0.2

110 18 4
                                    

Suara detikan jam terdengar begitu nyaring di tengah heningnya malam di dalam ruangan yang penuh dengan komputer. Diiringi suara ketukan jari pada meja yang terdengar konstan.

Jay masih setia duduk di depan layar komputernya. Dirinya masih berusaha membobol perusahan properti di Busan yang siang tadi sempat ia lakukan namun gagal.

Layar komputer masih menunjukkan proses bekerjanya worm milik Jay. Banyak kode-kode yang tampil di layar komputer itu. Kode-kode yang bahkan orang awam pun tidak akan bisa memahaminya begitu mudah.

Lama jay menunggu, jemarinya masih setia mengetuk-ngetuk meja. Hazelnya sekilas melirik ke arah jam dinding di hadapannya. 3 menit sudah berlalu. Jangan sampai ia kembali gagal kali ini.

succes!

Begitulah yang Jay lihat di layar komputernya setelah hampir 5 menit worm nya bekerja. Namun, ini masih perlindungan kedua yang ia coba lewati. Masih ada satu lagi yang harus ia lewati agar bisa mengambil seluruh data-data perusahaan itu.

Jemari Jay mulai menari diatas keyboard, memasukkan coding yang sangat ia hafal diluar kepala kemudian menekan tombol enter untuk memulai kerja wormnya.

Kedua mata Jay menatap intens ke arah layar berukuran 22 inch tersebut, "Semoga kali ini berhasil"

Suasana tegang Jay rasakan, berharap bahwa ia tidak akan gagal kali ini. Karena sungguh, bayaran yang di dapat teramat besar. Bahkan bisa untuk hidup selama satu tahun tanpa bekerja.

Meskipun ayah Jay adalah seorang CEO. Bahkan harta kekayaannya tidak akan habis sampai 7 turunan. Namun, Jay sangat menyukai ketika ia berhasil menghasilkan uang sendiri. Meskipun illegal.

Jantung Jay berdegup kencang saat layar komputernya menampilkan angka 90%. Kurang 10% lagi maka ia akan berhasil, dan-

"Yash! berhasil" pekikan senang keluar dari belah bibir Jay dengan tangan yang mengepal kuat.

Tanpa menunggu waktu lama, Jay segera bertindak mencuri berkas-berkas yang dibutuhkan oleh klien yang membayarnya. Tidak butuh waktu lama bagi Jay mengambil berkas-berkas itu. Karena kurang dari 5 menit, seluruh berkas penting sudah ada padanya.

Jay segera mengirimkan berkas tersebut kepada kliennya dan menuntaskan transaksi. Senyum Jay begitu lebar melihat nominal bayaran yang ia dapat. Tidak sia-sia ia menyiptakan worm baru untuk melawan perlindungan milik Victor.

Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Jay masih ingin berdiam diri diruangannya. Menikmati hasil kerjanya dan sedikit bermain dengan komputernya.

Ekor matanya melirik ke arah samping komputernya. Terdapat figura kecil yang menghiasi meja milik Jay. Tangannya terulur mengambil figura itu. Mengusap foto yang terpasang disana, Jay tersenyum pahit.

Di dalam foto itu, terdapat wajah wanita cantik berumur sekitar 30 tahun dan sosok anak kecil berumur 8 tahun. Ibu jari Jay masih setia mengusap foto itu dengan lembut. Pikirannya kembali menerawang ke hari dimana foto itu diambil.

Senyum kecil menghiasi bibir Jay ketika mengingat kenangan itu. Kenangan terakhir sebelum semuanya berubah menjadi kelam. Hingga dering ponsel milik Jay membuatnya kembali tersadar.

Alisnya mengernyit heran sembari meletakkan kembali figura kecil itu pada tempatnya. Siapa yang menelfonnya dini hari begini, pikirnya. Tangannya pun terulur mengambil ponsel miliknya.

"Giselle? Mau apa dia." Jay menggerutu tidak suka melihat oknum yang menggangu ketenangannya. Namun, jemarinya tetap menggeser tombol hijau pada layar.

"Halo, Jay" Suara yang amat lembut terdengar di telinga Jay.

"Ada apa? Kenapa belum tidur?" tegur Jay tanpa basa-basi. Sejujurnya ia malas sekali menjawab telfon itu. Tapi, demi ketenangan hidupnya Jay terpaksa mengangkatnya.

Helaan nafas Jay dengar dari seberang sana, "Aku kebangun, Jay. Kau kenapa belum tidur?"

"Sedang main game. Kau tidurlah kembali, besok aku jemput."

Disana, Giselle memekik senang dan mengangguk semangat meski ia tahu Jay tidak bisa melihatnya.

"Alright, nice dream Jay."

"Too."

Panggilan singkat itupun berakhir dengan Jay yang menghela nafas berat. Sejujurnya ia tidak mau repot-repot menjemput Giselle. Hanya saja, ia malas meladeni Giselle tengah malam beginu. Ditambah matanya sudah sedikit lelah. Tapi, ia masih ingin bermain dengan komputer kesayangannya.

Jay menyandarkan badannya pada kursi kerjanya. sedikit memikirkan tentang hacker bernama Victor tersebut. Lantas menampilkan senyum kemenangan, "Victor, ternyata kemampuan yang kau miliki masih jauh dibawahku."

--

Jay tengah menyiapkan sarapan di dapur ketika Jake dan Sunghoon bersamaan turun menuruni tangga. Berjalan menuju dapur dan bergabung dengan Jay.

Jake memilih duduk bersantai pada meja makan, sedangkan Sunghoon membantu Jay menyiapkan sarapan. Sunghoon yang melihat aura menyenangkan dari diri Jay pun lantas sedikit terkekeh.

"Bahagia banget hari ini?" tanyanya sedikit melirik ke arah jay.

Jay balas terkekeh dan mengangguk menanggapi, "Iya. Aku berhasil menyelesaikan project yang kemarin gagal."

"Uhuk! What? Kau apa, Jay?" Jake yang tengah memakan sepotong roti tersedak mendengar perkataan Jay.

Begitupun dengan Sunghoon yang menghentikan pekerjaannya dan menatap ke arah Jay sedikit tidak percaya.

"Kenapa? kalian tidak percaya aku berhasil melawan Victor?" dengus Jay melihat reaksi kedua sahabatnya yang seakan meremehkannya.

Sunghoon melanjutkan pekerjaannya dan berjalan ke arah meja makan untuk menuang jus yang tadi ia buat.

"Bukan begitu Jay. Aku percaya tentang hal itu." Sunghoon menjeda, "Tapi, bagaimana bisa secepat itu? Apa kau membuat worm baru? Atau bagaimana?"

Jake mengangguk menyetujui maksud Sunghoon, "Iya, Kau membuat worm baru semalam? Kau tidak tidur?" tanya Jake sedikit khawatir.

Pasalnya Jake sangat paham bagaimana Jay yang selalu bekerja keras dan gigih pada pendiriannya. Jay akan melakukan segala cara agar apa yang ia mau bisa tercapai. Namun, Jake masih sering khawatir dengan keadaan Jay yang kadang tidak memperdulikan tidurnya.

Beberapa kali mendapat nasehat dari Sunghoon yang masih termasuk sepupu jauhnya pun Jay sangatlah bebal. Jadi, mereka berdua hanya bisa pasrah dan tetap berada disamping Jay. Agar saat Jay membutuhkan apapun, Jake dan Sunghoon siap membantu.

Jay mengangguk, berjalan menuju kedua sahabatnya dan bergabung duduk di meja makan untuk sarapan, "Hanya tidur dua  jam, its okay nanti aku bisa membolos dan tidur di UKS."

"Ckk mantan ketua osis paling disiplin tapi sekarang kerjaannya adalah membolos." sindir Sunghoon membuat Jake sedikit tertawa dan Jay yang hanya mengendikkan bahu tak acuh.

"Aku sudah bukan ketua osis, lagian sudah mau lulus."

Setelahnya mereka bertiga memakan sarapannya dengan hening. Jay yang pertama kali selesai, sengaja sedikit lebih awal sebab ia ada janji untuk menjemput Giselle, kekasihnya.

"Aku duluan. Aku harus menjemput Giselle terlebih dahulu." pamit Jay kepada dua sahabatnya yang hanya dibalas anggukan dan kata hati-hati dijalan.

"Sejak kapan Jay mau menjemput Giselle?" komen Jake ketika sosok Jay sudah menghilang dibalik pintu apartemen.

Sunghoon mengendikkan bahu mendengarnya, "Entahlah, mungkin Jay sedang kerasukan sesuatu sampai mau menjemput Giselle"

"Ah sial! Aku iri" sahut Jake dengan raut wajah yang di tekuk. Sunghoon melirik sekilas dan tertawa geli.

"Kau iri karena tidak bisa menaklukan hati Karina teman Giselle kan? Lagian karina mana mau denganmu" ejek Sunghoon yang membuat Jake mendengus dan memilih melanjutkan sarapannya.

Begitulah suasana sarapan pagi itu berlanjut.





























———
to be continue
———

Okay, lanjut? yes or nah?
maaf kalau ada typo bertebaran 🙏

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Mar 02, 2021 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

KING SINNER [jaywon]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant