Part 2 : Tersesat

105 5 0
                                    

Rumah ku memang bukan di Cina tapi bergaya arsitektur Cina. Nggak perlu ku jelaskan pasti paham kan. Lampion Phoenix menyambut ku yang baru memutuskan untuk cuti bersama Raline. "Xia aku nggak muka cina lho. Beneran nggak bohong aku,"ucap Raline kambuh.

"Haih konyolnya kamu itu nah. Ayo dah masuk,"ajak ku menariknya masuk. "Cece ya ampun. Akhirnya pulang Nak,"ucap Fei Hui memeluk ku erat. "Ma ini temen yang Cece ceritain kemarin. Raline,"ucapku. "Tante hehe,"ucap Raline. "Ini namanya pramugari seragam nya doang. Ada juga nyapa orang hehe. Bikin malu aja Lin,"ucapku mencibir.

"Ce. Maaf ya Nak Raline. Xia He memang agak judes,"ucap Fei Hui. "Sudah biasa Tante,"ucap Raline sok iya. "Ayo masuk dulu,"ajak Fei Hui mendahului. "Xia. Mama mu kok rajin pakai hanfu segala,"ucap Raline. "Dia menjaga budaya. Sama aja kayak mama mu yang rajin pakai kebaya,"ucapku.

"Tapi mama ku kan masih mending di kasih nama agak modern gitu. Raline SC,"ucap Raline bangga. "Apaan. Raline SC. Bilang aja malu sama SC nya. Sekar Cahyani,"ucapku tergelak. "Kamu ini Xia,"ucap Raline ku tinggalkan masuk. Nggak lama dia teriak lagi itu.

"Xia,"

Apa ku bilang. "Rumah mu ini sangat menjunjung budaya. Kayak di drama Cina fantasi yang ku tonton. Kamu suku burung Phoenix kah Xia,"tanya Raline. "Kambuh lagi drama Cina nya,"ucapku kesal. "Tapi kenapa juga rumah mu banyak motif yang berhubungan dengan Phoenix?,"tanya Raline. "Sudah ku bilang menjaga budaya,"ucapku.

Sembari meninggalkan nya berspekulasi lebih jauh, ku tarik koper menuju kamar tercinta. Hanya kamar ku yang satu-satunya ruangan ngga tersentuh ukiran Phoenix tapi sulur bunga. Dan itu jelas bukan aku yang memilih gaya tersebut. "Xia. Apaan tuh,"tanya Raline menatap cermin yang memang sudah lama sepertinya.

Dari gaya dan bentuknya sudah lama tapi nggak tau lah. "Menurut mu,"ucapku merebahkan diri di atas ranjang. "Kamu nggak pernah pakai,"tanya Raline masih penasaran dengan cermin yang tampak menarik perhatian nya. "Pakai kalo lagi di rumah,"ucapku ikut mendekati nya. Namun aku justru terkejut karena bayangan yang ku lihat malah penampakan tempo hari.

"Xia. Kayaknya kita kecapekan aja ini,"ucap Raline berusaha menenangkan ku yang masih saja speechless seperti pertama kali melihat bayangan ku. Ku beranikan diri untuk menyentuh cermin. "Xia,"panggil Fei Hui keras tapi tak membuat ku tersentak. Justru semakin frustasi.

"Ma Cece bukan manusia ya,"ucapku terkekeh miris. "Xia sadar Weh. Kamu kayaknya kecapekan,"ucap Raline menggenggam tangan ku. "Cece melanggar permintaan Mama buat ngga liat cermin setelah kultivasi ya,"ucap Fei Hui memindahkan cermin tua. "Cece ngga sengaja Ma,"ucapku jujur.

"Itu cuma bayangan Ce. Karena kamu nggak fokus setelah kultivasi, makanya jatuhnya gini,"ucap Fei Hui tenang mengusap rambut panjang ku. "Maaf Ma,"ucapku. "Saya juga minta maaf Tante. Karena saya Xia He jadi nggak fokus,"ucap Raline. "Sudah sudah. Kalian ayo makan yang penting jangan pernah abaikan peringatan Mama kalo nggak mau kayak gini lagi,"ucap Fei Hui.

"Iya ma,"ucapku mengangguk patuh. Jangankan rumah sama pakaian di rumah ku juga masakan China yang di masak. "Makan Lin. Jangan bilang kamu samakan lagi sama drama Cina fantasi yang biasa kamu tonton,"ucap ku melihat Raline berpikir keras. "Raline suka nonton drama Cina fantasi ya,"tanya Fei Hui.

"Hehe iya Tante. Begitu datang langsung berespektasi lagi main drama Cina,"ucap Raline. "Berati tau dong tentang suku burung suku bunga begituan,"tanya Fei Hui. Ini kenapa mama ku malah nyambung sama halu nya Raline. "Iya Tan. Keren banget,"ucap Raline. "Sudah-sudah. Kita makan. Nggak nyambung server ku,"ucapku menengahi.

"Hey ada anak nakal pulang rupanya. Ini Nak Raline kan ya,"ucap Fei Ying. "Papa,"ucapku tersenyum lebar. "Lin jangan menghalu lagi,"ucapku menatap Raline melongo. "Hehe maaf Om,"ucap Raline. "Fei Ying. Raline ini dari keluarga memegang teguh budaya Jawa. Tapi dia paham loh tentang suku burung Phoenix dan sejenisnya,"ucap Fei Hui.

Àirén : Permaisuri Xiu Juan - Completed Where stories live. Discover now