15. Kenyataan

3 0 0
                                    

Kak, kakak bisa ketemu aku besok? Aku ingin ngobrol soal jurusan Mekatronika lebih dalam lagi. Tolong ya!

Pesan singkat itu dibaca oleh Daffa ketika dia iseng memainkan ponsel Santanu. Anna yang mengirimkannya. Dan jujur saja dia ingin menghapus pesan tersebut. 

Daffa tidak rela jika sepupunya jadi permainan cinta dari Santanu. Ah, dia sangat paham jika laki-laki itu memang tidak menyukai apa pun dari sepupunya, Anna. Belum lagi, dia memang tidak tertarik dengan banyak gadis. Bahkan yang tercantik di jurusan pun hanya dia jawab dengan dengusan. Terkecuali gadis-gadis yang menanyakan soal pelajaran pada sahabatnya. Barulah Santanu akan menjawab. 

Belum lama ini, Santanu hanya sibuk memperhatikan ponsel dan ke perguruan tinggi yang katanya untuk meningkatkan ilmu. Daffa pernah membantu Anna agar dekat dengan Santanu, tetapi sayang sekali. Daffa sama sekali tidak mendapatkan informasi apa pun, karena sahabatnya itu tidak ingin memberitahu di mana laki-laki itu berlatih. 

"Kenapa sih lo gak izinin gue buat ikutan bela diri juga?" celetuk Daffa yang membuat Santanu mengalihkan fokusnya. 

Santanu terlihat memikirkan kata-kata sampai laki-laki itu berujar, "Gue takut cewek yang gue suka goyah kalau dia liat lo." 

Daffa melongo. Tidak percaya dengan apa yang di dengarnya kali ini. Santanu suka dengan perempuan? Siapa? Pertanyaan itu tidak mungkin dijawab oleh Santanu. Jadi dia memutuskan untuk mencari informasi lainnya di ponsel sang sahabat. Tidak ada nama khusus, tidak ada foto perempuan yang disimpan, lantas siapa yang telah menaklukkan hati laki-laki keras ini? 

"Ah, gue nyerah!" balas Daffa seraya meletakkan ponsel di atas meja. Ya, dia sendiri tidak tahu harus melakukan apa. 

"Kalau gitu lo gak usah nyari tahu. Apa susahnya?" ujar Santanu singkat. 

Daffa mendengkus. Dia lalu mengambil es campur di meja dan lekas meminumnya. Kenapa pula dia harus bersusah payah demi Anna? Bukankah akan lebih mudah jika dia membuat gadis itu tidak dapat masuk ke jurusan ini?

"MULAN TOLONGIN GUE HUWAAA! KERTAS KALKIR GUE .... KERTASNYA DIRUSAK THEO."

Teriakan itu membuat Daffa nyaris tersedak. Seumur-umur dia di kantin, baru kali ini dia mendengar ada mahasiswa dengan nada cempreng yang membuat makan siangnya terganggu. Jadi dia menoleh ke belakang, sama seperti Santanu---hanya saja laki-laki itu kembali melihat pada laptopnya. 

Pandangan Daffa nyaris tidak berhenti ketika dia melihat gadis berambut pendek yang sedang sibuk dengan laptopnya. Pakaian rapi itu, pasti mahasiswa tingkat 1. Sungguh mengesankan. Selain cantik dia yakin kalau gadis itu juga baik. 

"Cewek yang di sana cantik juga. Menurut lo gimana, Tanu?" ujar Daffa tiba-tiba. 

Santanu berhenti mengetik program. Dirinya justru menutup laptop dengan menyimpan file yang dia buat terlebih dahulu. Mungkin Daffa tidak menyadari, tetapi sahabatnya itu sudah keluar dari meja.

"Lo mau ke mana?" 

"Lima belas menit lagi masuk, mending kita pergi sekarang, Daffa. Gak usah ditunda-tunda." 

Daffa mendengkus. "Gak mau, gue mau kenalan dulu sama cewek itu. Jarang ada cewek teknik cantik kayak dia!" 

Santanu menggelengkan kepala. Matanya melirik pada gadis yang sedang menenangkan gadis lainnya. Lalu dengan paksa dia menarik lengan Daffa. "Gue masih sayang nilai. Jadi tolong ya, lo jangan jadi beban buat gue."

"Iya ... iya. Dih, gue gak paham, tapi gue bakal ajak cewek itu pacar--- Woi sakit Tanu! Lo megang atau mau remukin tangan gue sih?" 

"Dua-duanya. Lo banyak bacot." 

Anna : I'm Chasing on YouNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ