- Siapa kamu? -

10 3 0
                                    

"Bagaimana kabar Selena sekarang?" tanya Miko pada laki-laki yang telah membawa Selena ke rumah sakit.

"Tenanglah, operasinya berjalan baik, dia sedang dalam masa pemulihan, mungkin butuh waktu 5-10 hari baru boleh pulang," jawab laki-laki itu sambil memberikan Miko sebuah surat.

"Ini adalah surat biaya rumah sakit, kau harus segera melunasinya."

"APA?! Sebanyak ini!" pekik Miko histeris saat melihat jumlah uang yang akan dia keluarkan.

"Tenang, kau bisa membayarnya dengan kalung bumi itu, bukankah harganya cukup mahal di pasar gelap."

"Aku akan cari uang dengan cara lain daripada menjual ini."

Miko pergi meninggalkan restoran, laki-laki itu hanya bisa tersenyum sinis. Dia yakin Miko tak akan bisa mendapat uang sebanyak itu dalam waktu seminggu. Apa lagi dia seorang pengembara yang tak pernah bekerja di kota. "Pergilah, saat kau tak bisa membayarnya aku yang akan mengambil perempuan itu darimu."

Dan itu adalah tujuannya yang sebenarnya, mengambil Selena dari tangan Miko. Tak mungkin dia membiarkan seorang perempuan cantik dengan pemuda yang bahkan tidak bisa membedakan antara mitos dan kenyataan.

***

"Aku harus bisa mencari uang sebanyak ini dalam waktu seminggu, tapi bagaimana caranya?" tanya Miko pada kucing yang dia selamatkan barusan. "Oh iya kau kan tak bisa berbicara, aku harap Selena cepat sembuh dan kami berdua bisa melanjutkan perjalanan lagi."

Kucing itu hanya mengeong dia tampak sangat lucu saat meminta untuk di elus. Menurut beberapa orang saat mengelus kucing, stres kita akan hilang dan benar saja Miko kini tampak rileks dan mulai berpikir secara tenang.

"Aku akan mencari pekerjaan sebagai tukang potong daging, aku ahli dalam bidang itu," gumamnya sambil mencari toko pemotongan daging.

"Maaf pak, apa di sini sedang mencari pekerja untuk membantu memotong daging?" tanya Miko pada pemilik toko.

"Wah, kebetulan sekali, salah satu pegawaiku sedang sakit dan aku perlu pekerja tambahan karena saat ini pemesanan daging sapi semakin banyak," jawab si pemilik toko.

Dengan senang hati Miko menerima pekejaaannya ini. Dia benar-benar sangat handal memotong daging hingga membuat semua pekerja terkagum dengan bakat pemotongan dagingnya. Hanya dalam waktu singkat, dua ekor sapi bisa menjadi potongan kecil.

"Baru bekerja, dia sudah sangat handal, untung bukan pegawai tetap," bisik-bisik pekerja lain yang iri dengan Miko. Bukannya marah atau merasa tersindir, Miko hanya mendiamkan saja.

"Jangan di tanggapi, mereka hanya iri," ucap seorang wanita yang merupakan anak pemilik toko.

"Eh, apa mereka mengatakan sesuatu?"  tanya Miko kebingungan. Wanita itu menggeleng sambil tertawa, ternyata percuma saja orang-orang menjelekkan laki-laki ini, dia tak akan mendengarkannya.

"Aku harap bisa memiliki kepribadian sepertimu, tapi sangat sulit mendiamkan orang yang selalu menghina tanpa tau kebenaran," ungkapnya setelah tertawa yang membuat Miko sedikit ngeri.

"Aku benar-benat tak mendengarkan, karena aku sibuk dengan potongan daging ini, apa pemilik toko mengirimmu untuk mengambil pesanan?" tanya Miko pada wanita tadi yang sedang sibuk mencincang daging.

"Tidak, aku memang sering ke sini saat tak ada kerjaaan,"  jawabnya yang masih fokus dengan mencincang daging.

"Wah, baiklah."

Setelah berbincang, Miko melanjutkan pekerjaannya. Hingga tanpa sadar hari mulai gelap, pertanda bahwa matahari telah tenggelam di gantikan oleh bulan ataupun bintang.

"Aku pulang duluan," pamit Miko pada anak pemilik toko.

"Tunggu, apa kau ingin makan malam denganku?" tanya wanita itu yang mencegat tangan Miko.

"Maaf, aku harus ke rumah sakit," jawab Miko sambil menunduk lesu karena merasa tidak enak.

"Eh, apakah ada keluargamu yang sakit?"

"Hahah, bukan dia adalah temanku, saat ini dia terbaring di rumah sakit setelah dia sembuh aku akan melajutkan perjalanan bersamanya." Miko tak sadar bahwa jawabannya telah membuat hati seseorang kecewa. Dia bergegas pergi sambil membawa kantong berisi makanan serta bunga yang cantik.

"Maaf, kamar untuk pasien yang bernama Selena ada di mana?" tanya Miko pada resepsionis rumah sakit.

"Ada di kamar 101," jawab si resepsionis sambil menunjuk lorong tempat kamar Selena berada. Bergegas Miko pergi ke arah sana dengan senyuman yang terus lekat di bibirnya.

"Selena aku minta maaf karena baru mengunjungimu," ujarnya sambil menaruh bunga di vas yang ada di samping tempat tidur Selena.

Ia menatap perempuan itu lekat-lekat, dari manik matanya tergambarkan rasa takut kehilangan sosok perempuan yang ada di hadapannya saat ini.

"Tolong, jangan tinggalkan aku."

Hanya kata itu yang bisa dia ucap. Walau mereka baru bertemu beberapa hari yang lalu, tapi Miko benar-benar seperti sudah punya ikatan batin pada jiwa Selena.

"Kalau kau pergi, aku akan sendirian lagi," akunya sambil menangis. Air matanya tak tertahan lagi, di bukanya penutup kepala yang selalu dia gunakan.

"Lihat, bukankah kau ingin melihat wajahku, aku mohon sadarlah!"

Dia menangis sejadi-jadinya. Sosok seorang Miko yang penuh misterius dan lucu saat ini menghilang tergantikan oleh sosok seorang laki-laki biasa yang sangat takut kehilangan temannya. Tanpa ia sadari tangan Selena mulai bergerak, mata gadis itu terbuka perlahan.

"Kau siapa?"

Sontak Miko terkaget saat melihat sepasang manik coklat itu menatap dirinya kebingungan. Miko sudah lupa bahwa barusan dia melepaskan penutup kepalanya. Dia bergegas keluar dan memakainya kembali.

"Selena, kau sudah sadar," ucapnya seolah baru saja datang.

"Miko, kau ada di sini."

Selena berusaha berdiri tapi kepalanya masih sangat sakit. Miko langsung menahannya dan menyuruh Selena untuk tidur kembali.

"Syukurlah, Miko tidak apa-apa," ungkapnya sambil tersenyum. Jantung Miko kembali berdegup sangat kencang dan tak beraturan saat melihat senyuman yang sangat dia rindukan itu.

"Iya, aku juga bersyukur bisa melihatmu lagi, Selena."

■■●■■●■■●■■●■■●■■●■■●■■●■■●■■●■■

[24-2-21]

Earth Necklace [Revisi]Where stories live. Discover now