O4. Sakit

445 90 60
                                    

Happy reading ♡

Tok Tok tok

"Zea, lo udah selesai belum? gue masuk ya." Kini ayden sudah berada di depan pintu ruang musik zea. Sebelum masuk, ia meminta izin dulu dari zea karena takutnya saat ayden masuk ke dalam ternyata zea sedang ngepel? kan nanti kotor lagi kalau diinjak ayden.

Ayden mulai membuka pintunya sedikit dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang musik.

Ayden melirik ke arah zea yang kini sedang duduk di kursi piano dengan kepala tertunduk. Melihat itu, ayden penasaran dengan apa yang dilakukan gadis itu.

Baru saja ayden berjalan 3 langkah ingin mendekati zea, namun tiba-tiba ia mendapat tegasan dari zea langsung.

"MENJAUH LO!!!" Teriak zea tanpa menatap langsung ke arah ayden.

Ayden dengan rifleks pun berhenti. "Kenapa ze?"

"POKOKNYA JANGAN MENDEKAT, PERGI AJA LO DARI SINI!" tegas zea sekali lagi tanpa menatap ayden.

Ayden terbelalak kaget mendengar zea yang entah kenapa jadi sensitif begini sampai menyuruhnya untuk pergi. Dia baru saja diusir? bahkan dia saja tidak mengganggu zea sama sekali.

Apa kesalahannya sampai-sampai zea sangat marah kepadanya, dan ini pertama kalinya zea marah kepadanya.

"Zea kalau gue ada salah maaf..."

Mata ayden kini tertuju ke sepatu putih milik zea. Mata pria itu melotot melihat sepatu putih polos itu kini menjadi penuh dengan bercak darah yang menetes.

Kini ayden mengerti mengapa zea tidak berani menatapnya dan menyuruhnya untuk pergi. 

Ayden akhirnya mengerti mengapa Zea tidak berani menatapnya dan menyuruhnya pergi. Dengan nada lembut, Ayden berkata, "Bodoh lo, Zea."

Tanpa ragu, Ayden mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya dan menghampiri Zea. Dengan paksa, ia melepaskan tangan Zea yang menutupi hidungnya, lalu menggunakan sapu tangan itu untuk menahan darah yang keluar.

Ayden sangat khawatir melihat kondisi Zea. Badan gadis itu terasa sangat panas, dan ia tampak lemah. Ayden bertanya dengan nada cemas, "Lo sakit, ngapa gak bilang sih?"

Tanpa membuang waktu, Ayden membopong Zea dan membawanya ke wastafel yang ada di ruang musik. Sambil mencuci tangan Zea yang berlumuran darah, Ayden segera menghubungi anggota PMR untuk datang membantu.

Zea menatap wajah Ayden yang terlihat panik. Ia bisa melihat kekhawatiran di mata pria itu. Meskipun Zea sempat membentaknya, Ayden tetap datang untuk menolongnya.

Ayden terus memperhatikan Zea dengan seksama, berusaha memastikan kondisi gadis itu. Ia tidak ingin terjadi apa-apa pada Zea. Dalam hati, Ayden berharap anggota PMR segera datang untuk memberikan pertolongan.

Ayden mencuci tangan zea yang berlumuran darah, sementara zea menatap wajah ayden yang terlihat sangat panik. 

Zea merasa bingung dengan sikap Ayden yang begitu perhatian padanya, mengingat baru-baru ini Ayden sedang berusaha mendekati kembali mantan kekasihnya. Zea tidak bisa memahami apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran Ayden.

Meskipun Zea sempat membentaknya, Ayden tetap datang untuk menolongnya. Hal ini membuat Zea semakin tidak yakin dengan perasaan Ayden. Ia takut Ayden hanya kasihan padanya, bukan karena benar-benar mencintainya.

Namun, di dalam hati Zea, ia masih mencintai Ayden. Ia ingin percaya bahwa Ayden juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Tetapi Zea masih ragu, takut jika ternyata Ayden hanya menganggapnya sebagai teman biasa.

𝗔 𝗳𝗼𝗿 𝗭 || 𝗔𝘆𝗱𝗲𝗻  ✔Where stories live. Discover now