8. Sendiri

3.3K 519 22
                                    

~Happy Reading~

~Vote & Comment~

~Rawan Typo~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Flashback..

Brakk...

Suara hantaman, pukulan, dan teriakan dari pria paruh baya yang sedang dalam keadaan mabuk sedang menyiksa putri satu-satunya yang masih duduk di bangku kelas 3 SMP tanpa perasaan.

Bahkan tetangga yang ada sebelahnya tidak ada yang berani menghentikan perilaku bejat appa Bae setiap kali mabuk dan berakhir menyiksa anaknya.

"Appa, Irene mianhae appa! Irene mianhae"ucap Irene serak tak berdaya dengan hantaman dan pukulan dari sang appa dan tak sedikitpun air mata keluar dari mata indahnya

Appa Bae akan selalu menyiksa putrinya tanpa ampun ketika dia sedang mabuk.

Plakk...

"Yaishh, kau anak sialan wajahmu kenapa harus mirip sekali dengan jalang itu huh?" maki appa Bae menampar dan menjambak rambut Irene kuat.

Bughh...

Bughh...

Tendangan kasar mendarat di pungung dan perut Irene

"Harusnya kau tak terlahir didunia ini yaishh shiball! Karena jika kau hidup lebih lama kau akan sama saja dengan wanita jalang itu!" teriak appa Bae kesetanan tanpa memperdulikan keadaan Irene yang lemah dan hanya merintih kecil

"Irene mianhae appa~"lirih Irene semakin memelan terbatuk - batuk, sudut bibir yang sudah banyak mengeluarkan darah banyak kerena tamparan dan pukulan dari sang appa.

Setiap kali disiksa, Irene hanya bisa mengucapkan kata maaf, tidak dengan tangisan atau bahkan kalimat mengeluh kesakitan.

Hingga beberapa menit kemudian appa Bae menyudahi tingkah bejatnya, meninggalkan Irene yang terbaring kesakitan ditengah-tengah keadaan rumah yang kacau akibat ulah dari appa Bae.

Irene hanya terbaring menyamping dan diam memegang perutnya yang terasa nyeri karena tendangan sang appa, sorot matanya yang kosong bagaikan raga yang tak lagi memiliki jiwa.

"Irene mianhae appa, bisakah appa mendengarkannya~"lirih Irene

Diam dalam keheningan, membuat Irene terbayang dengan wajah sang oppa dan eommanya.

"Oppa, bisakah kau datang sekedar membantuku untuk duduk?"lirihnya

"Tak apa jika kau tak ingin membantuku duduk oppa, cukup lihat betapa adikmu ini menepati janji untuk tidak menangis dalam keadaan apapun"lirih Irene pilu ditengah kesendiriannya.

"Eomma, appa selalu marah dengan eomma. Geundae, tenang saja Irene sudah meminta maaf dengan appa untuk eomma"

"Irene tidak membenci eomma seperti appa"

Hingga tak lama kemudian Irene merasa semua mulai berputar dan mulai gelap dan akhirnya ia pingsan tak sadarkan diri.

Beberapa menit kemudian seorang pria tua memberanikan diri untuk masuk dan melihat betapa parahnya keadaan Irene sekarang, wajah yang lebam dipenuhi luka yang mengalir di pelipisnya karena dibentur dengan meja, bibir yang robek karena tamparan dan pukulan.

The Mimic [Seulrene][End]✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora