01 - Ultimatum

142 31 0
                                    

'Sedangkan hati sudah lama kau buat mati, kenapa kenangan tetap bernilai abadi?'
_____________

🍁🍁🍁🍁

Pintu tinggi yang siang tadi baru saja diganti itu berderit, langkah kecil kaki seorang gadis yang baru selesai melakukan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus atau biasa disebut OSPEK, terlihat lunglai memasuki rumah bak istananya.

"Bukankah kamu telat satu jam dari waktu yang sudah kamu janjikan? Jangan bilang, kamu ikut minum tadi?" Lagi, Oh Sehun bersikap seperti kakek-kakek berusia 80 tahun.

Kuno, kolot, cerewet, dan berlebihan. Kalau bukan ayahnya, sudah Sera tendang kaki Sehun bergantian.

"Ayah, aku lelah!" protes gadis bermata indah itu, menaruh sembarang tasnya kemudian menjatuhkan diri di atas sofa empuk tempat ayahnya duduk.

"Ayah bisa memarahiku besok atau lusa, lebih baik lagi kalau Ayah tidak memarahiku. Kalau Ayah marah-marah terus, nanti rambut Ayah akan putih semua," ledek Sera, berusaha mencairkan wajah beku yang sudah ayahnya buat.

"Ayah tanya sekali lagi, kamu tidak minum dengan--"

"Tidak, Ayah!" seru Sera memutar bola matanya malas, lekas dia bangun dari tidurnya menatap sang ayah yang senang sekali mengomelinya.

"Apa Ayah tidak punya kesibukan lain, selain mengurusi urusanku? Aku sudah dua puluh tahun! Aku bisa mengurus diriku sendiri!" kata Sera, menatap sang ayah kesal.

"Berapa pun usiamu, kamu tetap anak-anak di mata ayah!" Jawabannya pun tetap seperti itu tidak pernah berubah sekalipun.

"Besok hari ulang tahunmu, ingin ayah belikan apa?" tanya Sehun, yang ingin sekali Sera jawab kalau dia menginginkan kebebasan.

"Tiga juta won, aku ingin Ayah menyumbangkan uang itu ke panti asuhan sebagai hadiah ulang tahunku." Sehun tersenyum tipis, anaknya memang selalu meminta hal-hal seperti ini.

"Ah satu lagi, aku ingin Ayah memperkenalkan Ibu baru untukku." Seketika raut di wajah Sehun bertambah mendung, iris gelapnya dengan pasti meredup.

"Aku ingin--"

"Ayah kabulkan permintaan pertama. Besok hari peringatan mendiang ibumu, jangan pulang telat dan jangan minta hal aneh." Sera mengatupkan bibirnya serapat mungkin, ia lupa kalau Sehun selalu sensitif saat dia memintanya untuk menikah lagi.

"Ospekku sudah selesai, besok siang hanya ada acara penyambutan mahasiswa baru di jurusanku." Sehun mengangguk dengan pasti, Sera tahu dia bisa kapan saja pulang kalau ayahnya turun tangan.

Jadi, dia bilang saja akan pulang secepatnya, padahal sebenarnya acara ini berlangsung sampai malam.

"Oh iya, apa ada yang menganggumu di sana?" Sera menggeleng, menekan sedikit rasa kesalnya pada sang ayah.

"Tidak! Mereka semua memujiku, karena aku cantik! Menggelikan sekali manusia itu, padahal mau cantik atau tidak manusia itu sama berharganya!" lirih Sera yang sebenarnya menyesal duduk di sini, tadinya dia ingin menceritakan banyak hal pada sang ayah. Tapi lagi-lagi ayahnya malah mengomel, karena Sera tidak menempati janjinya.

Sebenarnya, Sera ingin memberi tahu ayahnya. Ya, meski banyak yang menyukainya, tidak sedikit dan tidak jarang orang berdesas desus sinting tentangnya. Entah apa tujuannya, tapi rumor yang Sera dengar tentang dirinya itu sedikit tidak baik, menjurus ke jahat. Sera tahu itu hanya rumor untuk menjatuhkan dirinya. Tapi, Sera tidak akan percaya apa kata orang kalau ayahnya tidak mengonfirmasi sendiri.

"Lalu, apa ada yang mendekatimu?" Ini yang tidak Sera suka, ayahnya selalu mengikut campuri urusannya.

Ya sudah, kalau begini mau Oh Sehun, Sera akan layani saja, dia sudah terlalu kesal pada sang ayah yang selalu saja bertanya ini dan itu lalu melarang Sera melakukan ini dan itu.

Little Slice Of Heaven Donde viven las historias. Descúbrelo ahora