Lembar ke Dua puluh Empat

4.2K 426 69
                                    

"Seberapa jauh berita itu tersebar?" tanya tuannya datar, tapi suaranya sangat menusuk dan sarat ancaman, seolah apapun jawaban yang diberikan Champ pasti akan memperburuk suasana hatinya. Tuan Nine duduk di kursi 'singgasana'-nya dengan tenang, dagunya bersandar di jari-jemarinya yang saling bertaut. Tatapan pria setengah baya itu hampa tapi Champ bisa melihat kilat dendam dan kemarahan di matanya.

"Berita itu sejauh ini telah disiarkan beberapa kali sejak tadi malam, dan telah menjadi topik yang paling banyak diunduh di sosial media. Komentar dari netizen dan penggemar juga cukup banyak,"

Mengatakan 'sangat banyak' mungkin saat ini terlalu berisiko dan bisa menyebabkan cedera kepala serius untuknya karena pria di depannya ini terlihat siap melempar apapun yang ada di meja kerjanya.

Tuan Nine menutup matanya sejenak, berusaha menahan emosi dan kekecewaannya. "Apa kau sudah mendapatkan daftar channel berita serta situs internet yang mempublikasikannya?"

Champ mengangguk pelan.

"Pastikan berita itu dihapuskan selama-lamanya dari situs mereka dan tidak pernah muncul lagi di TV," ujar Tuan Nine, "Dan pastikan mereka benar-benar menyesal karena telah menyiarkan berita itu dan membuat putraku menderita."

Champ mengerutkan keningnya—ini adalah pertama kalinya Tuan Nine memintanya untuk merugikan sebuah pihak—dalam kasus ini, beberapa pihak. Meskipun begitu, Champ mengerti dengan alasan tersebut mengingat beliau juga memiliki seorang anak. Dan adalah sebuah bencana bagi seorang ayah bila melihat putranya disakiti oleh orang lain apalagi atas hal yang bahkan bukan salahnya; walaupun Tuan Nine juga baru saja menemukan putranya tersebut.

"Apa ada lagi yang harus kulakukan, Tuan?"

"Cari tahu siapa yang menyebarkan berita itu," Tuan Nine menggenggam ponselnya dengan tangan bergetar, seolah membayangkan orang itu saja sudah membuat api kemarahan dalam tubuhnya membakarnya, "Dan pastikan orang itu membayar perbuatannya. Tidak—bawa dia dulu padaku, dan akan kupastikan malapetaka jenis apa yang tepat untuknya."

Champ mengangguk, apapun itu—dia toh harus mengerjakannya. Demi Tuannya yang telah lama memperhatikan kesejahteraan hidupnya dan keluarganya. Pria itu berjanji akan melakukan apapun, bahkan bila dia harus menghilangkan nyawa seseorang; perintah Tuan Nine baru saja tidak termasuk sulit untuknya. Pria tua itu membungkuk hormat sebelum berbalik pergi ketika Tuannya memanggilnya kembali.

"Champ—"

Champ berhenti, tapi tidak berbalik untuk menghadap Tuan Nine. Tuannya masih di posisinya yang sama, dengan pose yang sama, dan tatapan hampanya yang sama.

"Apa menurutmu... sudah saatnya aku memberitahukan yang sesungguhnya? Kepada Davika, kepada semua orang... terutama pada New?"

Pria tua tersebut menarik nafas panjang. "Maaf, Tuan—Anda tahu pendapat saya tetap sama. Bila Anda memberitahukannya sekarang, itu sama seperti menaburkan minyak di bara api dan membuat kobaran apinya lebih ganas."

"Bila kau membicarakan tentang nama baik Perusahaan—"

"Meskipun itu penting, tapi saya juga seorang ayah, dan saya juga tahu ada hal yang harus lebih dikhawatirkan. Saat ini, New sudah cukup tersudutkan dengan berita serta gunjingan perihal masa lalunya; tapi orang masih bisa berspekulasi mengenai alasan dia dirawat di panti asuhan—"

Tuan Nine menutup matanya, membenamkan wajahnya di antara tangannya ketika mendengar kata 'panti asuhan'; seperti mengingatkan pada pria itu salah siapa putranya ditelantarkan dan menderita.

"Orang bisa mengatakan dia dibuang, bisa juga diculik, atau juga dirawat karena orang tuanya meninggal. Tapi bila Anda menyebarkan kenyataan yang sebenarnya, ini bukan saja menjadi berita, tapi akan menjadi salah satu skandal terbesar di negara ini mengingat status Anda serta status Mai Davika. Dengan begitu, Anda dan perusahaan ini, Mai Davika dan suaminya, serta semua perusahaan mereka, yang paling penting keluarga Anda, dan terlebih New sendiri, semuanya akan terlibat dalam skandal besar itu dan menderita. Terlebih lagi, Tuan Muda New, akan dipandang rendah karena statusnya yaitu sebagai anak di luar nikah yang dibuang atas masa lalu hubungan Tuan. Ini bukan keputusan sepihak, Anda harus membicarakannya dengan Mai Davika, terlebih lagi dengan Tuan Muda New sendiri."

The Story of Bear Family - TayNewWhere stories live. Discover now