Ch 10 - Hari Yang Buruk

4.1K 421 14
                                    

Jimin bingung harus bagaimana setelah Jungkook menyatakan perasaan padanya.

Semuanya campur aduk, dia bahkan tidak tahu harus bersikap seperti apa saat ini. Yang lain sedang bersenang-senang. Bernyanyi bersama atau bercanda gurau, tapi tidak dengan Jimin yang hanya duduk sambil menatap api unggun menyala dengan tatapan kosong.

Usapan lembut dipunggung Jimin menyadarkannya. Jungkook duduk disebelah Jimin, lalu berbagi selimut tipis dengannya. Tapi Jimin menghindar, duduk menjaga jarak dari Jungkook.

"Aku tahu kau pasti terkejut atas kejadian tadi. Aku minta maaf untuk itu."

Ujar Jungkook, pelan.

Jimin hanya diam tidak merespon, dia menundukan kepala sambil menghela nafas dalam.

Semuanya terlalu rumit, Jimin menyukai Taehyung dan Jungkook yang adalah anak Taehyung sekaligus sahabatnya sendiri malah menyukainya. 

Dia ini hanya anak SMA biasa yang mengharapkan kisah cinta masa putih abunya berjalan dengan indah, tapi kenapa yang dia hadapi malah masalah pelik begini.

Jika Taehyung tahu, mungkin Taehyung akan menjauhi Jimin agar Jungkook bisa bersama dengannya. Tapi Jimin hanya menginginkan Taehyung, bukan Jungkook.

"Maaf, aku sudah menyukai seseorang. Dan orang itu bukan kau, Jungkook."

Lirih Jimin. 

Api unggun yang menghangatkan di malam hari ini terasa tidak ada gunanya lagi. Jungkook merasa udara dingin menusuk kulitnya dengan tajam setelah Jimin terang-terangan menolak cintanya.

Selama ini dia memendam perasaan untuk Jimin. Ragu untuk mengungkapkan karena terlalu beresiko. Ada dua kemungkinan yang terjadi, Jimin menerima perasaannya atau menolaknya.

Ditolak mungkin hal yang biasa dalam urusan cinta. Tapi dalam persahabatan yang selama ini mereka jaga, cinta adalah suatu hal yang paling berbahaya. Salah-salah itu bisa merusak persahabatan. Seperti yang terjadi pada Jungkook dan Jimin sekarang.

"Malam ini aku tidak jadi menginap. Aku pulang sekarang saja sebelum larut malam."

Jimin memutuskan untuk pulang ke rumahnya karena dia tidak nyaman akan situasi saat ini. Dia juga merasa butuh waktu untuk sendiri dulu.

"Aku antar pulang kalau begitu. Ini sudah malam, berbahaya jika kau pulang sendiri."

Jungkook menahan Jimin yang berdiri dari duduknya. Dia memegang pergelangan tangan Jimin dengan lembut, tidak ingin menyakiti tangan cantik itu.

"Aku bisa pulang sendiri."

Jimin melepas perlahan tangan Jungkook, lalu mengambil barang-barangnya.

"Hey, aku pulang duluan ya!"

Jimin berteriak pada teman-temannya yang sedang asik bermain.

"Lho? Tidak jadi menginap?"

Tanya salah satu dari mereka.

Gelengan kepala Jimin dianggap sebagai jawaban dari pertanyaan itu. Yang lain bertukar pandangan kebingungan, lalu melihat ke arah Jungkook yang hanya diam melihat Jimin pergi.

"Ada apa?"

Tanya Hoseok, menepuk bahu Jungkook.

"Tidak ada apa-apa."

Jawaban singkat Jungkook membuat Hoseok yang sudah berteman lama dengan Jungkook sadar bahwa temannya baru saja patah hati.

"Jungkookie..."

Hoseok berlari mengejar Jungkook yang berjalan menuju kedalam rumahnya. Dia memeluk Jungkook sambil mengusap pelan punggungnya .

"Soal cinta memang terkadang menyakitkan. Mungkin semua ini terlalu mengejutkan untuk Jimin, jadi biarkan saja dia sendiri dulu. Kalian berdua butuh waktu untuk memahami situasi saat ini. Jangan sampai perasaan sesaat ini menghancurkan pertemanan kalian berdua."

Ujar Hoseok, menenangkan.

Jungkook mengangguk pelan, dia melepas pelukan Hoseok lalu memberikan senyum yang dipaksakan. Bagaimanapun hatinya masih perih, dia tidak bisa menyembunyikan rasa sakit ini.

"Aku masuk dulu. Tolong rahasiakan hal ini dari yang lain."

Hoseok mengangguk mengiyakan. Dia kembali bergabung dengan teman-temannya dan membiarkan Jungkook maupun Jimin menikmati waktu mereka sendiri.

Tapi kenyatannya Jimin sedang tidak sendiri sekarang ini. Anak laki-laki yang manis itu sudah duduk di jok samping pengemudi dengan sabuk pengaman yang terpasang.

Jimin yang awalnya berniat pulang sendiri dikejutkan oleh klakson mobil dari arah belakang dan ternyata itu adalah Taehyung yang menyusulnya.

Keheningan terasa ketika Taehyung bahkan tidak bertanya perihal 'kenapa Jimin tidak jadi menginap'.

Dan Jimin juga tidak ada niatan untuk menceritakannya pada Taehyung.

Malam yang hening sangat berbanding terbalik dengan hati dan pikirannya yang sedang ribut bertengkar didalam diri.

Tanpa disadari, mereka akhirnya sampai di rumah Jimin. Seokjin sudah berdiri menunggu Jimin pulang di depan teras karena sebelumnya Jimin menghubunginya minta dijemput, tapi tiba-tiba saja Jimin membatalkannya.

"Aku masuk dulu. Terima kasih sudah mengantar sampai rumah."

Jimin melepas sabuk pengamannya, tapi Taehyung menahannya.

"Kenapa dia ada disini?"

Tanya Taehyung sambil menunjuk Seokjin dengan wajahnya.

Jimin memicingkan mata, mencerna setiap kata yang Taehyung maksud dengan kebingungan. 

"Memang dia tinggal disini."

Jawab Jimin.

"Kalian tinggal bersama?!" 

Taehyung marah.

"Apa sih?! Tidak usah berteriak, aku ini kan ada didepanmu."

Jimin jadi terbawa emosi.

Sudah sakit kepala karena Jungkook, ditambah Taehyung yang marah-marah tidak jelas sekarang.

"Kenapa dia tinggal bersamamu hah?!"

Taehyung masih tidak mau menurunkan suaranya, menuntut jawaban dan penjelasan dari Jimin.

"Karena dia adalah kakakku. Sekarang lepaskan tanganku! Kau mencengkramnya terlalu kuat."

Jimin menghentakan tangan Taehyung dengan wajah marah.

"Kau membuat hariku semakin buruk, Taehyung."

Setelah itu, Jimin keluar dari mobil dan membanting pintu dengan keras.

Hari dimana seharusnya dia bahagia malah jadi hari yang paling buruk baginya. Jimin harap semua ini hanya mimpi yang akan hilang ketika dia terbangun dari tidurnya.




















*******************************************

Maaf, mereka lagi kemusuhan. Tolong dirukunin kembali dengan paksa naena(?) hwhhwhwhw

 Tolong dirukunin kembali dengan paksa naena(?) hwhhwhwhw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampai bertemu lagi, emak sayang kalian 💜

*******************************************

[End] OmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang