekolah jika mengulangi kesalahan yang sama dan sebagai gantinya pihak sekolah memberikan suspensi pada mereka selama satu bulan. Sedangkan Megumi hanya diberikan suspensi seminggu karena sempat terlibat perkelahian fisik dengan Takahiro dan yang lainnya.

Sudah lima hari sejak Megumi menjadi tahanan rumah.

Sejak itu pula Megumi dan (name) tidak saling bicara. Sebab (name) mengira Megumi terlibat perkelahian tidak berdasar sehingga diberhentikan sementara dari sekolah. Menyebabkan gadis itu sangat kecewa pada Megumi. Meski terjadi kesalahpahaman diantara mereka, sebenarnya memang Megumi sendirilah yang mengajukan permintaan pada sekolah untuk tidak memberitahu (name) masalah tersebut. Pemuda itu khawatir kasus ini akan membebani (name) secara mental dan membuatnya takut bersosialisasi.

Sejujurnya Megumi sedikit gelisah dengan semua itu. Walau (name) masih menjalani kehidupan sekolah dengan tenang, namun hubungan mereka berdua menjadi renggang. Megumi bingung harus berbuat apa. Takut mengajak (name) berbicara malah semakin memperkeruh keadaan. Maka Megumi memilih diam.

Tsumiki yang melihat kegusaran Megumi hampir satu minggu penuh itu merasa jenuh. Dia ikut kalut memikirkan bagaimana cara agar Megumi dan (name) dapat berbaikan. Tidak tega melihat Megumi yang bosan sendirian di rumah saat ia bersekolah, Tsumiki meminta Gojou untuk menemani adiknya jika pria berambut putih bersih itu mempunyai waktu.

Sebagai wali dari kedua saudara Fushiguro, Gojou tiap minggu memang selalu menyisikan waktu mengunjungi mereka berdua seandainya misi Shaman perihal kutukan tidak terlalu padat. Contohnya seperti sekarang, Gojou dan Megumi tengah duduk di kursi panjang sembari menonton siaran televisi.

Keduanya diam memperhatikan layar televisi yang menampilkan pertandingan Baseball Tim Nasional Jepang.

"Jadi?"

Megumi menoleh. Ia mengerutkan dahi. Menunggu Pria yang dijuluki Shaman terkuat melanjutkan perkataan. Namun Gojou terus memandang ke depan. Sesekali menyuapkan donat bertoping stroberi ke dalam mulut. Kemudian ia sadar ternyata Gojou tidak berniat mengatakan sesuatu namun pria itu sedang memberi pertanyaan.

"Apanya?"

"Kapan kalian akan berbaikan? Sepertinya kau terlihat semakin galau. Sebagai seorang pria dewasa yang selalu dipuja para gadis, aku sarankan kau segera membujuk (name)-chan sebelum situasi menjadi lebih parah, Megumi-kun," ujar Gojou. Kacamata hitam dilepasnya. Sepasang mata sejernih samudra menatap Megumi lurus. "Hitung-hitung sekalian confess. Jangan terlalu lambat, nanti keburu diambil orang."

Megumi mendengus geli. Ia membuang muka ke samping. Melihat wajah pemuda itu sedikit tertekuk, lantas Gojou tertawa lepas. Suaranya menggema di sekitar ruangan. Setelah puas, Gojou mematikan televisi. Badan di posisikan menghadap Megumi sepenuhnya. Pertanda topik pembicaraan akan sedikit serius.

"Sesuai dugaanku, (name) berpengaruh besar terhadap suasana hatimu. Aku tidak masalah jika kau berpacaran di usia empat belas tahun, toh, hal itu tidak akan mengganggu nilai pelajaranmu, terlebih aku tahu kau anak yang sangat cerdas. Jadi, kau mau bagaimana?"

"Aku tidak tahu," pandangan Megumi jatuh pada lantai. "Mungkin begini lebih baik."

Gojou menghela napas. Suasana kembali hening. Setelah menghabiskan donat terakhir, Gojou bangkit dan mengenakan kembali kacamatanya. Jaket hitam disampirkan pada bahu. "Ya, aku hanya memberi saran. Anak seusiamu memang sering labil dalam mengambil keputusan. Intinya, pikirkan kembali saja dulu."

Megumi mengantar Gojou ke pintu depan. Pria itu melambaikan tangan riang. "Sampai jumpa lagi, Megumi-kun~"

◇◆◇◆◇◆◇◆

Esok lusa Megumi kembali bersekolah.

Di hari sabtu tidak ada satupun kegiatan belajar—mengajar, kecuali bagi para murid yang mengikuti ekstrakulikuler olahraga dan mengharuskan mereka berlatih setiap paginya. Namun karena ujian masuk SMA sudah dekat, murid kelas tiga diwajibkan mengikuti pelajaran tambahan pada hari sabtu. Kelas Tsumiki memiliki jadwal pembelajaran pagi, sehingga ia tidak sempat menyiapkan sarapan untuk Megumi.

Sedari kecil selalu hidup berdua dengan kakak tirinya membuat Megumi menjadi pribadi yang mandiri. Meski masakannya tidak seenak buatan Tsumiki, setidaknya masih layak untuk disantap. Setelah selesai memakan sepiring omelet dan membersihkan peralatan makan, Megumi memutuskan untuk berbelanja bahan makanan. Semalam Gojou sudah memberikan uang bulanan dan uang jajan tambahan untuk mereka berdua. Meski tidak memiliki ikatan darah, Gojou masih berbaik hati merawat dan mengurus semua kebutuhan mereka. Terlebih Megumi belum mengetahui alasan dibalik tindakan Gojou selain pemuda berambut arang itu berkata ia tidak ingin dijual kepada keluarga Zenin dan meninggalkan Tsumiki sendirian.

Seusai memilih barang belanjaan, Megumi berjalan melewati beberapa rak. Langkahnya terhenti kala melihat figur seorang gadis yang dikenalnya sedang kesusahan mengambil camilan di rak paling atas. Sejujurnya Megumi belum siap untuk bertemu dengan (name). Namun melihat (name) yang sedikit membutuhkan bantuan, ia menghampiri gadis itu.

Tangan besar Megumi menggenggam camilan incaran sang gadis. (name) yang merasakan kehadiran seseorang di belakangnya sontak tersentak kaget. Camilan diberikan kaku. Sang gadis pun menerima sungkan. Setelah mengucapkan terima kasih, tanpa menatap Megumi, ia berjalan menuju kasir.

Megumi mengantri di belakangnya. Setelah selesai membayar, (name) pun segera keluar dari minimarket. Begitu juga dengan Megumi setelah mengambil uang kembaliannya. Komplek rumah (name) dan Megumi sama, hanya dipisahkan beberapa blok. Membuat jalur perjalanan mereka satu arah.

(name) berjalan secepat yang ia bisa. Agar meminimalisir interaksi dengan pemuda di belakangnya. Megumi yang sadar akan hal itu pun memperlambat langkahnya. Suasana canggung membuat keduanya tidak nyaman. Setelah (name) memasuki blok perumahannya, Megumi mulai berjalan santai. Saat melewati blok tersebut, pemuda itu tidak tahu kalau (name) sedang membalikan badan guna meliriknya sedikit.

Baik (name) maupun Megumi tidak pernah bertengkar dalam waktu yang lama. Dan hari ini merupakan hari ke enam kerenggangan mereka. Sang gadis ingin pertemanan mereka kembali seperti semula, namun sungkan untuk memulai duluan. Sedangkan Sang pemuda takut si gadis masih marah, sehingga ia memilih diam.

Astaga, sampai kapan kesalahpahaman ini berlangsung?

NEXT
・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 22, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ִֶָ  ꜜ𝐇𝐄𝐀𝐓𝐇𝐄𝐑 : 呪術廻戦Where stories live. Discover now